Jakarta merupakan kota yang tak pernah sepi dari hingar bingar pendatang yang silih berganti mewarnai atmosfer kependudukan di kota ini. Bahkan jauh sebelum kedatangan Belanda, Jakarta menjadi pelabuhan besar sehingga interaksi antar etnis kerap terjalin. Oleh karena itu, tak mengherankan bahwa Jakarta berkembang menjadi salahsatu kota paling heterogen di Indonesia.
Suku Betawi merupakan penduduk asli Kota Jakarta. Meskipun demikian, bila dibandingkan dengan etnis pendatang lainnya, Suku Betawi masih kalah dominan dibandingkan dengan etnis pendatang yang mencoba mencari peruntungan di Jakarta, sebut saja etnis Sunda dan etnis Jawa (baik Jawa Tengah ataupun Jawa Timur). Suku Betawi yang menempati wilayah DKI Jakarta lebih banyak bermukim secara tersebar di Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, Karawang, dan Tangerang. Tak salah, dikemudian hari terdapat istilah Betawi Udik, Betawi Pinggir dan Betawi Tengah.
AWAL PEMBENTUKAN BATAVIA
Sekitar tahun 1619, Kota Jayakarta direbut oleh Belanda. Lantas, Belanda mendirikan Kota Batavia sebagai pangkalan utama operasi mereka di Hindia-Timur.Â
Ketika itu, Kota Batavia merupakan wilayah yang jarang penduduknya sekaligus diapit oleh dua kesultanan, yaitu Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon.Â
Penguasa Kota Batavia, tidak melarang penduduk dari daerah pedalaman (mereka menyebutnya dengan 'orang-orang Jawa') untuk bermukim di dalam dan di pinggiran kota. Bahkan selama dua abad pertama kolonialisme Belanda, wilayah Batavia dihuni oleh penduduk yang datang dari luar Batavia (Suku Betawi).
Imigran-imigran yang datang ke Batavia didominasi oleh penduduk Tionghoa dan sebagian lainnya merupakan masyarakat Banda yang telah ditaklukkan untuk menetap di Batavia.Â
Imigran lainnya diizinkan bebas masuk ke Batavia diantaranya ialah orang-orang "Moor" (orang-orang Islam dari India Selatan), Melayu, Bali, Bugis, dan Ambon. Lambat laun, penduduk asli Batavia secara umum jumlahnya kalah besar dibandingkan dengan para budak.
KEDATANGAN BUDAK