Mohon tunggu...
Dina Amalia (Kaka D)
Dina Amalia (Kaka D) Mohon Tunggu... Penulis, Bouquiniste

~ Best In Opinion Kompasiana Awards 2024 ~ Hidup dalam edisi khusus bekas + bekas | Kebanyakan buku, sesekali mlaku-mlaku. Ikut? dno.dwriter@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Membudayakan Kata 'Maaf, Tolong, Terima Kasih' ke Customer Online, dari Asing Menjadi Akrab

8 April 2025   09:20 Diperbarui: 8 April 2025   10:35 736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi / Dina Amalia - Edit with Canva (Kata Maaf, Tolong, Terima Kasih)

Penulis: Dina Amalia
Sources: Pengalaman Pribadi -- Online Book Store 2022-2023

"Maaf", "Tolong", "Terima Kasih", selalu hangat terdengar dan tak pernah berhenti digunakan. Tua-muda, laki-laki ataupun perempuan, di dalam ataupun di luar rumah -- saat berinteraksi pasti selalu meninggalkan jejak diantara ketiga kata tersebut.

Sederhana terdengar, tapi siapa sangka kala ucapan kata "Maaf", "Tolong", "Terima Kasih" dilontarkan bisa membuat hati seseorang menjadi bahagia dan merasa dihargai. Hingga disebut-sebut sebagai kunci 'ajaib' dalam berkomunikasi.

Kalau ditafsirkan secara ringkas, 3 kata tersebut menjadi cermin dari tata krama, magnetnya kekuatan bahasa yang santun mempengaruhi banyak orang.

Sesederhana yang disebutkan dalam buku 'Tolong, Maaf, Terima Kasih' karya Salman Ali Rofiq (2019), 3 kata super ajaib itu bisa merubah 'lawan' menjadi 'kawan'; merubah 'benci' menjadi 'cinta'; hingga menyulap 'amarah' menjadi 'kasih dan sayang'.

Sayangnya dan tanpa disadari, kala zaman semakin deras berkembang kata "Maaf", "Tolong", "Terima Kasih" menjadi sedikit 'terabaikan'.

Dalam transaksi jual-beli misalnya, di mana 3 kata super ajaib ikut terbagi menjadi 2 atmosfer yang berbeda (selayaknya jangkauan pasar); yakni offline dan online. Dominan interaksi jual-beli secara offline sangat menjunjung tinggi pengucapan kata "Terima Kasih", "Maaf", dan "Tolong", baik dari sisi penjual ataupun pembeli.

Namun, lain halnya ketika aktivitas transaksi jual-beli dilakukan secara online, di mana pengucapan kata "Maaf", "Tolong", dan "Terima Kasih" sering terdengar tidak imbang, bahkan hilang. Alias cuek, sesederhana saat bertanya stok dan kondisi produk -- tetapi ketika sudah dijawab detail, hilang begitu saja tidak memberikan feedback. Posisi ini sederhana, namun jika dibandingkan dengan bertanya secara offline pasti kita selalu memberi feedback, seperti "Oh sudah habis ya Mba, oke makasih yaa".

Dahulu Selalu 'Digunakan', Kini Menjadi 'Dinantikan' 

Dalam konteks aktivitas jual-beli, pengalaman tersebut saya rasakan berulang. Tentu tidak semua customer cuek seperti pernyataan di atas, tetapi jika boleh dijabarkan memang budaya komunikasi pada ranah online sangat berbeda sekali dengan tatap muka.

Ketika beraktivitas dan memposisikan diri sebagai pedagang online, saya pun cuek-cuek saja. Selayak yang ada dipikiran orang pada umumnya, yakni fokus dengan barang yang saya tawarkan dan customer fokus memilih + menawar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun