Mohon tunggu...
Dimas Anggoro Saputro
Dimas Anggoro Saputro Mohon Tunggu... Insinyur - Engineer | Content Creator

"Bisa apa saja", begitu orang berkata tentang saya.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Lasem Sky Garden, Ada Menu dan Ilmu di Dalamnya

3 Januari 2019   00:02 Diperbarui: 3 Januari 2019   01:04 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kesibukan memasak (dok.pri)

"Duh, kencurnya habis. Gimana nih masak seblaknya"

Kalimat putus asa, bingung, mencari solusi, bercampur aduk jadi satu. Begitulah kira-kira gambaran kalimat di atas berdasarkan skenario 'sedang memasak', halah sok jadi seperti sutradara saja saya ini.

Siapa yang tidak runtuh niatnya ketika sedang on fire memasak ternyata bumbu masak kurang? Jika itu bumbu tambahan, tidak masalah. Jika bumbu utama? Terpaksa diet. Sebaiknya sebelum memasak, siapkan bumbu yang diperlukan terlebih dahulu.

"Kalo sudah malam, warung jauh, mana harga naik pula ..."

Ya.., begitulah derita seorang suami kena dampak keputus asaan seorang istri yang on fire memasak masakan terlezatnya untuk suami tercinta. Sudah lapar, kena omel. Lengkap sudah penderitaan saya.

Tak punya lahan bercocok tanam

Setiap permasalahan, pasti ada solusinya! Optimis! Permasalahan kekurangan bumbu memasak dengan segala alasan tersebut di atas, teratasi dengan solusi menanam tanaman tersebut secara mandiri. Case closed!

Satu masalah selesai, mucul masalah baru. Sudah pasti! "Masalah kok ada terus", gumam dalam hati. Manusiawi jika kita menggerutu demikian. Tapi, masalah harus dihadapi, bukan dihindari.

Tinggal di perkotaan, di sebuah perumahan. Bisa dibayangkan seperti apa? Rumah berbaris bak pasukan militer. Bersinggungan tembok, bahkan berdempetan. Lahan tanah dihabiskan untuk didirikan bangunan. Sebagai cara untuk memaksimalkan lahan dan memperluas hunian. Lalu bagaimana bisa bercocok tanam secara mandiri?

Urban farming

Alih-alih ingin bercocok tanam, tapi apa daya lahan pun tak punya. Bercocok tanam di sekitar kota (urban farming) menjadi jawabannya. Konsep memanfaatkan lahan sempit yang ada untuk bercocok tanam, kini digandrungi masyarakat, terutama ibu rumah tangga.

Selain untuk mengisi waktu luang dengan bercocok tanam di rumah, urban farming mendukung ketahanan pangan masyarakat. Lingkup kecilnya, ketahanan pangan untuk keluarga. Cara bercocok tanam di sekitar kota pun beragam. Mulai dari hidroponik, akuaponik, vertical garden, dsb. Literaturnya mudah ditemukan, caranya pun mudah.

vertical garden di Lasem Sky Garden (dok.pri)
vertical garden di Lasem Sky Garden (dok.pri)
Hal ini pula yang dilakukan istri saya untuk menanggulangi 'ngomel yang berkelanjutan' karena bumbu masak di dapur kurang. Dengan memanfaatkan lahan sempit di teras rumah, istri saya iseng-iseng menanam segala hal bumbu dapur sampai sayuran yang ia gunakan di dapur. Medianya pun menggunakan barang bekas yang ada di rumah. Mulai dari botol plastik, sampai ember pecah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun