Mohon tunggu...
Dimas Anggoro Saputro
Dimas Anggoro Saputro Mohon Tunggu... Insinyur - Engineer | Content Creator

"Bisa apa saja", begitu orang berkata tentang saya.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ramadan Ala Mahasiswa

2 Juli 2016   21:24 Diperbarui: 2 Juli 2016   22:01 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tepatnya satu tahun yang lalu, ketika mendengar bahwa pendaftaran Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diadakan oleh Dikti telah dibuka. Saya langsung berselancar di internet untuk mencari kebenaran informasi tersebut. Dan benar saja, PKM telah dibuka! Berawal dari mengajak dua orang teman, Arif dan Rivan. Singkat cerita kami pun deal dan akan mengajukan proposal usulan untuk ikut ambil bagian dalam PKM. Tak usah menunggu lama, kami pun segera merapatkan diri untuk berdiskusi asik. Arif, yang notabene sudah wira-wiri dalam berbagai kompetisi yang diadakan oleh Dikti. Mulai dari PKM, lomba robot hingga lomba mobil listrik. PKM kali ini adalah PKM yang kesekian kalinya yang dia ikuti. Untuk itu Arif saya gandeng masuk ke dalam tim.

PKM merupakan salah satu upaya yang dilakukan Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DITLITABMAS) Ditjen Dikti untuk meningkatkan mutu peserta didik (mahasiswa) di Perguruan Tinggi agar kelak dapat menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademis dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan meyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian serta memperkaya budaya nasional. (sumber: http://simlitabmas.dikti.go.id/#). PKM terbagi dalam 7 bidang, yaitu: PKM-Penelitian (PKMP), PKM-Kewirausahaan (PKM-K), PKM-Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-M), PKM-Penerapan Teknologi (PKM-T), PKM-Artikel Ilmiah (PKM-AI), PKM-Gagasan Tertulis (PKM-GT) dan PKM-KARSACIPTA (PKM-KC).

Dari ketujuh bidang tersebut, kami mengajukan 2 proposal usulan, yaitu bidang PKM-KC dan PKM-T. Alhamdulillah, Puji Tuhan, salah satu proposal usulan kami yaitu bidang PKM-T lolos sebagai salah satu penerima Hibah Program Kreativitas Mahasiswa 2016. Sesuai dengan lampiran surat dengan nomor: 116/B3.1/KM/2016 yang dikeluarkan oleh DIKTI dalam situs web SIM-LITABMAS. Kami adalah 1 dari 1078 pengusul PKM Perguruan Tinggi Swasta di seluruh Indonesiayang lolos.

Screencapture lampiran surat daftar penerima hibah PKM (sumber: https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiemKKXnMjNAhXMto8KHaJuCn0QFggnMAE&url=http%3A%2F%2Fsimlitabmas.dikti.go.id%2FfileUpload%2Fpengumuman%2FLAMPIRAN%2520PENERIMA%2520HIBAH%2520PKM_PTS_2016.pdf&usg=AFQjCNG4-eIa2p0KzvuiSOG3A0CRgzs4tg&sig2=gtvD4a3PEWqK3pTFupAEng&bvm=bv.125596728,d.c2I)
Screencapture lampiran surat daftar penerima hibah PKM (sumber: https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiemKKXnMjNAhXMto8KHaJuCn0QFggnMAE&url=http%3A%2F%2Fsimlitabmas.dikti.go.id%2FfileUpload%2Fpengumuman%2FLAMPIRAN%2520PENERIMA%2520HIBAH%2520PKM_PTS_2016.pdf&usg=AFQjCNG4-eIa2p0KzvuiSOG3A0CRgzs4tg&sig2=gtvD4a3PEWqK3pTFupAEng&bvm=bv.125596728,d.c2I)
Semuanya serba berbau dengan internet. Mulai dari mengunggah proposal usulan, pengumuman, bahkan nanti hingga pengunggahan laporan akhir. Maklumlah, ini adalah era modern. Semua serba dipermudah dengan sistem digital. Tapi apa daya internet tanpa jaringan yang mendukung? Sama halnya ilmu tanpa agama. Tak ada gunanya. Untung saja saya masih hidup di era ini, jadi saya bisa merasakan jaringan 4G LTE. Sebuah pengembangan dan penyempurnaan dari jaringan sebelumnya, 3G/HSDPA. Walau bagaimanapun saya pribadi turut berbangga, karena penemu jaringan 4G LTE adalah orang Indonesia. Yang notabene adalah anak bangsa Indonesia. Dia adalah Khoirul Anwar, yang tengah mengampu pendidikan di negeri Sakura (Jepang). Dengan penemuannya, kini saya bisa menikmati wus-wus-nya berselancar di internet. Karena saya juga salah satu orang dengan jargon: ‘I hate slow!’.

Pengunggahan proposal usulan, mencari informasi terbaru terkait PKM, dan pengunggahan laporan PKM, bagi saya adalah kelingking kiri. Bayangkan saja, tanggal 27 Mei2016 yang lalu kami dikabari bahwa kami harus melakukan pengunggahan laporan kemajuan dengan batas akhir pengunggahan tanggal 30 Mei 2016. Apa kata dunia? Ya, kami kalang kabut. Di samping kami disibukkan dengan berbagai tugas kuliah karena minggu tersebut adalah minggu akhir pertemuan kuliah kami. Minggu depan kami harus mempertanggung jawabkan hasil belajar kami di Ujian Akhir Sekolah. Mahasiswa memang harus pintar. Menurut saya tak cukup hanya pintar saja, kami harus cerdas, cerdik dan bahkan licik. Tapi tentu saja bukan dengan menghalalkan berbagai macam cara.

30 Mei 2016, batas akhir pengunggahan laporan kemajuan. Mata panda sangat pas dimata kami. Sialnya lagi, berkali-kali kami gagal mengunggah laporan kemajuan tersebut. Karena waktu itu kami mengerjakan laporan menggunakan komputer laboratorium, harapannya tinggal unggah saja karena komputer tersebut langsung terhubung dengan koneksi wifi kampus. Keluarlah kata: ‘I hate slow!’. Tanpa pikir panjang, saya langsung meminta Rivan untuk mengeluarkan MIFI miliknya. Dan benar saja, seketika laporan kami terunggah tanpa adanya kegagalan. Leganya hati kami saat itu.

Penggunaan MIFI saat mengunggah laporan kemajuan (dok.pri)
Penggunaan MIFI saat mengunggah laporan kemajuan (dok.pri)
16 Juni 2016, hari dimana kekonyolan terjadi (lagi). Pada hari itu adalah hari dimana diadakannya MONEV Intern (Monitoring dan Evaluasi) yang diadakan oleh kampus kami. Undangan MONEV jam 09.00 WIB di Ruang Sidang Lantai 3 Gedung Rektorat Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) Yogyakarta. Hampir 30 menit sudah kamimenunggu Pak Fahril, Kabag Administrasi Mahasiswa. Akhirnya beliau tiba juga. Beliau memasuki ruangan dengan muka tegang dan bingung. Ternyata beliau baru saja menerima surat undangan MONEV PKM Kopertis Wilayah V. Dan MONEV tersebut dilaksanakan pada hari itu juga, jam 12.30 WIB di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Sontak kami semua yang berada dalam ruangan tersebut kaget, bingung, tidak tahu lagi harus bilang apa dan berbuat apa.

Surat tersebut terlambat kami terima, entah surat tersebut nyangkut kemana dulu. Karena kami pun sebelumnya sudah mencari informasi tentang MONEV tersebut di situs web SIM-LITABMAS, tapi kami tidak pernah melihat batang hidungnya. Walaupun saya menggunakan koneksi jaringan 4G LTE. Mau koneksinya sekencang apapun, kalau informasinya tidak ada ya tidak akan pernah bisa ketemu. Sama halnya dengan alamat palsu, seperti kata mbak Ayu Ting-ting.

Tanpa pikir panjang, kami pun langsung berangkat menuju UMY. Perjalanan dari kampus kami menuju UMY kami perkirakan 1 jam perjalanan. Jam 11 lebih kami berangkat dari kampus STTNAS Yogyakarta. Kami memilih lewat jalan Ring Road Utara, karena kami berpikir tidak akan terjebak macet di bulan Ramadan. Pasti tidak akan macet karena tidak banyak yang keluar mencari makan siang di jam istirahat makan siang. Ternyata dugaan kami salah. Alhasil kami terjebak macet. Pasti akan selalu ada hikmah dibalik semua kejadian. Saya bersyukur kami terjebak macet, karena saya masih bisa memperbaiki materi presentasi yang akan saya sajikan nanti di depan Juri Penguji saat MONEV. Memang bulan Ramadan adalah bulan penuh barokah, terlebih adanya koneksi 4G LTE. Ingin lebih barokah Ramadan-mu? #4GinAja Ramadan Mu. (hehe)

Materi presentasi yang saya buat harus terkoneksi dengan internet. Karena itu adalah tuntutan program yang saya pakai dalam menyajikan presentasi tersebut. Sepanjang perjalanan pun tak jadi masalah bagi saya menyempurnakan materi presentasi saya. Lagi-lagi karena dukungan koneksi 4G LTE yang menyelamatkan saya.

Presentasi saat MONEV (dok.pri)
Presentasi saat MONEV (dok.pri)
Alhamdulillah,Puji Tuhan, MONEV dapat kami lalui dengan lancar dan sukses. Pertanyaan-pertanyaan dari Juri Penguji dapat kami jawab. MONEV bukanlah akhir bagi kami. MONEV adalah titik balik. Karena kami harus lebih bersemangat dalam menyelesaikan alat yang akan kami hibahkan ke kelompok peternak kambing yang ada di daerah pesisir pantai selatan. Yang mana mereka kesulitan mengairi lahan pakan hijau mereka jika kemarau melanda. Daerah tersebut memiliki lahan pasir, membutuhkan cukup banyak air untuk mengairi tanaman yang ditanam dilahan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun