Mohon tunggu...
Dimasmul Prajekan
Dimasmul Prajekan Mohon Tunggu... Guru - berbagi kebaikan untuk kehidupan

Anak desa mencari makna hidup

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pahlawan dan Kepahlawanan

9 November 2021   20:23 Diperbarui: 9 November 2021   20:42 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merdeka adalah hakikat terdalam dari sebuah wujud kehidupan manusia Kita kaya tapi jangan diperbudak harta. Tanpa kemerdekaan manusia akan tersiksa, terisak dalam penderitaan panjang kehidupan. Banyak orang ingin keluar dari silang sengkarut keadaan seperti itu. Kita kaya tapi hati harus tentram.

Perjuangan menjadi merdeka adalah keharusan bagi siapa saja. Keterkepungan dari penjajahan melambatkan kemajuan dalam setiap lininya. Tidak ada namanya keterjajahan mengalami kondisi positif. Semua jungkir balik menuju keruntuhannya. Budaya hancur, pikiran terkekang, ibadah seperti diawasi, bekerja dibawa intimidasi, bahkan para pribumi dianggap migran yang harus dihabisi. Begitulah suasana keterjajahan.

Pada saat yang bersamaan, ternyata ketertekanan, keterjajahan banyak mencuatkan potensi untuk melawan. Antitesis dari kegelapan, banyak orang bisa menjadi pejuang. Disinilah lahirnya benih - benih pahlawan. Pahlawan adalah pahalawan. Manusia yang memiliki kebeningan qolbu dalam setuasi nan tak menentu. 

Mutiara - mutiara yang terinjak, akan tetap berkilau kendati berada di dalam lumpur. Cahaya tetaplah cahaya kendati dibuang dan dimarjjinalkan. Seperti Yusuf AS, ketika dibuang oleh saudaranya sendiri, tapi melahirkan potensi kepemimpinan dan kealimannya. Di luar logika, akhirnya Yusuf menjadi Raja dan pemimpin di hadapan saudara - saudara yang dulu membuangnya.

Penjajahan adalah mental keserakahan, anti demokrasi, anti kritik, eksploitatif, dan otoritarian. Sebab yang tersirat hanya bagaimana menambang banyak keuntungan pribadi dan kroni, sekaligus mengebiri manusia lain agar tidak menjadi manusia yang maju. Dalam alam penjajahan tidak ada istilah egaliter, hilangnya prinsip duduk sama rendah berdiri sama tinggi.

Dalam hitungan angka - angka, bisa jadi ada mayoritas dan minoritas. Lazimnya ada mayoritas mengencet minoritas. Mayoritas dari jumlah, kekuatan, kecanggihan, anggaran, ilmu, dan penguasaan sumber daya alam.  Itulah sebabnya mengapa bangsa Eropa menjajah negeri kita begitu lama, dan menggerogoti seluruh jantung kehidupan tanah air kita. Sebab mereka merasa menjadi mayoritas dalam penguasaan teknologi dan ilmu.

Akan tetapi dalam suasana ketertekanan, melahirkan jiwa - jiwa kepahlawanan. Spirit keluar dari jerat ketidak adilan. Semangat melawan. Karena yang dilawan bukan lagi keputusan individual, tapi sebuah sistem yang direkayasa untuk menghancurkan  Itulah sebabnya perang seringkali brutal dan membabi buta. Ia tak mengenal prikemanusiaan.  Ia lebih ingin menguasai daripada mengelaborasi. Perang lebih sering mengintimidasi daripada mengadvokasi.

Selain ingin mengeksploitasi kekayaan alam, para penjajah ia ingin menabur benih - benih ideologi. Ideologi kerakusan, dan monopolistik. Misi - misi terselubung terus disuntikkan ke tengah - tengah kehidupan rakyat. Maka tak ayal ada pribadi - pribadi yang survive dengan jati diri ketimurannya, sebagian sudah tergerus, membebek berada di ketiak kepentingan penjajah.

Kita bersyukur, heroisme Arek - arek Suroboyo dengan Bung Tomonya, menjadi penanda, tentang sepotong darah perlawanan yang tak pernah mati. Pribadi - pribadi yang tidak menggadaikan diri di muka kekuasaan penjajah akan terus mengalir.

Peristiwa penyobekan bendera warna biru, menjadi merah putih, adalah ikon kepahlawanan yang akan terus bersemi dalam jati diri bangsa.

Maka dalam berjuang bukan persoalan menang atau kalah, berhasil atau gagal, akan tetapi persoalan keberpihakan. Berbicara keberpihakan tentu bersentuhan langsung pada kepekaan memilih dan memilah. Disinilah kebeningan hati seseorang menjadi tertantang.  Semakin bening menerjemahkan permasalahan, ia berpantang untuk merugikan orang lain. Disinilah makna kepahlawanan menemukan pembenarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun