Mohon tunggu...
Dina Mardiana
Dina Mardiana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan penerjemah, saat ini tinggal di Prancis untuk bekerja

Suka menulis dan nonton film, main piano dan biola

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Jihad Selfie: Fenomena Anak Muda Indonesia Terjaring ISIS Melalui Medsos

6 Juni 2017   10:31 Diperbarui: 8 Juni 2017   06:08 4012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster film dokumenter garapan Noor Huda Ismail, 'Jihad Selfie', yang rilis 2016 silam. (foto: website Jihad Selfie)

Berita pagi ini yang saya dengar, Arab Saudi memutus hubungan diplomatik dengan Qatar atas dasar negeri itu menjadi pendukung aksi-aksi teror di dunia yang diboncengi Al-Qaida dan ISIS. Padahal, kedua negara Teluk ini sebelumnya merupakan sekutu yang sangat akrab. Aksi teror yang dimaksud, dan banyak terjadi selama beberapa tahun terakhir, berupa bom bunuh diri yang dilakukan oleh para ‘jihadis muda’ yang direkrut dari seluruh dunia. Termasuk dari Indonesia.

Peristiwa bom bunuh diri pun tidak hanya terjadi di negara-negara di Eropa seperti yang selama ini sudah sering kita dengar, melainkan juga di Indonesia. Masih segar di ingatan kita, bom bunuh diri di kawasan Thamrin pada tahun 2016 (baca: Teror Lagi di Kota Paris) ketika saya masih berkantor di kawasan sibuk Jakarta tersebut, dan terakhir pada tahun ini di Kampung Melayu, hanya dua hari menjelang bulan Ramadan.

Ironisnya, para jihadis muda, begitulah sang pelaku bom bunuh diri menyebut dirinya, rata-rata bergabung ke dalam jaringan internasional ISIS melalui media sosial Facebook. Padahal, mereka pun tahu bahwa Facebook punya orang Yahudi, dan segala macam hal yang ada kaitannya dengan Yahudi biasanya dianggap musuh bebuyutan.

Entah mengapa kali ini aksi tersebut kelihatan sangat kontradiktif. Kalau menurut salah seorang narasumber yang diwawancarai Bapak Noor Huda Ismail melalui film dokumenter Jihad Selfie, “Facebook kan sebagai wadahnya. Ini mempercepat proses perubahan revolusi. Orang kafir yang membuatnya, kita yang memanfaatkannya.”

salah satu anggota ISIS asal Indonesia mengunggah foto dirinya (selfie) di akun facebook mengenakan atribut a la jihadis: senapan laras panjang dan ikat kepala berlafazkan kalimat tauhid. (foto sumber: website Jihad Selfie)
salah satu anggota ISIS asal Indonesia mengunggah foto dirinya (selfie) di akun facebook mengenakan atribut a la jihadis: senapan laras panjang dan ikat kepala berlafazkan kalimat tauhid. (foto sumber: website Jihad Selfie)
Jika mereka sudah berhasil bergabung dengan ISIS, dengan bangga para pelaku bom bunuh diri akan mengunggah foto dirinya mengenakan segala atribut seperti senapan laras panjang dan ikat kepala bertuliskan lafaz tauhid atau baju serba hitam seperti tentara, juga di akun ‘Yahudi’ tersebut. Konon model perekrutan semacam ini sangat berbeda dengan perekrutan para jihadis zaman perang Afghanistan.

Yah, setidaknya dari buku-buku mengenai aksi jihad yang pernah saya baca pada zaman kuliah, mereka yang ingin terjun ke medan peperangan di Chechnya, Kabul, Beirut, harus melalui proses yang sangat panjang dan selektif secara lahir bathin di gurun atau lokasi yang minim kenyamanan sampai akhirnya mereka teruji sanggup bertahan di kondisi serba kurang (tidak ada alat penghangat, makan seadanya, tidak mandi berhari-hari, dan lain-lain).

Kini, melalui film dokumenter berdurasi 45 menit yang digarap sebagai materi penelitian studi doktoralnya di Monash University, Noor Huda Ismail memaparkan bahwa perekrutan para calon jihadis yang dilakukan oleh jaringan Negara Islam Internasional ISIS ini menyasari siapa saja tidak pandang bulu melalui media online. Adalah seorang siswa asal Indonesia, Teuku Akbar Maulana, yang sedang mengenyam pendidikan setingkat SMA di sebuah sekolah di Kayseri, Turki.

Ia kepincut aksi temannya, Yazid, yang mengunggah foto dirinya di facebook mengenakan atribut yang saya ceritakan di atas tadi. Yazid pun memperlihatkan dialog-dialog intens-nya di Facebook dengan salah seorang anggota ISIS kepada Akbar, yang membuat Akbar terpana dan semakin ingin bergabung dengan ISIS.

Noor Huda Ismail, sutradara Jihad Selfie & peneliti di Monash University (kiri) bersama Teuku Akbar Maulana yang nyaris terjaring ISIS (kanan). Foto: Sydney Morning Herald Tribune.
Noor Huda Ismail, sutradara Jihad Selfie & peneliti di Monash University (kiri) bersama Teuku Akbar Maulana yang nyaris terjaring ISIS (kanan). Foto: Sydney Morning Herald Tribune.
Dalam Jihad Selfie, Akbar bertutur keinginannya bergabung dengan ISIS disebabkan oleh hasratnya menjadi bagian dari suatu perubahan dunia yang lebih besar. Slogan ISIS hidup mulia atau mati syahid sangat menggugah hatinya untuk berbuat sesuatu yang membuat dirinya terlihat lebih cool, lebih eksis. “Saya lihat foto-foto beliau [Yazid]. Gagah sekali pegang tembak [maksudnya terlihat keren memikul senapan],” ujar Akbar. Keberadaan sosial media di masa sekarang ini sangat membantu keinginan pemuda-pemudi seperti Akbar agar lebih dikenal dunia, namun sayangnya… dengan cara yang keliru.

Selain Yazid, ada juga pemuda seusianya asal Indonesia yang ikut terjun ke medan peperangan di Syria dan tewas, walaupun tidak jelas apakah matinya karena ikut terkena bom atau lebih karena kondisi medan sesungguhnya lebih keras ketimbang di Indonesia. Beruntung, Akbar tidak sempat menginjakkan kakinya ke sana, meskipun diperkirakan masih ada Akbar-Akbar lainnya yang akan terpikat aksi-aksi heroik seperti yang dilakukan Yazid dan rela mengarungi benua tanpa mengenal rimba. Hingga kini, tercatat sudah ada 500 orang asal Indonesia yang terlibat jaringan ISIS sejak tahun 2014. Dan, yang berhasil kembali ke Indonesia baru 152 orang.

para pembicara dari Yayasan Prasasti Perdamaian: Mbak Dete Aliah dan Mas Rizki Maulana, didampingi MC, di Paviliun 28 Jakarta Selatan, 2 Juni 2017. (foto: dokpri)
para pembicara dari Yayasan Prasasti Perdamaian: Mbak Dete Aliah dan Mas Rizki Maulana, didampingi MC, di Paviliun 28 Jakarta Selatan, 2 Juni 2017. (foto: dokpri)
“Ya pokoknya asalkan saya bisa sampai sana (Syria),” jelas Mbak Dete Aliah, produser film Jihad Selfie, mengulangi perkataan salah satu narasumbernya dalam melakukan penelitian mengenai aksi perekrutan ISIS. Mereka yang direkrut ini ada yang datang ke Syria dengan cara dibiayai oleh teman-temannya yang sudah bergabung di ISIS, tapi ada juga yang sampai rela jual mobil bahkan rumah untuk bisa sampai ke sana. Tidak hanya laki-laki, tapi juga perempuan.

Acara putar film Jihad Selfie yang bertempat di Paviliun 28 Jakarta Selatan pada hari Minggu 4 Juni 2017 yang lalu juga diikuti dengan diskusi menghadirkan para peneliti dari Yayasan Prasasti Perdamaian-YPP (Institute for International Peace Building), Mbak Dete Aliah dan Rizki Maulana. Yang menarik, acara putar film dan diskusi ini diselenggarakan oleh YPP bekerja sama dengan anak-anak muda yang tergabung dalam komunitas Gen KTP.

Singkatan dari Generasi Kritis, Terbuka dan emPati, komunitas yang beranggotakan remaja sekolah, kampus dan para fresh graduate ini juga mengadakan berbagai kompetisi seperti Short Video Competition dan lomba foto yang nantinya diikutsertakan ke ajang internasional demi menyuarakan visi misi anak muda yang kreatif dan berpikiran kritis serta terbuka dalam menanggapi berbagai konten di media sosial.  ***

instagram-gen-ktp-593621afd77e61c30b552f91.png
instagram-gen-ktp-593621afd77e61c30b552f91.png
Judul Film Dokumenter: Jihad Selfie

Durasi: 45 menit

Tanggal rilis: 28 Juli 2016

Produser Eksekutif dan Sutradara: Noor Huda Ismail


logo-komik-593621dd20afbdc92f410859.jpg
logo-komik-593621dd20afbdc92f410859.jpg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun