Mohon tunggu...
Dina Finiel Habeahan
Dina Finiel Habeahan Mohon Tunggu... Guru - be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

BE A BROTHER FOR ALL

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Iman yang Menyapa, Menyembuhkan, dan Menyelamatkan

19 November 2020   14:54 Diperbarui: 19 November 2020   14:56 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                                  

"Jangan Takut! Aku selalu ada di sini untukmu...Trust me!" 

Dua minggu yang lalu seorang saudari dinyatakan positif Covid-19. Sebelumnya saudari kami ini sudah tinggal beberapa saat di RS.Elisabeth dikarenakan penyakit asma yang dideritanya bukan hanya itu masih ada penyakit penyerta lainnya. Selama ia berbaring dirumah sakit saya sering mengunjunginya. Hampir setiap hari saya melakukan kontak dengannya . Entah mengantar bekal dan perlengkapan lainnya. 

Hari pertama masuk rumah sakit telah dilakukan tes swab. Dan beberapa hari kemudian hasilnya keluar dan negatif. Saya dan teman-teman berpegang pada hasil test swab tersebut . Bahwa ia bersih dari covid-19. Hasil itu juga lah yang meyakinkan saya untuk tetap pergi mengunjunginya ke rumah sakit. Bagi saya, kehadiran saya yang dalam hitungan menit pun sangat berarti baginya dan lewat perjumpaan itu penyakitnya berangsur sembuh. Situasinya pada saat itu sangat saya mengerti. Pada waku ia harus berbaring meramaikan barisan dirumah sakit tentulah butuh sapaan,butuh perhatian lebih dari itu tentu ia ingin untuk didengarkan.

Suatu ketika pada malam hari ia menghubungi saya lewat telepon WA. Dia mengatakan bahwa kepalanya pusing dan tulang-tulangnya terasa ngilu semuanya. Pada waktu itu saya berpikir,mungkin saja dia lupa makan obat atau dosis obat yang terlalu tinggi. Tanpa basa-basi saya dan seorang saudari menyusulnya kerumah sakit. Ada apa sebenarnya yang terjadi ? Setiba dirumah sakit ,kami tidak mendapatkan ijin untuk masuk keruangan saudari kami itu. Yahh,kecewa pasti. Tapi tidak apaa-apa akhirnya kami pulang kerumah.

Besok sorenya kami mendapatkan info dari salah seorang perawat bahwa saudari kami itu positif covid. Dan akan segera dipindahkan kerumah sakit yang lain yang khusus menangani covid. OMG,mendengar informasi itu saya ketakutan. Jangan-jangan saya diserang corona juga. Teman-teman satu komunitas ikut ketakutan dan panik. Karena saya yang bolak-balik kerumah sakit dan kami melakukan aktivitas ditempat yang sama. Dalam situasi itu kami hanya bisa berpasrah. Jika memang kita  harus mengungsi kerumah sakit karena covid yah,kita harus terima. Tapi baiklah sebelum kesana kita melakukan karantina mandiri selama 14 hari. Demikianlah ibu komunitas memberikan penguatan kepada kami.

Isolasi mandiri selama 14 hari adalah sesuatu yang membosankan. Segala aktivitas dilakukan di dalam kamar sendiri. Tidak ada lagi makan bersama,doa bersama dan belajar bersama. Pada saat itu,inilah jalan terbaik untuk kami. Selama dua minggu itu ibu komunitas mengupayakan yang terbaik dari kami. Mulai dari makanan,vitamin dan lain sebagainya.

Selama masa karantina tidak banyak yang bisa saya lakukan kecuali hanya belajar dan berdoa. Hanya satu yang saya inginkan lewat doa-doaku yaitu semoga Tuhan membebaskan saya dari wabah virus corona. Novena 3 salam maria selalu saya daraskan setiap hari. Hari demi hari kami lalui dengan penuh harap bahwa kami akan baik-baik saja. Sampai hari ke-14 kami tetap dalam keadaan baik tidak ada rasa sakit atau gejala lain yang membuat kami cemas. 

Tapi tak cukup hanya sampai disitu,kami tetap diminta untuk di swab. Setelah di swab beberapa hari kemuadian hasilnya keluar dan negatif. Rasa syukur yang tak terlukiskan pada waktu itu membuat  saya menitikkan air mata bahagia. Agak lebay ya...hehehe. Tapi tidak apa-apa itu ungkapan kegembiraan yang spontan dari dalam hatiku. Aku yakin doaku telah  mengubah ketakutanku menjadi sukacita. Imanku telah menyembuhkan dan menyelamatkan aku.

Refleksinya:

Setiap kita pasti  pernah mengalami ketakutan, kecemasan, dan keragu-raguan.

Ada juga yang disebut dengan rasa takut yang neurotic yakni rasa takut yang mengambang dan sumbernya tidak jelas. Rasa takut ini perlu disembuhkan karena dapat menjadi penghalang akan keberimanan. Kerap yang terjadi saat hidup dipenuhi dengan tumpukan rasa takut maka akan dengan mudahnya seseorang lari mencari kompensasi dan hiburan. 

Sapaan "Jangan takut" menjadi kekuatan bagiku untuk menjalani hidup setiap harinya dan kiranya menjadi sapaanku setiap hari tatkala keluarga, sahabat dan kenalanku sedang dirundung rasa cemas, ragu-ragu dan takut.Sapaan itu sungguh meneguhkan, menguatkan, menyembuhkan dan akhirnya menyelamatkan sebuah relasi dan pribadi. 

Kesembuhan dan keselamatan itu membutuhkan proses. Dalam proses itu dibutuhkan iman yang hidup. Berjuanglah mempertahankan iman, berdirilah teguh dalam iman, bertekunlah dalam iman dan mintalah iman makin bertambah, karena imanlah yang menyelamatkan engkau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun