Mohon tunggu...
Dinar Febri Budiman
Dinar Febri Budiman Mohon Tunggu... Sales - Aku tak pernah mencela hujan karena yang ku harap reda itu kecewamu

Spritual, filsafat dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cela Hujan di Kota

20 Februari 2023   23:59 Diperbarui: 21 Februari 2023   00:00 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Zoe Photo

Sudah lama pelangi tak mengulurkan warnanya untuk hari-hariku yang melelahkan.

Begitu sepi berdiri di bawah pada awan kelabu.

Dan bagaimana senja pergi dia tak pernah menjajikan cahaya apa pun setelahnya.

Saat hujan orang-orang bernaung, tapi aku dengar beberapa dari mereka mengutukinya.

Padahal hujan sangat dinanti oleh tumbuh-tumbuhan kering.

Sejernih air hujan pun masih bisa dicela.

Penduduk kota hanya terhibur oleh apa yang mereka bayar.

Pikiran mereka mengambang pada gelombang kopi.

Saling acuh di setiap pagi.

Mereka saling berhimpit di sini namun enggan pulang ke desa dan tetap bertahan demi uang.

Padahal kota bukan kotak ajaib yang bisa mengubah-ubah nasib seseorang.

Bekasi, 20 Februari 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun