Mohon tunggu...
Dina Finiel Habeahan
Dina Finiel Habeahan Mohon Tunggu... Guru - be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

BE A BROTHER FOR ALL

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aku Rela Menjadi "Guling"

22 Oktober 2020   16:42 Diperbarui: 22 Oktober 2020   17:09 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi guling sudah saya lakukan kurang lebih satu bulan dan itu saya laksanakan ketika proses KBM selesai.  Merasakan lelah sudah pasti. Tapi dibalik kelelahan itu ada sukacita tersendiri. 

Menjadi guling itu seru ! Karena saya boleh mengunjungi anak-anak itu satu persatu sekaligus mengintip apa yang menjadi kebiasaannya dirumah. Dengan menjadi guling ini saya semakin mengenal kepribadian/ karakter siswa saya.  

Apalagi ketika saya memasuki  wilayah pinggiran kota. Serasa saya ada dikampung halaman,hehehehe. Disana ada 3 orang murid saya. Jadi saya kesana 3 kali seminggu (Senin-Rabu-Jumat ) mulai pukul 14.00-16.00. Waktu yang singkat itu kami gunakan untuk belajar bersama . 

Dengan cara ini mereka lebih mudah untuk mengerti dan paham tentang apa yang saya ajarkan,selain itu mereka juga dapat mengerjakan tugasnya sendiri bukan orang tuanya lagi yang mengerjakan tugasnya.

Pengalaman itu sangat berkesan bagi  saya,karena mereka terlihat bahagia dan antusias mengikuti kegiatan yang saya berikan. Kehadiran saya diantara anak-anak itu sangat didukung oleh orang tuanya. 

Sehingga setiap kali mau pulang yang saya bawa adalah ungkapan trimakasih yang melimpah. Mereka ingin supaya saya tinggal disana,tapi bagi saya itu bukanlah sesuatu yang mungkin mengingat tugas dan tanggung jawab saya sebagai suster sekaligus menjadi guru.Lewat pengalaman ini, saya sangat bersyukur bahwa Tuhan menganugerahi karunia itu kepada saya. Karunia Menjadi  seorang guru.

Menjadi seorang guru bagi anak-anak kunci utamanya adalah sabar,mampu mendengarkan,dan tegas. Saya sudah mengalaminya kurang lebih 4 tahun dan yang saya rasakan bahwa Kesabaran itu selalu mendatangkan sukacita,selain itu kerelaan saya  untuk meninggalkan zona nyaman mendatangkan sukacita bagi anak-anak. Dan yang menjadi tolak ukur keberhasilan saya dalam mengajar adalah siswa.

Ketika siswa tidak mengerti dengan apa yang saya jelaskan  pada saat itu jugalah saya mengalami yang namanya gagal. Hal ini bisa dilihat lewat tugas-tugas yang mereka kerjakan. 

Selain itu reaksi yang ditunjukkan anak-anak ketika mendapat perintah dari saya. Maka untuk mencegah hal ini,saya harus membuat persiapan yang matang.Kira-kira begitu lah !

Saya tidak pernah mengeluh dengan keadaan itu,justru dengan keadaan ini saya dituntut lebih untuk memberi yang terbaik bagi mereka yang membutuhkan. Dan saya berusaha Memberi versi terbaik dari diriku bagi generasi penerus.

Oleh karena itu jiwa kreatif saya semakin dimantapkan. Hehehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun