Mohon tunggu...
Dimas Agus Hairani
Dimas Agus Hairani Mohon Tunggu... Administrasi - Man Jadda Wajada

S1 Manajemen Unesa | S2 Sains Manajemen Unair | Part of LPDP_RI PK 163

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berteman dengan Takdir

26 September 2017   10:42 Diperbarui: 27 Februari 2018   01:27 1051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Takdir dalam bahasa arab adalah “qadr” yang berarti ketetapan atau keputusan Allah sebagaimana yang disampaikan oleh Nabi Muhammad kepada Malaikat Jibril yang bertanya kepada beliau di hadapan para sahabatnya. Nabi Muhammad menerangkan bahwa salah satu Iman adalah beriman kepada ketetapan Allah yaitu yang baik dan yang buruk. Takdir yang dalam bahasa Indonesia juga memiliki arti ketetapan atau ketentuan Tuhan, selaras dengan apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad. Rukun Iman, atau pilar-pilar Iman seorang muslim dibangun atas enam pilar, dimana pilar-pilar ini adalah pilar yang saling berinteraksi. Apabila seorang muslim beriman kepada Allah, maka sudah tentu seharusnya dia juga beriman pada ketentuan Allah, atau yang disebut takdir.

Beberapa dari kita mungkin ada yang beranggapan jika semua Allah yang memutuskan, lalu untuk apa manusia berusaha?. Ketika seseorang bekerja dengan keras, apa yang dia dapatkan ternyata tidak sebesar yang didapatkan oleh orang lain yang tidak bekerja sekeras dia.

Mari cermati analogi berikut ini. Ketika seseorang melakukan lomba lari, ternyata dia kalah karena insiden yang tidak terduga. Padahal dia sudah berlatih keras, akan tetapi justru kalah dengan orang yang barusan mencoba lomba lari sehingga latihannya pun tidaklah seberapa, tapi menang. Ya, itu yang dinamakan ketetapan Tuhan. Jika begitu, mengapa saya harus berlatih keras apabila ternyata kalah dengan orang yang tidak berlatih sekeras saya?, daripada berlatih, lebih baik saya menghabiskan waktu untuk hal yang lain dan tidak membuang-buang tenaga, kan untuk apa berlatih keras apabila ternyata kalah dengan orang yang tidak berlatih sekeras saya?. Ya, ada benarnya berfikir seperti itu. Tapi, pertanyaannya adalah apakah anda sudah tau jika anda akan kalah dengan orang yang tidak berlatih sekeras anda?, bagaimana jika ternyata anda yang menang?. Loh, kan buktinya saya kalah dengan orang yang tidak berlatih sekeras saya?. Iya, maka itulah yang disebut TAKDIR. Apakah anda bisa kembali dan mengulang latihan anda agar tidak berlatih terlalu keras karena anda sudah tau kalau anda akan kalah juga?, anda tidak bisa mengulang kejadian yang telah berlalu kan?. Apakah anda nanti ketika ada lomba lari lagi tidak akan berlatih dengan keras lagi seperti sebelumnya?, bagaimana jika justru anda kalah lagi karena anda tidak berlatih keras dan dikalahkan dengan orang yang berlatih sungguh-sungguh?. Loh, bagaimana jika seandainya saya dikalahkan dengan orang yang tidak berlatih sekeras saya?, dia menang karena saya terhambat sesuatu yang tidak terduga. Iya, lalu apakah anda tau jika akan ada halangan tersebut?. Saya memang tidak tau, tapi bagaimana jika seandainya ada halangan itu yang membuat saya kalah?, kan lebih baik saya tidak perlu berlatih keras.

Saya berhentikan percakapan di atas, karena tidak akan bertemu jalan keluarnya ketika kita tidak BERTEMAN DENGAN TAKDIR. Takdir yang dialami si pelari adalah dia kalah dengan orang yang tidak berlatih sekeras dia, dia kalah karena ada hambatan yang tidak dia duga. Karena kejadian itu, dia beranggapan percuma berusaha, karena kita mengikuti ketetapan Tuhan, apabila kita sudah berusaha keras tapi jika ketetapan Tuhan bilang kita kalah, maka kita kalah. Sehingga si pelari tidak mau berlatih keras lagi. Karena menurutnya yang membuat dia menang atau kalah adalah ketetapan Tuhan.

Oke, ada benarnya apa yang dikatakan si pelari tersebut. Bagian yang benar adalah “menang atau kalah adalah ketetapan Tuhan”. Sementara bagian yang salah adalah “percuma berusaha, karena kita mengikuti ketetapan Tuhan”. Inilah yang membuat kita tidak berteman dengan takdir atau keputusan Allah. Kita menganggap keputusan yang dibuat oleh Allah seolah-olah tidak mengikutkan usaha kita untuk dijadikan pertimbangan. Benarkah seperti itu?. Mari kita perhatikan petunjukNya Allah berikut, “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Ar Ra’d (13): ayat 11).

Allah tidak akan merubah keadaan kita sebelum kita sendiri mau merubah keadaan kita. Sehingga apabila anda kalah ketika perlombaan lari maka itu dikarenakan anda tidak berlatih dengan keras kan?. Logikanya seperti itu. Lalu bagaimana dengan keadaan yang tidak terduga sehingga saya kalah walaupun sudah berlatih keras, bukankah itu ketetapan Allah sehingga membuat kita kalah?. Iya benar, itu adalah ketetapan Allah. Sebelum itu, berarti kita telah sepakat bahwa dengan kerja keras seharusnya bisa membuat anda menang sebagaimana janji Allah dalam Al Quran tersebut.

Kejadian yang tidak terduga juga merupakan ketetapan Allah. Anda kalah karena kejadian yang tidak terduga walaupun sudah berlatih dengan keras juga merupakan ketetapan Allah. Lalu apakah itu berarti ketika anda sudah berlatih keras anda akan SELALU KALAH KARENA KEJADIAN YANG TIDAK TERDUGA?. APAKAH ANDA TAU JIKA AKAN ADA KEJADIAN YANG TIDAK TERDUGA TERSEBUT?. APAKAH ANDA TAU JIKA SUDAH BERLATIH KERAS ANDA AKAN KALAH?. Maka jawabannya adalah KITA TIDAK TAU. Itulah TAKDIR. Takdir adalah suatu kejadian yang kita tidak tau akan seperti apakah kejadian itu. Anda menang dan kalah adalah keputusan Allah, dan anda tidak tau akan hal tersebut, itulah yang dinamakan takdir. Berteman dengan takdir yang dimaksud adalah kita percaya jika kejadian yang akan terjadi adalah keputusan Allah, kita tidak bisa membuat hasil dengan kemauan kita sendiri. Apalagi jika kejadian itu sudah terjadi, maka anda kan tidak bisa mengulainginya lagi?.

Begitupula yang biasa kita dengar seperti halnya kematian adalah takdir. Iya, karena setiap orang pasti akan mati, itu adalah ketentuan Allah. Jangankan mati, buang air besar itu juga ketentuan Allah. Anda haus, lapar, mengantuk juga adalah ketentuan Allah. Anda tidak bisa merubah ketetapan kematian anda jika sudah terjadi. Itulah takdir, anda tidak tau bagaimana hal tersebut bagaimana berlangsungnya. Apakah ketika tidur, ketika shalat, ketika makan, kita tidak pernah tau. Anda buang air besar, itu adalah ketentuan Allah, tapi anda tidak pernah tau kapan, bisa jadi ketika anda akan melakukan presentasi yang peting tiba-tiba perut anda merasa sakit, padahal anda tidak berharap demikian. Namun anda memiliki pilihan untuk melalukan sesuatu, yaitu saat ini juga, saat detik ini apa yang akan anda lakukan terpampang banyak pilihan tindakan yang bisa anda ambil, itulah wilayah kita, tapi hasil dari setiap tindakan kita,  kita tidak pernah bisa tau.

Lalu apabila kita sudah berusaha keras, dan ternyata gagal juga, apakah itu adalah takdir?. Hasil gagal adalah takdir, karena sudah terjadi dan anda tidak bisa merubahnya. Tapi BERUSAHA inilah yang harus tetap kita lakukan. Kita tidak pernah tau dengan berusaha apakah hasilnya baik atau buruk. Hasil tersebut adalah keputusan Allah, kita tidak pernah tau. Kita hanya perlu BERUSAHA, sebagaimana perintah Allah dalam Al Quran. Hasil yang baik atau buruk harus kita yakini adalah keputusan Allah, sebagaimana yang dikatakan Nabi Muhammad, ini adalah salah satu pilar Iman.

Hasil yang ternyata tidak sesuai dengan yang kita harapkan, sebenarnya bukan merupakan hasil final, sekali lagi anda tidak pernah tau hasil dari suatu proses. Hasil itu adalah keputusan Allah, kita tidak pernah tau. Tapi proses adalah wilayah manusia yang dia bisa memilih menjalankan atau tidak menjalankan. Sebagaimana si pelari tersebut. Wilayahnya adalah berlatih dengan keras, hasil lomba bukanlah dia yang bisa menentukan, dia hanya menjadi pemeran dalam proses berlatih, sementara hasil adalah Allah yang berperan untuk menentukan. Setelah hasil tadi, kita tidak akan pernah tau kan hasil-hasil setelahnya?. Sehingga untuk si pelari tadi, teruslah berlatih dengan keras, karena itulah wilayah anda, anda bisa memilih untuk tetap berlatih atau tidak. Tapi anda tidak bisa menentukan hasil dari latihan anda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun