Mohon tunggu...
Dimas Anggoro Saputro
Dimas Anggoro Saputro Mohon Tunggu... Insinyur - Engineer | Content Creator

"Bisa apa saja", begitu orang berkata tentang saya.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menemukan Rasa Autentik Indonesia di GM Coffe & Lounge

29 Oktober 2017   00:31 Diperbarui: 29 Oktober 2017   01:41 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
GM Coffe & Lounge (dok.pri)

Siang itu ketika kaki asik melangkah berolahraga di salah satu pusat perbelanjaan di Jogja, tiba-tiba lapar mendera. Sungguh tak bisa diajak kompromi. Perut minta jatah isi 'bensin' disaat tubuh terus beraktivitas. Yang ada di bayanganku adalah sekumpulan daging empuk berenang di dalam kuah santan gurih manis, kaya dengan rasa rempah, khas masakan nusantara. Sebentar..., ini di pusat perbelanjaan modern, di mana saya bisa menemukan sensasi itu??

Keputusasaan kian mendekat. Kaki memilih melangkah keluar untuk mencari warung sate dan tongseng. Sesampainya di pintu keluar pusat perbelanjaan, kaki tertahan oleh pandangan mata yang melihat sesuatu yang beda. Mata menangkap pemandangan caffe dengan suasana vintage, sangat menonjol dibandingkan dengan caffe lain. Rasa penasaran pun mendorong untuk menghampiri caffe tersebut.

Terpampang tulisan GM Coffe & Longue di pintu kaca besar yang menyambut kedatangan saya. Membolak-balik buku menu adalah ritual awal yang saya lakukan, menu tongseng sasaran utamanya. Pilihan saya untuk 'menikung' tidaklah salah. GM Coffe & Lounge menyediakan menu nusantara. Caffe yang mengusung tema autentik Indonesia itu mengabulkan harapan saya untuk merasakan tongseng kambing.

Ritual membolak-balikkan buku menu (dok.pri)
Ritual membolak-balikkan buku menu (dok.pri)
Tongseng dianggap sebagai kuliner khas Indonesia, tentu saja ada alasannya. Menelusur sejarah kuliner satu ini tampaknya menarik, sebelum lidah bergoyang. Tongseng merupakan 'buah hati' dari hasil 'pernikahan' sate dan gule. Kehadiran bangsa Arab dan India di Indonesia berkontribusi besar atas 'kelahiran' tongseng. Aneka bumbu iris ditumis, daging kambing dan kuah gule dimasak jadi satu. Kecap manis pun ditambahkan. Racikan itulah yang kemudian dikenal dengan nama tongseng. Sebutan tongseng berasal dari cara memasak olahan itu sendiri, dioseng.

Hidangan tongseng kambing telah mendarat di meja saya. Porsinya ternyata cukup besar. Mungkin bagi sebagian orang, memakan satu porsi tongseng kambing sudah cukup, tapi tidak bagi saya. Ritual makan ini tak akan khidmat tanpa nasi. Badan saya memang kecil, tapi masalah makan, hmm jangan ditanya ya (hehe).

Tongseng kambing (dok.pri)
Tongseng kambing (dok.pri)
Sekilas tampilan tongseng kambing yang ada dihadapan saya ini seperti tongseng kambing pada umumnya. Sama lah dengan tongseng kambing yang dijual di warung pinggir jalan. Tentu saja, mana ada warung di tengah jalan kan? 'Jus' daging dihiasi sayuran segar ini tampak berbeda karena wadahnya. Biasanya tersaji di atas piring seukuran 'pada umumnya', kali ini tersaji di atas piring yang bisa disebut juga mangkok. Apalah namanya itu, yang penting yang di atas wadah itu bukan? Warna tongseng kambing GM Coffe & Lounge tampak gelap, begitu pula kuah santannya.

Saya menerka rasa, manis kecap. Berdoa terlebih dahulu sebelum meraih sendok dan menyerokkannya ke dalam 'jus' daging itu. Pucuk sendok saya celupkan sedikit ke dalam tongseng kambing, setitik genangan kuah santan menggenang di atas sendok. Mencecap perlahan. Mata berkedip-kedip, bola mata menari ke kiri-kanan, menelusur jauh ke dalam ingatan untuk menjawab pesan dari si lidah. Manis! Dahi saya rada mengkrenyit. Aftertaste-nya rempah dan pedas, khas tongseng lah pokoknya.

Pasti banyak yang akan bertanya: "Masnya bukan orang jawa ya?". Baiklah.. Bukan bermaksud menyinggung etnis tertentu, orang jawa memang diidentikkan dengan penyuka rasa manis. Saya notabene memang orang jawa, manis pula, namun kali ini saya merasakan tongseng kambing ini rada kemanisan, menurut lidah saya. Dagingnya empuk. Pas! Saya tidak perlu mengeluarkan tenaga lebih untuk mengunyahnya.

Selagi mulut saya sibuk mengunyah, barista sedang sibuk meramu minuman untuk saya. Kopi, teman untuk segala situasi dan kondisi, bahkan tetap setia menemani saat menikmati tongseng kambing. Vietname drip coffe, menu minuman yang saya pesan. Nama vietname drip sendiri diambil dari asal negaranya, Vietnam. Cara penyajian kopi a la Vietnam ini menggunakan drip (filter). Seduhan kopi bak air hujan, menetes perlahan masuk ke dalam cangkir. Teman setianya bukanlah sirup gula, gula pasir maupun gula merah, tetapi susu kental manis. Konon, dulu warga Vietnam kesulitan memperoleh susu segar, maka sebagai pengganti krimer dan susu, mereka menggunakan susu kental manis sebagai penyeimbang rasa pahit kopi.

Sebut saja, kopi susu (dok.pri)
Sebut saja, kopi susu (dok.pri)
Temanggung robusta. Kopi yang dipakai untuk vietname drip coffe ini. Salah satu kota di Jawa Tengah tersebut selain dikenal sebagai penghasil tembakau juga dikenal sebagai penghasil kopi. Temanggung adalah salah satu tempat penghasil kopi terbaik yang disukai para penyuka kopi. Tak hanya robusta, arabika juga ada di sana. Nama Temanggung semakin dikenal para penyuka kopi karena penggunaan nama Temamggung sebagai nama kopi yang berasal dari sana.

Tetes demi tetes air kopi mulai memenuhi cangkir saya. 'Hujan' itu tampaknya akan segera reda, seiring dengan bertransmigrasinya daging kambing beserta nasi ke perut saya. Selesai makan, susu kental manis saya tuang ke dalam cangkir kopi. Adukan sendok kecil merekatkan mereka. Jeng jeng! Kopi susu! Rasa pahit kopi robusta masih terasa di akhir. Saya sengaja tidak banyak memasukan susu kental manis ke dalam kopi itu. Nikmat mana lagi yang saya dustakan. Rasa tongseng kambing tadi terimbangi oleh kopi Temanggung robusta ini. Nikmat rasanya..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun