Mohon tunggu...
Dina Finiel Habeahan
Dina Finiel Habeahan Mohon Tunggu... Guru - be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

BE A BROTHER FOR ALL

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dianggap Bodoh

9 Maret 2021   10:53 Diperbarui: 9 Maret 2021   11:30 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesediaan untuk minta maaf,pertama-tama membutuhkan kerendahan hati untuk mengakui kesalahan kita. Kita harus mempunyai keberanian untuk membuka kelalaian kita dihadapan orang yang telah kita lukai bukan hanya itu saja kita juga harus siap menanggung akibat dari perbuatan tersebut. Sementara soal memafkan akan lebih sulit dilakukan karena berhubungan dengan rasa sakit; Entah itu fisik ataupun psikis.

Saya pernah memiliki seorang teman yang bagi saya dia adalahorang yang bisa kupercayai dan sebaliknya. Relasi itu sudah sekian lama berjalan dan sudah banyak pengalaman ataupun kisah-kisah yang mewarnai perjalanan tersebut. 

Nah,sebuah relasi yang dibangun sekian lama,tiba-tiba saja harus robek,pecah dan hancur karena ego dan keteledoran. Air matapun menggenang dipelupuk mata dan hati terluka : dalam dan perih. Ciyee...Dan rasanya semakin sulit untuk memberi maaf. Saya hanya bisa terdiam dan membiarkan luka itu menganga begitu saja. Saya hanya bisa memafkannya setengah hati. Bawaannya malas dan tidak mau bergerak untuk memaafkannya.

Akan tetapi,situasi tak bisa dihindari. Suatu hari,kami diutus ketempat yang sama dan tugas yang sama. Apa yang mau saya lakukan dengan itu? Mau tidak mau saya harus memaafkannya. Memaafkan setengah hati tidak mungkin lagi? Saya harus memaafkannya secara total dan tanpa syarat. Memang tidak mudah karena cara saya yang demikian belum tentu berkenan kepadanya. Tapi seiring berjalannya waktu relasi yang sempat retak kini menjadi utuh kembali,hangat kembali.

Bagi saya,pengalaman ini mengajak saya bahwa dalam hal meminta maaf dan memaafkan perlu suatu keberanian,menerobos ego sendiri dan membuka cakrawala baru. Saya teringat dengan suatu teori waktu saya SMP,yakni " Jembatan Keledai" Apa itu "jembatan keledai?"Yaitu cara "bodoh" untuk menghafal, membuat singkatan unik, mudah diingat, dan menyenangkan. Misalnya warna pelangi: Mejikuhibiniu. Dari kata MErah, Jlngga, KUning, Hljau, Blru, Nlla dan Ungu. Tetapi apakah ini cara bodoh? Tidak! Ini jenius. Maka dianggap bodoh itu tidak bodoh, karena hanya dianggap saja.

Yah,Sejak dahulu, keledai dianggap binatang yang bodoh. Namun, sejatinya ia binatang pintar, tangguh, dan pekerja keras, Kepintarannya mampu mengingat jalan yang pernah dilaluinya, mampu membawa beban untuk segala medan berat, mampu mendengar keledai Iain dari jarak 60 mil, tidak suka bertengkar, mampu melihat malaikat, yang tak bisa dilihat manusia(BiI22:23).

Apa yang mau saya katakan dengan itu ? Seringkali memang cara- cara yang kita lakukan untuk mewujudkan sesuatu dianggap bodoh oleh orang lain. Misalnya,seperti pengalaman saya diatas,ada saja orang yang berkata demikian," Bodoh kali kau,kok maukau dipermainkan,kok mau kau diperalat,biarin saja kegitu biar tau rasa dia! Enak saja dia sudah salah lalu masih diberi kesempatan ,siapa kali emang dia ? Jangan mau kau". Nah,kira-kira demikian komentar orang ketika saya berani untuk memafkan teman saya itu.

Saat seperti inilah saya perlu berdicerment,mana yang harus saya lakukan,ikut kata orang atau kata hati saya. Menimbang perbuatan baik mana yang hendak saya lakukan. Saya sadar bahwa Apa yang saya lakukan itu hanya dianggap bodoh dan sebenarnya tidak bodoh. Dan mereka tidak tau nilai apa yang sedang perjuangkan saat itu. 

Jadi,perlu jugalah masa bodoh atas komentar yang demikian,masa bodoh atas komentar yang tidak perlu. Sebab Efek dari kemampuan untuk  memaafkan jauh lebih berharga daripada membiarkan problema berkembang begitu saja itu sama halnya saya membiarkan luka itu semakin parah. 

Saya mendambakan  hidup yang bahagia,rileks dan harmonis. Maka kunci sukses untuk mendapatkan hidup yang demikian adalah berani minta maaf dan meaafkan. Inilah salah satu salib yang harus dipikul oleh setiap orang. Bagaimana caranya menjadi orang yang pemaaf dan berani minta maaf ? Caranya tidak sulit. Hal yang pertama saya lakukan adalah jujur dan bertanggung jawab serta terbuka akan kritikan dengan orang lain demi perkembangan diriku kearah yang lebih baik.

So, Mengampuni merupakan cara kita memperbaiki relasi yang rusak. Mengampuni juga merupakan cara kita menyembuhkan luka batin kita kepada orang yang telah melukai hati kita. Yang paling penting adalah mengampuni merupakan tanda keberadaan Tuhan di dalam hati kita. Kita akan dapat mengampuni kalau Tuhan sungguh-sungguh berdiam di dalam hati kita. 

Memaafkan dan meminta maaf itu sama-sama penting. Tapi perlu juga anda tahu bahwa kata maaf tidak selalu bernada rendah hati. Kata maaf sering juga dijadikan sebagai alat untuk menghindar atau menolak sesuatu. Atau memaafkan juga sering bernada sinis. Bernada sinis karena tidak mau berproses. Tidak ingin berlama-lama sehingga seseorang mengatakan ,"Ya kumaafkan,tapi sebenarnya tidak demikian".

So,kata maaf bukan sembarang kata yang mudah diucapkan tapi kata maaf adalah kata yang penuh pertimbangan. Hal ini terkait dengan rasa,emosi,dan ekspresi. Idealnya seseorang yang sanggup memberi kata maaf dengan tulus akan lebih bebas untuk berekspresi.

Semoga,kita mampu menjadi pribadi-pribadi yang mampu memaafkan secara tulus dan berani untuk meminta maaf.

Keep strong..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun