Penulis: Dina Amalia
Sources: Pengalaman Pribadi -- Kunjungan ke Museum Layang-Layang Indonesia
Zaman boleh berubah, tapi siapa sangka memori bermain dan mengejar layang-layang masih melekat diingatan dan enggan berpindah.
Menyodorkan beribu kenangan masa kecil anak-anak Nusantara, langkah kali ini merayu saya untuk melipir sejenak ke Museum Layang-Layang Indonesia. Bukan sekadar melihat-lihat saja, tetapi lengkap diajak bernostalgia dengan membuat dan menerbangkan layang-layang.
Dicolek Rimbunnya Pepohonan dan Bangunan Adat yang Menawan
Menapaki pintu gerbang Museum Layang-Layang langsung disambut oleh beberapa tour guide. Namun, mata saya langsung salah fokus pada penampakan kawasan dalam museum.
Seraya bersolek, rimbunnya pepohonan dibarengi angin semilir menyambut kami. Lingkungan museum betul-betul bersih dan asri terjaga.
Tak lama melangkah, rumah joglo pun menampakkan diri dan rupanya itulah tempat di mana ratusan layang-layang dipajang. Saat melihat, seakan menyaksikan lingkungan yang tak lepas dari keindahan dan kentalnya budaya asli Indonesia.
Melangkah ke dalam, rupanya rumah joglo tak berdiri sendirian, melainkan berjejer ruangan lainnya dengan bentuk serupa yang berisi fasilitas untuk memanjakan pengunjung museum.
Di antaranya, seperti ruangan khusus film, di mana setiap pengunjung yang datang akan dipersilakan untuk menonton sejarah dari layang-layang, apa saja jenis layang-layang, hingga melihat kejuaraan layang-layang yang telah diraih baik di dalam ataupun di luar negeri.
Mengingatkan nuansa desa, berjejer pula meja dan kursi yang masih khas menggunakan kayu, hingga masih ada yang real dari potongan batang pohon tanpa diubah bentuknya.