Penulis: Dina Amalia
Sources: Pengalaman Pribadi -- Interaksi Customer
Nggak kalah populer dari sebuah cerita romantis yang tersusun rapi dalam sebuah novel, dan sama-sama terguyur motivasi seperti saat membaca buku pengembangan diri. Ialah buku resep. Sering terlihat diabaikan, tapi siapa sangka masih digemari pakai bumbu cinta, apalagi sama emak-emak nusantara.
Sekilas kelihatannya terabaikan, apalagi bagi anak muda -- jangankan dibaca, dilirik saja tidak. Buku resep, memang biasanya lebih populer di kalangan wanita, khususnya para mama-mama. Tentu, tetap famous di kalangan juru masak, hingga orang-orang yang sedang atau ingin belajar memasak.
Serupa yang saya rasakan ketika memasuki toko buku. Ruangan yang luas dipenuhi ribuan buku, mata ini langsung tertuju pada buku-buku bercover menarik, tak lain kumpulan buku berisi kisah romantis, fantasi, atau hal-hal yang memotivasi. Terkadang mentok pada kebutuhan akademik. Pikir saya, "anak muda".
Apalagi di zaman secanggih ini, aroma kumpulan resep lebih cepat tercium dari potongan video, atau lebih praktis lagi dari berbagai situs online yang juga lengkap dengan foto sajian step-by-step.
Sampai-sampai, saya pun sempat berpikir bahwa buku resep sudah mulai redup termakan zaman. Sesekali digemari kalau memang lagi ada kebutuhan.
Sampai Dimarahi Emak-Emak: Beraroma Menjanjikan, Buku Resep Rupanya Masih Jadi RebutanÂ
Namun, ketika memasuki dunia perbukuan, rupanya pikiran-pikiran di atas hanyalah sebuah asumsi tak berdasar, layaknya angin yang berhembus kesana-kemari.
Memasuki tahun 2020, di toko buku tempat saya berdagang kedatangan wajah baru, yaitu buku dan majalah resep; dari mulai masakan, minuman, dessert, hingga pastry.
Mulanya, tentu berpikir biasa saja seperti buku lainnya. Tetapi, begitu dipasarkan banyak sekali yang langsung membeli, tanpa ragu dan tak lagi bertanya.
Sadar banyak yang berminat pada buku resep, saya pun kembali menjualnya -- dengan judul yang selalu berbeda. Sejujurnya, tidak sekalipun berharap akan ada yang langsung membeli, alias mengalir saja seperti menjual buku lainnya. Apalagi berkondisi bekas, terkadang lebih lama terpajang.