Mohon tunggu...
Dimas Adriansyah Putra
Dimas Adriansyah Putra Mohon Tunggu... Seniman - Mahasiswa Universitas Jambi

Lihat ke atas agar terinspirasi Lihat kebawah agar bersyukur

Selanjutnya

Tutup

Money

Perhatian Ibnu Taimiyah terhadap Konsep Harga yang Adil

3 Desember 2019   15:05 Diperbarui: 4 Desember 2019   17:35 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Berbeda halnya dengan kompensasi yang setara, persoalan harga yang adil muncul ketika menghadapi harga yang sebenarnya, pembelian dan pertukaran barang. Dalam mendefinisikan hal ini, ia menyatakan:

"Harga yang setara adalah harga standar yang berlaku ketika masyarakat yang menjual barang-barang dagangannya dan secara umum dapat diterima sebagai sesuatu yang setara bagi barang-barang tersebut atau barang-barang yang serupa pada waktu dan tempat yang khusus."

Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa harga yang setara adalah harga yang dibentuk oleh kekuatan pasar yang berjalan secara bebas, yakni pertemuan antara kekuatan permintaan dengan penawaran. Ia menggunakan perubahan harga pasar sebagai berikut:

"Jika penduduk menjual barang-barangnya secara normal (al-wajh al-ma'aruf) tanpa menggunakan cara-cara yang tidak adil kemudian harga tersebut meningkat karena pengaruh kelangkaan barang (yakni penurunan supply) atau karena peningkatan jumlah penduduk (yakni peningkatan demand), kenaikan harga-harga tersebut merupakan kehendak Allah SWT. Dalam kasus ini, memaksa penjual untuk menjual barang-barang mereka pada harga tertentu adalah pemaksaan yang salah (ikrah bi ghairi haq).

Ungkapan "dengan jalan yang normal tanpa menggunakan cara-cara yang tidak adil" mengindikasikan bahwa harga yang setara itu harus merupakan harga yang kompetitif yang tidak disertai penipuan, karena harga yang wajar terjadi pada pasar kompetitif dan hanya praktik yang penuh dengan penipuan yang dapat menyebabkan kenaikan harga-harga.

Artikel ini ditulis oleh: Dimas Adriansyah Putra dan Fadillah, Mahasiswa Ekonomi Islam Universitas Jambi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun