Mohon tunggu...
Dimas RafiTriveb Dewantoro
Dimas RafiTriveb Dewantoro Mohon Tunggu... Lainnya - Pasti bisa

Hanya anak gembala

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Candu Media Sosial di Masa Pandemi

12 April 2021   06:30 Diperbarui: 12 April 2021   06:38 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Media sosial merupakan suatu bentuk wadah komunikasi modern dengan sejumlah fitur dan keunggulan yang terkandung di dalamnya. Dengan adanya media sosial segala sesuatu jauh dirasa lebih mudah dan efisien, ruang dan waktu sudah tidak lagi membatasi kegiatan atau interaksi yang dilakukan antar individu serta informasi yang terus deras mengalir tanpa henti.Mengingat teknologi komunikasi dan informasi terus berkembang dan berinovasi maka fakta bahwa media sosial kini lebih dimanfaatkan sebagai pemenuh kebutuhan akan sosialisasi dan hiburan.

Segala akses kemudahan yang diberikan teknologi New Media membuat para penggunanya jatuh kedalam ketergantungan dan dianggap sebagai satu-satunya sarana untuk memenuhi kebutuhan yang seakan manusia tidak dapat hidup tanpa bantuannya. Seperti selalu membawa ‘dunia maya’-nya dalam genggaman menuju meja makan, sampai ke jalan sekalipun sedang berada di dalam kendaraan bahkan hingga ke dalam kamar mandi. Hal ini mengindikasikan adanya aspek kecanduan yang akan membuat seseorang secara otomatis untuk melakukan apa yang ia sukai saat ada kesempatan. Kecanduan merupakan sebuah kondisi dimana seseorang terikat pada satu kondisi yang kuat sehingga tidak mampu untuk mengontrol dirinya sendiri untuk terlepas dari keadaan tersebut dan cenderung mengabaikan kegiatan lainnya.

Ketika dikaitkan dengan kondisi saat ini yakni di masa pandemic Covid-19 yang tak kunjung selesai, rasanya tidak heran apabila ditemukan sejumlah pecandu baru media sosial. Segala sesuatu yang semula konvensional kini mau tidak mau harus digeser menuju ranah virtual dimana pendidikan, perkantoran, bisnis hingga ranah perbelanjaanpun harus menyesuaikan diri secara daring demi mereduksi angka pasien terinveksi virus Covid-19 yang kian hari terus bertambah.

Pandemi melumpuhkan sekolah dan mengembalikan kegiatan belajar di rumah. Keluarga terlibat langsung dalam perkara pendidikan formal. Keluarga tiba-tiba menyatakan bahwa tugas sekolah terasa berat. Sejak pendidikan Barat menjadi salah satu ciri modernisasi dan jalan untuk mencapai tujuan nasional, keluarga menyerahkan anak-anak mereka untuk mendapat layanan pendidikan di sekolah-sekolah formal.

Anak-anak terintegrasi dalam semua kegiatan ekonomi. Ada ruang bermain yang telah di-”paten”-kan dan di sinilah mereka belajar dan tumbuh untuk menyiapkan diri secara kognitif, psikomotorik, afektif, memasuki dunia orang dewasa. Masyarakat ekonomi rural menyiapkan ruang dan metode pola asuh. Semua suku bangsa yang hidup dalam sistem ekonomi rural memiliki pola asuh tersendiri dan berfungsi sebagai sekolah atau lembaga pendidikan lokal. Kelak, para antropolog atau ahli-ahli pendidikan merumuskan pola asuh tersebut menjadi konsep etnopedagogi.

Wabah mengembalikan anak-anak kepada keluarga. Keluarga tidak berdaya. Keadaan ini menjadi gangguan dan menimbulkan masalah baru di tengah pandemi. Hal ini terjadi karena selama setengah abad lebih, semua tugas dan tanggung jawab belajar dan pendidikan diambil alih oleh sekolah dan para orangtua tidak keberatan. Sekolah-sekolah formal hanya mengajar dan bukan mengembangkan pola asuh. Maka, anak-anak yang sejak kecil masuk ke dalam sekolah formal adalah generasi bangsa yang tidak mengalami pengasuhan. Keluarga juga semakin alpa bahwa pendidikan modern formal birokratis hanya mengembangkan satu sisi, yakni kognitif ketika sekolah.

Munculnya berbagai keluhan atau keberatan orangtua terhadap program belajar daring atau belajar di rumah semasa pandemi ini berakar pada kondisi tersebut; ketika orangtua sudah terbiasa menyerahkan semua tugas pengasuhan itu kepada lembaga pendidikan dan lembaga belajar.Dunia pendidikan formal dan berbagai urusan belajar kognitif, terasing dari hidup desa, laut, dan peternakan kuda atau kerbau, yang menyita seluruh waktu hidup anak-anak.

Tulisan ini ingin mengajak orangtua untuk menyadari bersama bahwa parenting harus dilakukan sendiri dan tidak bisa diganti dengan membeli layanan jasa belajar. Program Si Bolang dapat dijadikan model parenting atau pengasuhan untuk secara kritis menyikapi ideologi sistem pendidikan yang diperhamba oleh ekonomi industri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun