Mohon tunggu...
DINA KAMILAHAYATI
DINA KAMILAHAYATI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Budaya Lokal Pulau Madura: Sapi Sonok Sebagai Tradisi Mencetak Bibit Sapi Unggul

4 Maret 2023   19:31 Diperbarui: 6 Maret 2023   19:52 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pulau Madura adalah sebuah pulau di sebelah timur laut Pulau Jawa yang memiliki populasi penduduk yang cukup besar, yaitu lebih dari 4 juta jiwa. Sebagian besar wilayah kepulauan Madura, termasuk perairannya, terkenal sebagai daerah penghasil minyak bumi dan gas alam di provinsi Jawa Timur. Selain itu, Pulau Madura memiliki identitas sebagai pulau batik, sapi madura, garam, dan tembakau. 

Ciri khas Pulau Madura yang dikenal oleh masyarakat umum merupakan pulau dengan produsen garam terbesar di Indonesia sehingga dijuluki "Pulau Garam". Tidak hanya dikenal sebagai pulau garam, Madura juga dikenal sebagai pulau sapi. Pada catatan tahun 2015, jumlah sapi di Madura mencapai 917.061 ekor, atau sekitar 22% dari jumlah sapi di Jawa Timur. Budaya masyarakat Madura turut mempengaruhi keberadaan sapi Madura, yang digunakan tidak hanya sebagai tenaga kerja dan sumber penghasilan ekonomi, tetapi juga sebagai sarana untuk meningkatkan mutu genetik ternak sapi, serta menjadi aspek budaya yang khusus dalam pemeliharaan sapi yang terpilih untuk diperlombakan dalam kerapan sapi dan sapi sonok.

Hal ini memberikan rasa bangga bagi masyarakat setempat dan juga memiliki nilai ekonomi tinggi karena harga jual yang mahal, semakin bagus kualitas sapi nya semakin mahal pula harganya bisa mencapai ratusan juta. Tak heran jika sapi Madura mendapat julukan sapi elit Madura karena harga jual yang bisa mencapai ratusan juta tersebut. Kontes sapi sonok digunakan juga sebagai ajang pamer para peternak sapi dalam memamerkan sapi miliknya yang paling unggul. Biasanya panitia akan melihat dari segi performan sapi seperti bentuk tubuh yang sehat, warna kulit sapi, tanduk, kuku, dan tingkat pertumbuhan sapi menurut usianya. Selain itu, sapi juga dimanfaatkan sebagai sarana untuk menjalin silaturahmi dan hiburan, serta sebagai alat untuk kegiatan budaya daerah seperti kolom taccek. Sonok merupakan istilah yang berasal dari bahasa Madura, yaitu sokonah nungkok, yang artinya "kakinya di atas", pada istilah ini ditujukan saat kaki sapi yang memasuki gerbang/gapura sampai garis finish kaki sapi berjalan sambil sedikit diangkat mengikuti irama musik. Ada istilah lain dari kata sonok yaitu kata So, diambil dari bahasa Madura ‘ e soro’ yang artinya "disuruh", dan kata Nó diambil dari bahasa Madura juga ‘nyono’ yang artinya  "masuk", sedangkan untuk istilah ini ditujukan pada saat dua ekor sapi yang berjalan berdampingan memasuki area perlombaan dengan gaya jalannya yang khas.

Sapi sonok sebagai kebudayaan lokal Madura merupakan bentuk pelestarian para peternak sapi dalam mendapatkan sapi madur a yang unggul. Umumnya sapi madura sama seperti sapi di Indonesia, namun yang dapat membedakan sapi madura dengan sapi-sapi lain salah satunya yaitu sapi madura tahan terhadap kondisi pakan yang berkualitas rendah. Sapi sonok ialah sepasang sapi betina yang diperlombakan setelah melewati beberapa tahap seleksi untuk dipamerkan keunggulannya, keunggulan disini dikategorikan pada kualitas fisik sapi yang terlihat sehat serta hiasan pernak pernik yang digunakan. Peternak yang mengembangbiakkan ternak sonok akan melakukan perawatan secara semi-intensif.  Sebelum sapi Madura jantan dan betina dibiakkan untuk menghasilkan sapi sonok, mereka terlebih dahulu diklasifikasikan sebagai taccek atau pajhangan. Setelah itu, dilakukan penilaian untuk menentukan mana yang akan ditetapkan sebagai sapi pajhangan, sapi sonok, dan juga pejantan unggul. Perlu diingat bahwa sapi pajhangan belum tentu sapi sonok, tetapi semua s.api sonok adalah sapi pajangan.

Perkembangan teknik pemurnian yang dimungkinkan oleh sapi Sonok membuka jalan bagi peningkatan sapi Madura baik dari segi estetika maupun performa. Dibandingkan dengan sapi Madura pada umumnya, sapi Sonok memiliki keunggulan genetik karena seleksi ketat (garis keturunan reproduksi) yang dimulai dari seleksi tetua dan dilanjutkan melalui seleksi penampilan individu dan pengujian keturunan. Sebelum masuk kategori sapi sonok, dari usia tiga tahun bibit sapi telah dilatih untuk mengikuti perlombaan, diberikan pula perlakuan khusus dan nutrisi makanan yang baik. Seperti setiap minggunya diberi jamu tradisional yang dicampur oleh telur sekitar lima belas butir. Dapat dibayangkan tidak hanya bentuk badan sapi nya yang indah bibit sapi sonok juga kuat. Untuk perawatan dalam memandikan sapi pun para peternak sampai menggunakan sabun dan sampo khusus, para peternak juga kerap memanggil dokter hewan sebelum sapi terjun ke lapangan guna memeriksa kondisi sapi.

Selain itu, sapi sonok juga tergolong memiliki pola pemeliharaan yang optimal. Sapi jantan yang memiliki kualitas unggul akan digunakan sebagai pemacek untuk menghasilkan keturunan dengan kualitas yang baik, sedangkan sapi jantan yang digunakan untuk menghasilkan semen beku akan dipelihara di Balai Besar Inseminasi Buatan. Sementara itu, sapi betina yang berperforma tinggi dijadikan sebagai sapi Sonok atau betina produktif untuk menghasilkan keturunan sapi Madura yang unggul. Meski masih banyak kekurangan dengan penerapan permainan tersebut, kontes sapi Sonok semakin populer di lingkungan sekitar. Memang kontes sapi sonok ini lebih menggunakan sapi berjenis kelamin betina, karena sapi dengan jenis kelamin jantan lebih diikut sertakan pada perlombaan Kerapan Sapi.

Masyarakat Madura sangat menjunjung tinggi keindahan, keharmonisan, dan kemampuan sapi betina dalam hal ternak sonok. Sapi sonok dilakukan untuk menjaga kelestarian kesenian rakyat dan menghasilkan bibit sapi madura yang berkualitas baik dari segi bentuk eksterior maupun kemampuannya mengikuti petunjuk pelatih untuk menampilkan kecantikan bentuk fisiknya. Jika infrastruktur yang diperlukan sudah tersedia, seperti pakan tambahan untuk sapi sonok dan aksesoris/penyediaan pernak pernik (panganggui), maka budidaya sapi sonok akan maju. Karena mahalnya biaya, banyak orang yang menggemari ternak sonok tidak mampu membeli alat yang diperlukan.  Dalam beberapa tahun terakhir, sapi sonok berkembang pesat terutama di wilayah sentranya di Madura bagian Utara, tepatnya di kecamatan Pasean, Waru, dan Kecamatan Batuputih Kabupaten Sumenep, serta Batumarmar Kabupaten Pamekasan.

Heryadi, A. Y. & Fitrianti, R. N. 2022. Persepsi Peternak Sapi Madura Terhadap Pemeliharaan Sapi Sonok di Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan. MADURANCH : Jurnal Ilmu Perternakan, (7)1, 7-15.

Kutsiyah, F. 2019. Menumbuhkembangkan Destinasi Desa Wisata dan Ekonomi Kreatif Berbasis Budaya Sapi Sonok di Pulau Madura. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, (3)3, 586-599.

Nurlaila, S., Kurnadi. B, Zali. M, dan Nining, H. 2018. Status Reproduksi dan Potensi Sapi Sonok di Kabupaten Pamekasan. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu, (6)3, 147-154.

Nurlaila, S. & Kutsiyah, F. 2012. Potret Selintas Sapi Sonok di Eks. Kawedanan Waru Kabupaten Pamekasan. Hayati, (4)5.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun