Mohon tunggu...
Dina N. A Muaz
Dina N. A Muaz Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah candu walau terkadang terhalang typo.

Pecinta hujan namun tidak suka kehujanan Seseorang yang sedang belajar merangkai aksara dan mengabadikannya di media

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Berpisah Karena Kematian

29 Januari 2022   12:30 Diperbarui: 29 Januari 2022   12:34 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kematian Sumber: news.unair.ac.id

Berpisah Karena Kematian

“ Kematian menanti kita dengan sabar dimanapun kita berada, apapun aktivitas kita, bila waktunya tiba maka dia akan datang menyapa”

Minggu pagi matahari bersinar malu-malu tak pernah terduga sebelumnya hal ini akan menghampiri.  Rasanya ingin menangis sejadi-jadinya ketika melihat seorang laki-laki yang dulu mengazaniku memandangku lirih mengeluarkan air mata lalu pergi untuk selamanya.

Rasanya saraf-saraf di otakku berhenti bekerja, tubuhku mati rasa. Ingin rasanya kuhentikan waktu agar tetap selalu bersama. Saat itu besar harapanku momen yang ku alami hanya mmipi belaka namun ternyata itu nyata.

Guyuran hujan turun berpadu dengan suara serena ambulan lirih sekali kedengarannya rasanya begitu seperti didrama. Sungguh ini pengalaman pertama duduk di dalam mobil ambulan sambil memegeng sebaki taburan bunga.

Hati memang terluka tapi muka tegar tetapku pasang. Saat itu torehan senyum tetap terpancar dari wajahku ketika beberapa orang mencoba berbela sungkawa karena aku tau saat ini pasti akan tiba.

Iklas aku lepaskan kepergiannya, saat perlahan-lahan gundukan tanah menutupi jasadnya. Harum taburan bunga menemaniku yang sedang mendoakannya. 

Saat itu tidak bisa lagi aku meminjam bahunya untuk membagi sebagian luka. Sebenarnya ingin rasanya aku tetap berada di pemakaman ini menemaninya dari atas sini tapi itu tidak ada guna.

Malam pertama saat jasadmu sudah tiada rasanya sangat menyiksa. Lelah tubuh ini tak jua membuat indera penglihatan dapat terlelap. 

Malam itu mimpi enggan menyapa.  Rasanya jiwa dan raga begitu gelisah tidur jauh sekali dari kata nyenyak bahkan ingin sekali memanggil pagi agar cepat berakhir.

Dahulu aku kira dihianati oleh orang yang kita percaya adalah patah hati yang terdalam namun ternyata aku salah. Patah hati yang luar biasa adalah ketika kita ditinggal untuk selamanaya. Walau jasad ayah sudah terbujur kaku dipangkuan Ibu Pertiwi namun rasanya beliau masih terus hidup di hati ini.

Berpisah karena kematian adalah sesuatu yang mutlak di hadapi oleh setiap insan manusia. Tidak ada satupun manusia yang bisa lari dari kematian sekalipun dia bersemayam dalam lubang semut yang tak kasat mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun