Mohon tunggu...
Dinar Febri Budiman
Dinar Febri Budiman Mohon Tunggu... Sales - Aku tak pernah mencela hujan karena yang ku harap reda itu kecewamu

Spritual, filsafat dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kabut Maut Kanjuruhan

5 Oktober 2022   15:19 Diperbarui: 5 Oktober 2022   15:30 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : im_sanjay07

Tembakan gas air mata di Kanjuruhan sampai membuat dunia menangis

Bagaimana banyak orang mati tragis.

Dalam pekat kabut kematian, hela nafas mereka terhimpit

Berebut oksigen demi mempertahankan nyawa

Dan bagi yang selamat mereka tidak juga berbahagia, sebab trauma

Banyak orang tua akan benci sepak bola.

Mengingat peluit wasit seolah mengundang malaikat pencabut nyawa.

Malam itu lebih gelap dari biasanya oleh musibah .

Memaksa keluarga korban untuk tabah.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun