Mohon tunggu...
Dina Arista
Dina Arista Mohon Tunggu... Administrasi - https://instagram.com/dnrista?igshid=1qru603cwcz4p

Hai🌻

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Persepsi Mahasiswa Terkait Pelaksanaan Kuliah Offline di Masa Pandemi

13 April 2021   13:51 Diperbarui: 13 April 2021   13:54 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

"PRESEPSI MAHASISWA TERKAIT
PELAKSANAAN KULIAH OFFLINE DIMASA PANDEMI"

Adanya wabah virus corona atau yang lebih kerap disebut dengan COVID -19 yang melanda hampir di seluruh negara di dunia sejak awal tahun 2020 telah mengguncang kehidupan masyarakat. Menurut laman kompas.com (2021), hingga Januari 2021, telah tercatat sebanyak 92,3 juta kasus COVID-19 dengan korban meninggal dunia mencapai 1,98 juta jiwa yang tersebar hampir di seluruh negara di dunia. Di Indonesia, virus COVID-19 ini telah menginfeksi sedikitnya 858 ribu jiwa dengan korban meninggal dunia mencapai 24,951 jiwa yang diakibatkan oleh penyakit pernafasan menular tersebut. Virus ini ternyata tidak hanya mengancam nyawa, namun juga memiliki imbas di berbagai sektor. Salah satunya terhentinya proses belajar-mengajar yang mengakibatkan terganggunya pendidikan di suatu negara.

Di Indonesia sendiri, proses belajar mengajar yang semula dilaksanakan secara tatap muka, terpaksa dilaksanakan secara daring. Sudah selama kurang lebih satu tahun lamanya dihitung dari bulan Februari 2020 pembelajaran jarak jauh tersebut diberlakukan. Keputusan yang diambil oleh mayoritas sekolah di Indonesia untuk mengadakan pembelajaran secara daring tentunya menuai banyak pro dan kontra.

Berdasarkan laman kompas.com (Desember 2020), Jubir Vaksinasi Covid-19 dr. Siti Nadia Tarmizi memaparkan bahwa 3 juta dosis vaksin telah sampai di Indonesia dan vaksinasi diperkirakan dapat mulai dilakukan pada pertengahan Januari 2021 mendatang. Mendengar pemberitaan tersebut, warga negara Indonesia seolah mendapatkan angin segar, terutama pada sektor pendidikan yang sudah hampir setahun melaksanakan pembelajaran daring. Bersamaan dengan pemberitaan terkait vaksinasi tersebut, isu terkait pembelajaran tatap muka dibenarkan oleh Mendikbud Nadiem Makarim. Namun, angin segar tersebut justru malah memancing munculnya berbagai spekulasi serta opini.

Mahasiswa, yang sering juga disebut dengan manusia-manusia kritis, pemerhati sekaligus pengkomsumsi konten media yang memiliki penetrasi hingga 56% sebagai pengguna media sosial menurut Digital Around The World 2019, justru memiliki keraguan terhadap keputusan menteri pendidikan yang akan menyelenggarakan pembelajaran tatap muka segera. Hal tersebut tentunya bukan tanpa sebab.

Perkembangan teknologi serba digital yang semakin pesat, membuat manusia memiliki gaya hidup baru yang tidak dapat lepas dari perangkat elektronik. Perangkat elektronik tersebut secara tidak langsung menyebabkan pikiran manusia terpengaruhi terhadap konten konten yang disajikan.

Selama Pandemi Covid-19 menyandera Indonesia, menurut laman kompas.com yang dipublikasikan pada tanggal 25 Maret 2021, sudah terdapat lebih dari 23 hoax yang telah disebarkan melalui jejaring media yang terdapat di internet. Sebenarnya, adanya hoax tersebut tidaklah memiliki dampak yang berarti. Namun, seperti yang kita ketahui bersama, bahwa pengguna media sosial tersebut tersebar di seluruh rentang usia, termasuk pada usia yang produktif yang pada pembahasan kali ini merupakan mahasiswa yang secara faktanya, usia tersebut kerap kali mudah tersulut emosi serta menerima pesan/informasi yang sifatnya hoax.

Contohnya saja, pada hoax terkait termometer infrared (thermogun) yang diklaim berbahaya bagi tubuh manusia. Hoax tersebut menyebutkan bahwa penggunaan thermogun apabila ditembakkan di kening dianggap dapat membahayakan struktur otak manusia. Sebagai mahasiswa yang memiliki pemikiran yang kritis namun lebih mengutamakan emosi, mahasiswa secara general akan lebih mudah mempercayai dan justru memilih untuk menolak keputusan kuliah secara offline guna menghindari terkena paparan thermogun secara berlebihan.

Hal tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi serta ditangani oleh pemerintah sebagai pemegang kendali portal informasi utama negara. Faktor pengaruh berita yang tidak memiliki sumber yang jelas dapat menimbulkan konfik, hingga kesalahpahaman publik.

Terkait dengan permasalahan tersebut, Presiden Joko Widodo, telah memberikan instruksi pada pemerintah harus menunjukan sikap serius dalam menanggapi hal tersebut. Menanggapi instruksi presiden tersebut, pemerintah telah menyediakan portal informasi terpercaya, serta mengerahkan polisi cyber agar kaum milenial dapat mempercayai pemerintah sepenuhnya.

Komunikasi politik merupakan bagian yang penting dalam menghadapi permasalahan tersebut. Kepercayaan publik yang sepenuhnya adalah jalan keluar dari permasalahan ketidakpercayaan milenial khususnya mahasiswa terhadap adanya keputusan pembelajaran offline dalam masa pandemic Covid-19.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun