Mohon tunggu...
Otomotif Pilihan

Ada Apa dengan Maskapai Berbiaya Rendah?

29 Desember 2018   16:37 Diperbarui: 29 Desember 2018   23:27 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangis menyebar ke seluruh penjuru negeri, mengiringi tragedi pilu yang mengiris hati. Bendera kuning melambai-lambai diterpa dinginnya angin malam, terpampang jelas di muka rumah nan kelam. Lantunan merdu nan indah terpanjat ke langit biru, menerangi para insan yang sedang terbujur kaku kedingingan di perut samudra yang kelabu. Terangkatlah satu demi satu penantian mereka, semoga ketenangan dan kenikmatan menunggunya di alam berikutnya. 

Seperti yang kita semua tau, belum lama ini pada tanggal 29 Oktober 2018 telah terjadi kecelakaan yang menimpa maskapai penerbangan Lion Air dengan kode pesawat PK-LQP dengan jumlah korban yang berhasil diidentifikasi kurang lebih berjumlah 125. Dengan jatuhnya maskapai Lion Air ini menambah rentetan jumlah kecelakaan pesawat yang terjadi di Indonesia.

Bicara tentang maskapai penerbangan berbiaya rendah, maskapai penerbangan Lion Air adalah salah satu di antara beberapa maskapai yang menerapkan strategi Low Cost Carrier atau strategi biaya rendah. Selain Lion Air ada Air Asia yang juga menerapkan strategi ini, lalu ada Citilink, Adam Air yang sudah tidak beroperasi dari 2008 dan beberapa maskapai lainya. Jadi sebenarnya apa itu strategi biaya rendah ?

Strategi Low Cost Carrier atau strategi biaya rendah pada maskapai penerbangan merupakan strategi dimana maskapai berusaha meminimalkan biaya yang dia keluarkan, sehingga dapat menjual tiket dengan harga murah. Penerapanya bisa berbeda-beda disetiap maskapai penerbangan, namun biasanya pemangkasan diterapkan pada interior dalam kabin pesawat, penyediaan makanan, penyediaan bagasi barang dan beberapa biaya yang bisa di pangkas demi tercapainya biaya yang minimal.

Sebenarnya strategi ini jika dilihat dari sisi bisnis memang menguntungkan, karena pada zaman sekarang ini bukan hanya masyakat dari kalangan atas saja yang berkebutuhan atau berkeinginan untuk menggunakan pesawat terbang, namun juga masyarakat dari kalangan menengah, entah itu sekedar liburan, pulang ke kampung halaman atau bertemu dengan orang terkasih. Sehingga bisa dibilang strategi ini memang menguntungkan jika diterapkan.

Namun kenyataanya tidak ada suatu yang benar-benar sempurna, ada sisi positif dan negatif yang senantiasa menyertai suatu hal.  Penerapan strategi ini pada maskapai penerbangan sejalan dengan kualitas yang maskapai tersebut berikan, dari peminimalan biaya tersebut tentunya akan berdampak pada kurang maksimalnya beberapa aspek seperti kenyamanan, pelayanan dan tentunya yang paling penting adalah tingkat keamanan.

Walaupun sebenarnya dalam dunia penerbangan ada standar keselamatan yang harus diikuti oleh setiap maskapai penerbangan baik itu yang berbiaya rendah ataupun bukan, namun tetap saja akan ada dampak negatif yang timbul dari pengurangan biaya tersebut. Dengan murahnya harga tiket yang bisa kita beli dari maskapai berbiaya rendah di situ terdapat aspek-aspek yang juga turut berkurang dari adanya peminimalan biaya operasional perushaan.

Salah satunya bisa jadi adalah aspek keamanan, yang sebenarnya adalah aspek yang paling penting dalam industri penerbangan. Bukan berarti para maskapai penerbangan berbiaya rendah di sini mengabaikan keselamatan penumpang, bukan juga regulasi standar keselamatan penerbangan di Indonesia kurang baik. Tetapi ketika kita terlalu sering bermain di pinggir jurang maka kemungkinan kita untuk jatuh ke jurang akan tinggi dibanding ketika kita bermain menjauh dari jurang

Maksudnya dengan kondisi biaya yang ditekan dari maskapai penerbangan menyebabkan kualitas jasa yang diberikan menjadi seperti ala kadarnya, hanya sebatas pada garis standar, kurang memaksimalkan aspek-aspek yang di berikan. Sehingga kemungkinan untuk terjadi kesalahan menjadi tinggi dibanding apabila kita memaksimalkan aspek-aspek tadi. Bisa dilihat dampak dari minimalisir biaya tersebut seperti keterlambatan pemberangkatan penumpang, hingga kejadian seperti kecelakaan pesawat.

Sejalan dengan fenomena ini, pemerintah lewat menteri perhubungan berencana untuk mengevaluasi ulang peraturan atau regulasi dan memperketat manajemen maskapai penerbangan termasuk di dalamnya tentang batas bawah penetapan harga tiket, bukan hanya maskapai penerbangan berbiaya rendah tapi untuk keseluruhan maskapai penerbangan. Hal ini di lakukan agar kecelakaan pesawat bisa diminimalisir lagi.

Investigasi yang dilakukan Komisi Nasional Keselamatan Transportasi atau bias disebut KNKT pada prentang tahun antara 2002 hingga 2015 penyebab kecelakaan pesawat paling banyak disebabkan oleh faktor kerusakan pesawat dan sisanya karena faktor human error. Dari rentang tahun tersebut terjadi kecelakaan yang melibatkan maskapai penerbangan full service dan low cost carrier.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun