Mohon tunggu...
Dimas Agus Hairani
Dimas Agus Hairani Mohon Tunggu... Administrasi - Man Jadda Wajada

S1 Manajemen Unesa | S2 Sains Manajemen Unair | Part of LPDP_RI PK 163

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Soal Tuhan

12 Oktober 2017   03:08 Diperbarui: 27 Februari 2018   01:27 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Hidup yang dijalani manusia tentu akan sampai pada suatu titik, yaitu mati. Dalam beberapa tulisan sebelumnya saya menyampaikan jika hidup setelah mati adalah proses melaporkan LPJ atau laporan pertanggungjawaban. Kita akan mempertanggungjawabkan apa yang kita lakukan selama kita hidup. Oleh karena itu, manusia tidak semena-mena dalam menjalani hidup. Tidak semerta-merta ketika seseorang melihat ada orang menggunakan perhiasan kemudian dia ambil dengan seenaknya, tidak kemudian dia melihat orang yang tidak dia suka lantas membunuh dengan seenaknya, atau melampiaskan nafsu dengan seenaknya. Yang ada dalam pikirannya tentunya ada ketakutan apabila dia melakukan hal yang dalam hatinya sendiri dia mengatakan “INI SALAH”. Ketakutan itu adalah ketakutan baik dari segi sosial, maupun moral, bahkan dalam hal ghaib pun. Oleh karena itulah wilayah ghaib ini dapat menyentuh kita sehingga membuat kita melakukan segala sesuatu tidak sembarangan adalah dikarenakan Iman kepada Hari Akhir, yaitu Hari Pertanggungjawaban. Kita percaya manusia pasti akan dimintai pertanggungjawaban, apabila tidak maka manusia dengan seenaknya mencuri, berzina, membunuh, kemudiaan dia hanya perlu bersembunyi, jika ketahuan dia bisa bunuh diri, toh juga tidak masalah ketika dia mati berarti selesai sudah urusannya. Tetapi tidak bagi orang yang percaya jika ada proses pertanggungjawaban setelah kita mati, dia akan senantiasa berhati-hati dalam bertindak, dan berusaha semaksimal mungkin untuk berusaha sebaik mungkin.

Itulah hidup yang dijalani manusia, yaitu menjalankan aktivitas yang kemudian akan dipertanggungjawabkan, sehingga dia mendapatkan nilai dari proses kehidupan yang dia jalani selama dia hidup. Apakah pertanggungjawabannya baik atau buruk, jika baik dia mendapatkan hasil baik, jika buruk pertanggungjawabannya maka hasilnya buruk. Mirip seperti seseorang menjalankan suatu tes masuk Perguruan Tinggi, dia akan mendapatkan soal-soal yang harus dia isi. Kita hidup pun demikian, kita yang sudah terlanjur hidup, maka yang perlu dilakukan adalah MENJALANINYA, tentunya tidak sembarangan, sama halnya dengan siswa yang mengerjakan tes tersebut, dia tidak akan sembarangan dalam mengisi soal-soal yang sudah disediakan. Jika dia tidak sembarangan, mengerjakan dengan menjawab yang benar, maka bisa jadi hasil dari tes tersebut adalah baik, artinya bisa jadi dia lulus masuk perguruan tinggi. Hidup pun demikian, jika manusia melakukan aktivitas hidup sembarangan, maka hasilnya bisa jadi akan buruk, membuat dia tidak lulus dalam proses penilaian yaitu PENILAIAN TUHAN. Tetapi jika dia melalukan aktivitas dalam hidup dengan sebenar benarnya, ibarat mengerjakan soal dengan menjawab jawaban yang sebenar-benarnya, maka bisa jadi dia akan mendapatkan Penilaian Tuhan dengan nilai yang baik. Mengapa demikian?, karena yang membuat SOAL KEHIDUPAN ini adalah Tuhan, dan Dia yang akan menilai jawaban kita. Allah sampaikan dalam petunjukNya, “Maha Suci Allah Yang di tanganNya lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al Mulk (67): ayat 1-2).

Sebagaimana layaknya suatu ujian, jika kita mengisi dengan jawaban yang sebenar-benarnya, bisa jadi jawaban kita kemungkinan besar benar, dan mendapatkan nilai baik. Apabila kita kerjakan dengan sembarangan, bisa jadi jawaban kita kemungkinan besar salah, dan mendapatkan nilai buruk.

Mungkin masih ada beberapa di antara kita yang ingin mengetahui penjelasan mengenai ujian ini. Ujian adalah seleksi penempatan di antara beberapa tempat. Contoh saja ketika para siswa melakukan ujian nasional, pilihan dari hasil ujian itu adalah menempatkan dia lulus atau tidak lulus. Bagi mahasiswa ujian di setiap mata kuliah menempatkan mahasiswa tersebut antara lulus mata kuliah atau mengulang mata kuliah. Begitu pula hidup ini, Allah berikan ujian itu untuk menempatkan kita pada tempat di akhirat nanti, yang Allah sampaikan kalau tidak Surga ya Neraka.

Lalu mengapa ada ujian?, coba kita renungkan bagaimana jika tidak ada seleksi masuk perguruan tinggi atau seleksi tempat kerja?, orang akan masuk dengan seenaknya dan yang akan terjadi adalah kekacauan, oleh karena itu diberikan ujian untuk melihat nilai dari setiap peserta yang kemudian ditempatkan sesuai dengan hasilnya. Begitupun hidup, jika tidak ada ujian  rasanya tidak adil apabila Allah memasukan manusia ke dalam surga atau neraka tanpa proses penilaian, oleh karena itu Allah buat soal-soal dalam hidup ini sebagai bentuk penilaianNya kepada kita.

Lalu untuk siapa ujian itu?, tentu untuk kita. Lalu seperti apa bentuk ujian itu?. Ujian tidak hanya berbentuk suatu kemalangan yang menimpa kita, seperti yang Allah sampaikan dalam petunjukNya, “Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku". Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui.” (QS. Az Zumar (39): ayat 49). Ternyata suatu kebaikan juga menjadi ujian bagi kita, apa dengan nikmat itu kita memilih mendekatkan diri kepada Allah dan semakin tunduk akan kehebatanNya dan merasa kita tidak ada apa-apanya, atau justru membuat kita lalai dan sombong. Ketika ujian berupa kemalangan itu datang, maka pilihan kita apakah bersabar atau justru mengutuk yang tidak-tidak, menangis dan meratapi dengan berlebihan. Bersabar pun merupakan suatu ujian bagi kita. Allah sampaikan dalam petunjukNya, “kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr (103): ayat 3). Kesabaran tidak hanya dilakukan ketika tertimba musibah, ternyata juga Allah sampaikan agar bersabar dalam menjalankan ke taatan kepada Allah. Aagym pernah mengatakan bahwa sabar merupakan ujian tingkat tinggi, karena proses pelaksanaannya sangat tidak terduga, waktunya bisa kapan saja, dan bisa di tempat mana saja, tapi hadiahnya adalah Surga. Allah sampaikan dalam petunjukNya, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Ahqaaf (46): ayat 13-14). Sehingga ujian dari Allah itu berupa ujian nikmat dan ujian musibah, dan keduanya akan ada ujian kesabaran yaitu sabar untuk beribadah kepada Allah dengan taat kepadaNya, yaitu taat untuk terus bersyukur dan taat untuk tidak mengeluh.

Lalu bagaimana jika kita salah dalam menjawab ujian itu?. Apakah karena satu soal yang kita sudah isi itu salah lantas kita tidak lulus?, tentu tidak. Ujian itu terdiri dari banyak soal yang harus kita isi. Dari yang semua kita isi kemudian akan diakumulasikan menjadi suatu nilai total, inilah yang akan menentukan apakah kita lulus atau tidak. Maka yang perlu kita lakukan adalah menjawab setiap soal itu dengan sebaik-baiknya.

Oleh karena itu, dalam menjalani ujian ini, hendaknya kita menjawab setiap soal-soal yang Allah sediakan dalam ujian ini dengan sebenar-benarnya, jangan sampai kita ngawur, sembarangan dalam mengisi soal-soal tersebut. Ya, kira-kira seperti calon mahasiswa baru yang ingin masuk perguruan tinggi negeri yang dia inginkan, salah satu prosesnya dia harus ikut tes terlebih dahulu. Jika hasil tesnya bagus, dia masuk perguruan tinggi yang dia inginkan, jika hasil tesnya buruk dia tidak jadi masuk. Kira-kira kita pun demikian, kita sedang melakukan tes, apakah hasil tes kita membuat kita masuk ke Surga yang kita inginkan dan bertemu dengan Allah, ataukah tidak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun