Mohon tunggu...
Dimas Agus Hairani
Dimas Agus Hairani Mohon Tunggu... Administrasi - Man Jadda Wajada

S1 Manajemen Unesa | S2 Sains Manajemen Unair | Part of LPDP_RI PK 163

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pertanggungjawaban Hidup

13 September 2017   06:26 Diperbarui: 27 Februari 2018   01:15 1194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pernahkah terpikir oleh kita untuk apa kita setiap hari berkerja bagi yang bekerja?. Atau untuk apa sekolah bagi yang sekarang menjadi seorang pelajar?. Mari kita berfikir seperti ini, bagi pelajar dia sekolah untuk mendapatkan ilmu yang mungkin bisa dia gunakan setelah lulus, ambilah contoh menjadi pembisnis. Kemudian timbul pertanyaan lagi, untuk apa menjadi seoarang pembisnis?. Ambilah contoh untuk membuka lapangan pekerjaan sehingga orang lain bisa mendapatkan uang untuk menghidupi keluarganya. Pertanyaan lagi, untuk apa kita membantu orang?. Ambil contoh karena ingin melihat orang bahagia sehingga diri juga merasa bahagia. Pertanyaan timbul lagi, untuk apa merasa bahagia?. Pertanyaan selanjutnya akan timbul untuk mengejar setiap tujuan pencapaian kita.

Pertanyaan lain timbul, untuk apa seseorang bekerja?, untuk mencari uang misalnya. Untuk apa mencari uang?, untuk menghidupi keluarga misalnya. Pertanyaan demi pertanyaan pun timbul untuk mengejar apa yang sebenarnya kita cari di dunia ini. Jikalau tujuannya sebagai contoh adalah untuk mencapai kebahagiaan dan kecukupan, misalnya keluarga tidak kelaparan dan tempat tinggal yang nyaman maka setelah kita dapatkan apa yang akan dilakukan lagi?. Lantas apakah setelah kita mendapatkan itu akan dinikmati selamanya?. Bukankah akhir dari kehidupan adalah tidak hidup alias mati?.

Lantas setelah mati apakah selesai urusan kita?. Jikalau mati merupakan akhir dari segalanya maka manusia tidak akan bersusah payah melakukan hal-hal yang baik untuk mendapatkan keinginannya. Manusia tidak perlu bekerja untuk mendapatkan uang, dia cukup mencuri kemudian bersembunyi hingga tidak ketahuan dan menikmati uangnya sampai dia mati. Dia akan bahagia tanpa bersusah payah harus sekolah atau bekerja. Jika demikian, maka mati berarti bukan akhir segalanya, masih tetap akan ada proses yang akan dilalui manusia, yaitu proses pertanggungjawaban.

Segala hal yang dilakukan pasti memiliki sebuah pertanggungjawaban. Sederhananya, ketika kita melakukan kebaikan dan keburukan apakah akan mendapatkan balasan yang sama?. Ketika orang hidup ada yang memberikan sumbangan untuk yatim piatu dan ada yang mencuri harta orang lain, pertanyaanya adalah apakah mereka mendapatkan perlakuan yang sama?. Ketika kedua orang ini berada di masyarakat maka yang mencuri tadi bisa jadi akan dihukumi masa, lalu apakah orang yang memberi sumbangan akan dihukumi masa pula?. Dalam petunjukNya, Allah sampaikan, “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.” (Al Muddatsir (74): ayat 38).

Sehingga kesimpulannya, setiap hal yang dilakukan oleh manusia di dunia ini akan dimintai pertanggungjawaban. Oleh karena itulah sebagai manusia yang seutuhnya tidak akan berfikir untuk mencuri agar mendapatkan uang, sehingga dia memilih sekolah kemudian mendapatkan ilmu untuk digunakan baik dalam berbisnis atau profesi ataupun bekerja.

Allah yang menciptakan dunia ini tidak lain adalah karena rasa cintaNya kepada umat manusia agar manusia bisa merasakan kenikmatan di dunia ini, tentu dengan cara yang baik-baik untuk dapat menikmatinya. Bukankah kita merasa bahagia ketika mendapatkan makanan, atau jabatan, atau bahkan istri yang yang menawan?. Itulah kenikmatan dunia, maka bukankah kita merasa bersyukur diberikan kehidupan yang demikian?. Dengan begitu segala kenikmatan yang telah Allah sediakan bisa kita nikmati dan tentu akan dipertanggungjawabkan.

Maka ketika manusia ingin mencari apa yang telah Allah sediakan di dunia ini sesuai dengan keinginannya haruslah dengan cara yang baik pula, karena sebagai manusia yang berakal dia tidak akan berfikir mencuri, membunuh, dan hal yang tidak manusiawi lainnya, dia tidak akan merendahkan atau melecehkan orang lain demi mendapatkan yang dia inginkan.

Setelah manusia mendapatkan apa yang dia inginkan, maupun masih dalam proses mencarinya, akan ada satu titik proses itu berhenti yaitu di titik yang dinamakan mati. Setelah manusia itu mati maka terhentilah proses kehidupan yang dia jalani dan menuju proses pertanggungjawaban. Oleh karena itulah ketika manusia hidup perlu memperhatikan bagaiamanakah proses pertanggungjawabannya, dia tidak akan mengambil langkah seenaknya dalam mencapai tujuannya di dunia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun