Mohon tunggu...
Dimasmul Prajekan
Dimasmul Prajekan Mohon Tunggu... Guru - berbagi kebaikan untuk kehidupan

Anak desa mencari makna hidup

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Taliban: Dulu, Kini, dan Esok

23 Agustus 2021   05:26 Diperbarui: 25 Agustus 2021   02:15 1177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepala Dewan Rekonsiliasi Nasional Afghanistan dan mantan negosiator pemerintah dengan Taliban, Abdullah Abdullah (kedua dari kanan); serta para delegasi Taliban lainnya, dalam pertemuan di Kabul, Rabu (18/8/2021). (Foto: TALIBAN via AP via kompas.com)

Taliban harus berusaha mengubur penyakit ego komunal (Taliban sebagai sebuah faksi) untuk mendengar denyut harapan otrang lain yang tak seirama..

Salah satu syarat keberhasilan adalah menyudahi perang saudara, meminimalisasi faksi-faksi yang punya kepentingan. Taliban harus bersikap moderat, merangkul segenap faksi yang ada. 

Gerakan washatiyah (moderasi) Islam yang sedang berkembang saat ini bisa menjadi inspirasi bagi Taliban dalam mengelola pemerintahan baru nanti. Disinilah titik krisis yang harus segera diselesaikan. Taliban tak boleh berlarut --larut, membiarkan masyarakat dalam ketidakpastian. 

Pemerintahan transisi, kalau mampu meyakinkan masyarakat Afganistan dan dunia bahwa semua masyarakat didorong untuk saling memahami (tafahum), seimbang (tawazun), toleran (tasamuh), akan lebih cepat menanamkan kepercayaan rakyat bagi pemerintahan Taliban.

Janji untuk melibatkan semua elemen tidak berhenti pada casing yang belum bermakna. Substansi terdalam dari pergantian pemerintahan ini adalah Afganistan milik semua. 

Tampilan Taliban yang terkesan keras, kaku, konservatif, puritan bahkan dituding sebagai pelindung bagi teroris akan hilang sendirinya seiring dengan dibangunnya sistem pemerintahan yang mengedepankan prinsip keadilan, persaudaraan sebangsa, dan pendekatan yang manusiawi.

Jika moderasi (jalan tengah) yang dipilih, sebagai jembatan penyeberangan antara ultra konservatif dengan pemikiran Islam modern akan menjadikan Afganistan lebih cepat menuju kebangkitannya. 

Pada sisi lain, semua harus menutup mata akan tawaran campur tangan dari negara ketiga. Pengalaman pahit tentang kehancuran Afganistan, karena keterlibatan negara ketiga yang memiliki kepentingan global, khususnya bisnis persenjataan. 

Buat apa Amerika memproduksi senjata kalau hanya sebagai penghuni gudang. Pada akhirnya ia akan mencari sasarannya, mencari pasarnya. Akankah Afganistan kembali menjadi korban bisnis persenjataan Amerika atau Rusia ??? rakyat Afganistan yang bisa menjawabnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun