Mohon tunggu...
Dimas Saputra
Dimas Saputra Mohon Tunggu... Penulis - CW

Journalist & Freelance Writer

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mendamba Para Ksatria Usai Helat Pilkada

30 Juni 2018   02:19 Diperbarui: 30 Juni 2018   02:20 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemungutan suara di Pilkada serentak 2018 telah berlalu. Sejumlah hasil telah didapat, meski baru berdasarkan hitung cepat. Namun sayang, masih banyak pihak yang belum menerima kekalahan, walau dengan selisih suara yang besar. Tampaknya sikap ksatria tak lagi menjadi pegangan bagi para kontestan di pilkada.

Kita masih ingat, di saat peralihan kepemimpinan di Ibu Kota, seorang "tentara ingusan" (begitu ia dijuluki oleh lawan politik), tampil mencuri perhatian. Ia adalah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Mantan kandidat gubernur DKI Jakarta yang pernah diremehkan, justru mengajarkan kita semua akan arti berdemokrasi yang sebenarnya.

Belum berganti hari sejak pemungutan suara dilakukan, ia sudah tampil di depan media untuk memberikan ucapan selamat kepada dua kandidat pesaing, yang lolos ke pemilihan putaran kedua. AHY secara kesatria dan lapang dada mengakui kekalahannya.

Meski kontestasi berjalan keras selama masa kampanye pilkada, dengan bermacam fitnah dan serangan dilancarkan kepada dia dan keluarga, bahkan juga terhadap putrinya, tapi putra sulung Presiden RI ke-6 itu, tetap menghormati lawan-lawan politiknya.

Tak berhenti di sana, saat pemenang kontestan telah ditetapkan, AHY juga hadir di Istana Merdeka untuk mengikuti pelantikan gubernur terpilih. Esok harinya, ia juga berkunjung ke penjara menjenguk saingan lainnya yang tersandung kasus penistaan agama, untuk memberikan dukungan secara moril.

Tampaknya,  AHY ingin menunjukkan bahwa bersaing dalam politik, bukan berarti kita mesti bermusuhan. Sebuah kedewasaan berpolitik yang mesti dimiliki setiap politisi di negeri yang katanya menjunjung tinggi demokrasi ini.

Saat kontestasi usai, kala itulah persaingan harus berakhir. Semua pertikaian yang selama ini ada, hendaknya bisa reda. Bagaimana membangun daerah, jika kita terus saja terbelah?

Karena itulah, para kontestan pilkada, bersikaplah seperti seorang ksatria. Terima kekalahan dengan lapang dada, jika selisih suara cukup besar dan pemenang tak mungkin lagi ditukar. Tak perlu memprovokasi di publik dengan mengumbar kecurangan lawan politik. Semua ada mekanismenya. Silahkan tempuh jalur hukum agar lebih bermartabat.

Sekali lagi, sebagai rakyat biasa, kita sangat mendamba para kandidat ini bersikap lebih dewasa. Kalian adalah calon pemimpin bangsa. Mungkin saja kini kalah, tapi suatu saat nanti, kontestasi bisa diulangi dengan pendekatan yang lebih baik agar dipilih oleh rakyat. Jadilah ksatria dan buktikan bahwa kalian layak ditunjuk sebagai pemimpin masa depan.

Setahun lalu, AHY telah memulai sebuah langkah. Pembangunan negeri ini harus dengan jiwa besar, tidak boleh ada sedikitpun dendam dan sakit hati. Kini, kita bersama harus melanjutkannya. Rakyat di negeri ini pernah bersatu, bergandengan tangan, bersama-sama menumpas penjajahan. Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Sudah saatnya kita kembali mengesampingkan segala perbedaan, untuk menatap masa depan bangsa yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun