Mohon tunggu...
Dina Finiel Habeahan
Dina Finiel Habeahan Mohon Tunggu... Guru - be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

BE A BROTHER FOR ALL

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Ditolak", Kasih Selow, Tahan Esmosi Itu Bukan Akhir Segalanya!

2 November 2020   10:18 Diperbarui: 2 November 2020   10:51 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai seorang religius yang sejati tentu disana sudah ada pengorbanan,pemberian diri dan penyangkalan diri selain itu juga harus memikul salib. Memikul salib maksudnya harus siap menanggung resiko dari setiap pilihan atau keputusan yang diambil.

Salah satunya adalah reaksi ketika mengalami yang namanya penolakan. Bukan hanya saya,barangkali setiap dari kita pernah mengalami yang namanya penolakan atau menolak.

Nah ditolak karena kesalahan sendiri sudah wajar apalagi ditolak karena melakukan kejahatan. Tapi ditolak karena melakukan kebenaran atau ditolak karena melakukan kebaikan mungkin susah diterima. Pasti sakit ya.. mungkin lebih sakit rasanya dari sakit fisik.

Di sisi lain bisa membuat seseorang semakin down bahkan berhenti untuk berbuat. " Untuk apa aku melakukan semua ini toh juga tidak diterima,toh juga tidak dihargai,digubris aja pun tidak ". Kira-kira demikian keluhannya ketika di tolak.

Ini adalah bagian dari pengalaman saya. Setelah menyelesaikan magang dua, setiap dari kami wajib membuat laporan. Laporan ini tidak jauh beda dengan pembuatan skripsi. Selama magang dua ini berlangsung dosen PA saya rajin berkunjung kesekolah dimana saya magang. Dalam kunjungan itu saya berharap bahwa saya tidak akan mengalami kesulitan dalam pembuatan laporan. 

Baiklah masa magang sudah berakhir dan tiba saat nya untuk mengerjakan laporan. Kesempatan untuk mengerjakan laporan sekitar 2 minggu. Dengan semangat 45 laporan itu saya siapkan kurang dari waktu yang ditentukan.

Dalam pembuatan laporan itu saya selalu konsultasi dengan dosen pembimbing saya. Meski demikian pembuatan laporan magang itu tidaklah berjalan dengan mulus. Sudah disiapkan baik-baik eh malah dicoretin,sudah siap dijilid malah di tolak. Ehh,tapi tidak apa-apa. Kasih selow aja. Revisi terus tidak apa-apa.

Hanya satu yang selalu kuinginkan semoga dosenku itu selalu bersedia ketika saya datang untuk konsul. Mungkin bosan juga dia akhirnya laporan saya diterima. Hehehe Dan saya sudah berusaha memberikan yang terbaik dan berharap bahwa apa yang saya kerjakan itu sudah baik adanya.  

Suatu waktu saya dichat oleh seorang teman mahasiswa. " Suster sudah siap laporan magang suster ? " Dengan bangga saya jawab " sudah" . 

" Aduh,aku belum loh suster. Lalap dicoreti setiap kali aku konsul. Bantu dulu aku suster, sudah pusing kepalaku". Mendengar itu saya kasihan .Saya teringat dengan perjuanganku untuk menyelesaikan laporan itu bukan hal yang mudah. 

 Setelah itu kami mencoba untuk saling koreksi laporan magang yang telah kami buat. Memang dosen pembimbing kami berbeda dan sekolah tempat kami magang juga berbeda. Waktu yang ditentukan untuk mengerjakan laporan sudah hampir habis.

Laporan teman saya itu baru mulai pembahasan. Dia mulai marah karena apa yang dibuat selama ini rasanya sia-sia. Usahanya sering ditolak oleh dosen pembimbingnya. Setiap konsul laporannya pasti ada yang dicoret. Apakah dia kurang hati-hati ? Bisa saja. 

Saya tidak bisa melakukan banyak apalagi memberi dengan situasi yang dialaminya. Suatu hari saya mengajaknya pergi ketaman dimana kami biasa melakukan diskusi. Disana kami banyak bercerita tentang pembuatan laporan magang.

Apa yang menjadi kendala dan solusi dari setiap kesulitan yang kami alami. Dalam sharingnya ternyata dari awal pembuatan judul pun dia sudah mengalami kesulitan. Dalam pembuatan judul saja harus tiga kali ganti apalagi dengan isinya.

Akhirnya kami sepakat untuk mengerjakan laporannya secara bersama. Dan dalam waktu 3 hari laporannya siap kami kerjakan dan mendapatkan Kata acc dari dosennya.  Walaupun hasilnya tidak seperti yang diharapkan tapi hati ini masih bersyukur. Serasa beban hidup hilang seketika. Dari pengalaman singkat ini saya diajak untuk berefleksi.

Ditolak memang pahit rasanya, namun itu bukan akhir dari segalanya. Penolakan pun bisa dilihat sebagai titik balik untuk memulai kembali apa yang telah dibuat sebelumnya sembari mengharapkan yang lebih baik lagi. Hal ini dapat terjadi apabila aku mampu mengolah emosiku dengan baik sembari merefleksikan atau mengevaluasi apa yang telah saya lakukan sebelumnya.

Satu keyakinan saya bahwa apa yang saya lakukan tidak akan selamanya diterima oleh orang-orang yang ada disekitar saya. Entah baik atau buruk yang dilakukan tetap saja ada barisan yang akan menolak itu, tergantung apa motivasi mereka.

Berhadapan dengan penolakan, sikap yang diperlukan adalah terima dengan rendah hati dan belajarlah untuk membuat yang terbaik lagi serta jangan pernah jemu-jemu untuk berbuat yang baik dan benar. Apapun masalahnya hadapi saja,tak perlu emosi karena itu hanya akan menambah beban dan menurunkan imun tubuh.Hehhe

Pertanyaan selanjutnya, apakah kehadiran saya sudah membawa kabar baik kepada orang-orang miskin; memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas? Jawab sendirilah ya...

Semoga kita semua menjadi pribadi-pribadi yang peduli terhadap sesama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun