Mohon tunggu...
Dimas Budi Prasetyo
Dimas Budi Prasetyo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan konsultan

Praktisi di bidang marketing research dan dosen psikologi. https://dimasbepe.wordpress.com/who-am-i/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mana yang Harus Diubah, Mental atau Aturan?

10 April 2019   11:01 Diperbarui: 13 April 2019   06:34 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
surabaya.tribunnews.com/Ahmad Zaimul Haq

Nah, kalau begitu dalam membuat suatu aturan seyogyanya jangan melibatkan reflective system. Kasihan, otak sudah capek; sebaiknya aturan didesain dengan mempertimbangkan seberapa mudah hal tersebut untuk ditanggapi (affordance) jadi lebih memberikan kesempatan automatic system untuk merespon. Nudge -- sebuah pendekatan paling mutakhir yang mengaplikasikan prinsip-prinsip behavioural science dan behavioural economics untuk mengubah individual problematic behaviour. Pendekatan ini mengedepankan automatic processing untuk memegang kendali dalam proses perubahan perilaku.

Dengan prinsip affordance, bentuk recycling paper dustbin ini lebih impactful daripada sekedar warna dan tulisan saja.
Dengan prinsip affordance, bentuk recycling paper dustbin ini lebih impactful daripada sekedar warna dan tulisan saja.
Salah satu pendekatan nudge adalah priming. Saya akan menjelaskan secara singkat: secara umum manusia memiliki kesan tertentu terhadap suatu hal -- misalnya pisang. Ketika berpikir pisang maka yang terbayang adalah kuning, manis, kera, kulit pisang dll yang mana kata-kata tersebut akan muncul secara otomatis tanpa perlu effort yang berat. Ini lah efek priming. 

Sebuah penelitian dengan apik menjelaskan fenomena ini, di mana sekelompok partisipan dibagi menjadi dua kelompok. Kedua kelompok tersebut diberikan sekelompok kata yang berbeda. Peneliti memberikan sekelompok kata bernuansa netral (misal: stamina, otot, dinamis, dll)  pada kelompok A dan kelompok kata bernuansa 'tua' (misal: lupa, beruban, berjenggot, dll) pada kelompok B. Kedua kelompok kemudian diminta untuk menggunakan sekelompok kata yang berbeda tadi untuk mengisi sebuah soal isian. Setelah selesai, partisipan satu per satu diminta untuk keluar dan pergi menuju suatu ruangan. Di sini lah penelitian sesungguhnya dilakukan di mana peneliti tersebut menghitung waktu tempuh masing-masing individu dari kedua kelompok tersebut dalam berjalan. Hasilnya, kelompok yang diberikan sekelompok kata bernuansa 'tua' (kelompok B) berjalan lebih lambat dibandingkan kelompok A. Sekelompok kata 'tua' tersebut secara tidak sadar membuat kognitif berpikir secara koheren dan membuat mereka berjalan lebih lambat -- sebuah perilaku yang kerap diasosiasikan dengan karakteristik orang tua.

Priming hanya satu dari sekian banyak teknik yang melibatkan automatic system untuk mengubah problematic behaviour. Pendekatan ini bukan mengajak, menghimbau, melarang, apalagi memberikan sangsi; tetapi memberikan kesempatan kepada automatic system manusia untuk merespon dengan mudah -- bukan driving atau pushing, tapi sesuatu yang lebih subtle, nudging.

Jadi kembali ke judul awal: mana yang diubah, mental atau aturan? Pertanyaan ini sangat relevan dengan permasalahan revolusi mental yang kerap kali digemborkan negarawan di negara ini.

Saya pribadi berpendapat bahwa aturan lah yang merubah mental manusia. Jadi, jangan gembor-gemborin mengubah mental tanpa aturan yang memfasilitasi perubahan tersebut. Sekali lagi, bukan hanya membuat aturan, tapi memastikan bahwa aturan tersebut mampu diikuti dan ditaati dengan mudah. Biarkan automatic system yang bekerja agar seirama dengan success rate-nya -- toh tujuan aturan dibuat kan untuk dipatuhi bukan?

Lalu apakah kemudian problematic behaviour tersebut dapat berubah total? Perlahan-lahan iya, asal penerapan aturan tersebut dilakukan di semua tempat. Masif dan menyeluruh. Penyelenggara pemerintahan harus saling sinergi, berkomitmen dan konsisten dalam menerapkan aturan tersebut dan tidak eksklusif hanya di kawasan tertentu saja. Ingat kembali bahwa pendekatan priming yang menjelaskan sistem kognitif manusia yang suka dengan sesuatu yang coherence -- dalam konteks perilaku masyarakat, ketika kebiasaan mengantri terbentuk di satu tempat pelayanan publik (misal bank), maka otak akan unconsciously expect untuk mengantri dalam konteks dan tempat yang lain. Bila aturan di tempat lain tidak mengakomodasi ekspektasi tersebut maka kebiasaan baru, dan mental tentunya, akan sulit terbentuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun