Mohon tunggu...
Dina Finiel Habeahan
Dina Finiel Habeahan Mohon Tunggu... Guru - be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

BE A BROTHER FOR ALL

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mencintai dengan Hati Bukan dengan Pikiran

16 Maret 2021   23:02 Diperbarui: 16 Maret 2021   23:07 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya pernah menuliskan sebuah artikel dengan judul " Cinta adalah dasar atas apa yang kulakukan". Dan beberapa saat ini saya ditantang bagaimana saya harus mengaktualisasikan cinta itu dalam segala aspek kehidupanku. 

Beberapa waktu yang lalu, pihak kampus mengutus mahasiswa semester enam untuk melakukan praktek lapangan diberbagai sekolah. KA Prodi mengumumkan bahwa Mahasiswa akan dibagi menjadi beberapa kelompok. Pembagian kelompok bukan berdasarkan NIM ataupun kelas melainkan digodok dari beberapa kelas. 

Awal ketika mendengar pengumuman saya mulai cemas. Saya berpikir bahwa saya akan kesulitan jika saya mendapatkan teman kelompok dari kelas lain. Dugaan saya itupun benar,teman kelompok saya berasal dari kelas yang berbeda yang bagi saya mereka adalah orang baru. 

Saya mulai berpikir bagaimana cara saya untuk  mendekati mereka. Tujuannya agar saya lebih mengenal dan memahami mereka. Saat itu juga saya membuat group via telegram dan mengundang mereka supaya bergabung kedalam group tersebut.

Hari pertama setelah terbentuknya group saya mulai menyapa mereka,bertanya tentang kegiatan yang akan kami laksanakan sekaligus juga persiapan-persiapan yang harus kami buat. 

Akan tetapi saya tidak mendapatkan respon seperti apa yang saya harapkan. Chat saya hanya dibaca dan tidak dibalas. Saya pun mulai berpikir ada apa dengan teman kelompok saya ini ? Sementara kelompok yang lain sudah sibuk menanyakan banyak hal ke Ka.Prodi.

Akibat slow respon tersebut,saya mulai berpikir untuk bekerja sendiri. Tapi ketika saya hendak memulai saya sandar sendiri " Inikan pekerjaan team dan bukan tugas mandiri". Hmm,apa yang harus saya lakukan ? Oke,saya mulai mengirimkan chat pribadi kepada setiap orang dan saya berharap akan mendapatkan respon dari mereka. Dan ternyata benar,dua diantara mereka membalas chat saya. Saya merasa senang.

Sehari sebelum kami berangkat ke sekolah yang telah ditentukan,kami membereskan segala berkas yang akan kami bawa. Besoknya kami berangkat bersama ke sekolah tempat kami praktek. Sekolah yang kami tuju bukanlah sekolah yang bonavit melainkan sekolah negeri yang berada di sebuah perkampungan.  

Pertama, ketika saya melihat dan bergabung bersama mereka ada rasa untuk menjaga jarak dan enggan untuk menyentuh mereka karena beberapa hal. Akan tetapi,mau tidak mau saya harus tetap mendekati mereka dan saya tetap mengingat visi saya. Siapapun yang berada bersama saya saat ini adalah titipan Tuhan untuk kujaga,kucintai dan kupelihara. 

Inilah menjadi motivasi awalku untuk mencintai mereka. Dan Saya melihat, rasa penasaran mereka terhadap saya sangat besar. Barangkali ini adalah kesempatan pertama bagi mereka melihat manusia seperti saya. Hehehehe

Nah, kesempatan itupun tidak saya lewatkan. Justru kesempatan itu menjadi momen yang pas bagi saya untuk berbagi cinta dengan mereka . Berbagi cinta bukan saja dengan pemberian berupa materi tetapi bagaimana saya harus menciptakan iklim yang nyaman dan menarik dalam kelas. 

Menciptakan situasi yang menyenangkan bagi anak-anak. Saat itu juga menjadi kesempatan bagi saya untuk mengenali mereka sekaligus membantu saya untuk mengajak mereka belajar bersama dengan saya. 

Dan yang paling membahagiakan saya adalah saya mendapat respon yang wow dari anak-anak tersebut. Selama enam hari pembelajaran saya mengusahakan metode belajar yang menarik yang belum pernah diberikan gurunya kepada mereka. 

Salah satu metode yang saya gunakan ialah belajar sambil bermain. Metode ini saya lakukan dengan tujuan agar anak lebih bebas mengekspresikan dirinya dan bebas memilih cara belajar yang sesuai dengan kemampuan dirinya. Meski demikian metode belajar ini tetap dalam pengawasan dan arahan saya. 

Setelah enam hari berturut-turut,saya melihat perkembangan yang terjadi pada siswa tersebut. Ternyata metode yang demikian dapat membantu tingkat konsentrasi serta disiplin anak serta menjadikan mereka lebih mandiri. 

Hal ini bisa saya lihat ketika mereka mampu membereskan kelas setiap kali setelah selesai belajar,selama proses belajar mereka dapat menyelesaikan tugasnya tepat waktu dan jarang terjadi percekcokan diantara siswa.

Kebersamaan ini menyadarkan saya bahwa mencintai itu mesti dengan hati. Mencintai dengan hati akan memudahkan saya dalam banyak hal. Baik itu dalam relasi, pekerjaan dan juga menjanjikan hasil baik dari setiap apa yang saya lakukan. Mencintai dengan hati juga memberikan kebebasan kepada saya dalam menjalin relasi dengan sesama. 

Bagi saya Mencintai dengan hati memampukan saya  meretas sekat-sekat perbedaan yang ada.Sedangkan mencintai dengan pikiran saya hanya bisa menghitung untung-rugi atas apa yang saya lakukan dan ini membuat saya tidak bebas dalam bertindak.

Harapannya semoga saya tetap mampu mencintai dengan sepenuh hati..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun