Mohon tunggu...
Dilla Zhafarina
Dilla Zhafarina Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Aku adalah riak rasa yang tak bersuara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pesta Ponan Notang No Putis (Pesta Ponan yang Tak Terlupakan)

23 Maret 2013   15:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:21 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore itu langit begitu cerah. Burung-burung berkicau gembira seakan ikut menikmati indahnya mentari sore. Sang angin berhembus sepoi-sepoi, ikut menemaniku berada di sebuah kota kecil yang begitu damai. Walau hanya duduk termangu di teras rumah, hembusan angin tadi seakan-akan ingin memberitahu keadaan kota yang masih asing buatku.

Aku gadis remaja yang terlahir dari dua suku yang berbeda. Ayahku asli Sumbawa sedangkan Ibuku asli Jawa. Namun, dua perbedaan itulah yang membawaku ke kota Sumbawa yang sungguh indah ini. Sebuah kota yan masih dipenuhi sawah-sawah dan pohon nyiur yang amat tinggi. Semua terlihat jelas olehku saat pertama kali menginjakan kaki di kota ini, sungguh suasana yang amat sulit kutemukan di kota kelahiranku Semarang.

Seketika lamunan itu buyar, saat seseorang memanggilku. Suara yang begitu halus, ramah dan tidak asing bagiku.

“Intan, cepat ganti baju. Sebentar lagi Aya’mu dari Desa Poto akan berkunjung kemari, Aya’ Mala ingin melihat duannya yang cantik ini !” ucap ibu sambil mencubit pipiku. Akupun hanya tersenyum manis mendengar pujian ibu yang membuatku bahagia.

Kemudian kulangkahkan kaki ke kamar untuk mengganti pakaian yang lebih baik, seusai itu bergabung bersama kedua orang tuaku untuk melihat acara kesukaan kami sekeluarga JELAJAH yang memiliki  banyak informasi perjalanan wisata dunia, sambil menunggu Aya’ Mala yang belum pernah aku lihat sebelumnya.

Cukup lama kami menunggu kedatangan Aya’, tapi tak ada tanda-tanda kehadirannya, rasa haus menghampiriku sehingga kuputuskan untuk membuat teh  hangat sekaligus untuk kedua orang tuaku. Baru saja aku akan kembali ke ruang keluarga, sayup-sayup kudengar suara seseorang mengetuk pintu sambil mengucapkan salam.

Aku mempercepat langkah sambil membawa teh hangat buatanku, di ruang keluarga kulihat seorang wanita sedang asyik berbicara dengan ayah dan ibu. Wajahnya cantik dan halus, rambut terurai panjang sehingga menambah keanggunannya, usianya terlihat lebih muda dari ibuku.

Saat kudekati mereka, wanita itu melihatku dengan sorotan tajam, memperhatikanku dari ujung kaki hingga ujung rambutku, raut wajahnya seperti terkejut.

“Astaga, tak disangka gadis mungil yang dulu sering kugendong sudah menjelma menjadi gadis remaja yang sangat cantik!”

Aku tersenyum malu sambil mencium tangan Aya’ dan langsung duduk di dekatnya.

“Ya wajarlah, kamu kan sudah 12 th tidak melihatnya, Intan sekarang sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang selalu ingin tahu!” kata ibu sambil tersenyum simpul.

“Sudahlah Bu, jangan berlebihan!” ucapku malu-malu.

“ Oh ya Intan, ini Aya’ Mala yang kita tunggu-tunggu dari tadi”.

Mereka bertiga kemudian melanjutkan pembicaraan yang sempat terputus karena kedatanganku. Pembicaraan yang sama sekali tak kumengerti maksudnya. Hingga sampai pada tengah pembicaraan, Aku mendengar Aya’ Mala menyebut “Pesta Ponan”. Entah mengapa terbesit rasa ingin tahu di hatiku, bisa di bilang ini adalah rasa penasaran akan nama itu. Aku hanya menjadi pendengar setia ditengah-tengah mereka bertiga tanpa pernah mengucap satu katapun.

Aya’ Mala berkata bahwa Pesta Ponan akan diadakan antara bulan Januari sampai bulan Maret. Sebenarnya aku ingin bertanya lebih jelas apa yang di maksud dengan Pesta Ponan, namun azan magrib telah lebih dulu menyapa kami semua. Hingga akhirnya pertanyaan itu hanya tersimpan dalam hatiku.

Seusai melaksanakan sholat magrib, kami langsung makan malam bersama. Setelah itu ayah, Ibu dan Aya’ Mala melanjutkan pembicaraan mereka, kali ini bukan soal Pesta Ponan melainkan masalah keluarga hingga aku tak tertarik untuk bergabung bersama mereka. Aku memutuskan masuk ke kamar untuk membaca Teenlit yang baru aku beli tadi pagi di toko buku.

Cukup lama aku asyik dengan Teenlit bacaanku, sampai tak terasa hampir selesai. Mata ini sudah terasa sayu seolah sudah tak sanggup lagi untuk membukanya, Aku pun tertidur dengan mata lelah yang akhirnya terpejam.

********************

Jika biasanya mimpi yang membawamu terus terlelap dalam tidurmu, maka kali ini mimpi yang membawaku terbangun dalam tidur lelapku. Mimpi akan pertanyaan yang sempat tenggelam dalam hati.

Aku melangkah ke arah ruang keluarga, di sana aku hanya melihatt  ayah dan Ibu saja, lalu di mana Aya’ Mala?. Pertanyaan itu muncul bersama dengan keherananku.

“ Sayang, kamu sudah bangun ya, tadi aya’ Mala mencarimu, ingin pamit pulang, tapi tidak tega membangunkanmu” kata ibu padaku.

Mendengar ucapan Ibu. Aku menjadi seperti orang linglung, aku menyesal mengapa aku tertidur tadi, akibatnya aku tak bisa bertanya tentang Pesta Ponan lebih mendalam lagi.

Terlintas di benakku, besok pagi menanyakan Pesta Ponan kepada Kak Ace. kakak pembina kesenian di sekolahku, kurasa pasti tahu tentang Pesta Ponan.

Dan ku pikir besok adalah waktu yang tepat untuk menanyakannya.

********************

Sang fajar hampir sampai pada singgasananya, Tepat pukul 9 pagi, aku menemui Kak Ace di rumahnya. Jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahku, sehingga aku cukup berjalan kaki saja.

Sesampainya di sana aku menanyakan semua hal yang membuatku penasaran sejak kemarin. Panjang lebar aku menanyakan segala hal yang berhubungan dengan Pesta Ponan dan aku sampai terngagga mendengar semua penjelasan dan jawaban Kak Ace yang begitu menggagumkan.

“ Begini saja, bukankah Pesta Ponan akan diadakan bulan ini atau bulan depan, bagaimana kalau Intan menghadiri dan menyaksikan langsung pesta itu. Intan kan punya Aya’ Mala yang tinggal di  Desa Poto”. Saran kak Ace membuatku tersadar, mengapa hal ini tidak terpikirkan sebelumnya olehku.

Sang raja siang telah benar-benar berkuasa di singgasananya. Aku memutuskan untuk segera pamit pulang, dan segera langsung membicarakan saran kak Ace pada Ayah dan Ibu. Semoga dewi keberuntungan berpihak padaku.

*************************

Aku telah sampai di rumah, dan segera memanggil Ibu dari ruang tamu. Tanpa titik koma, aku  ingin sampaikan semua saran yang dianjurkan Kak Ace.

“ Ada apa sich, kok ribut sekali suaramu?” tanya ibu sedikit kesal karena aku telah menggangu pekerjaan rutinnya di dapur.

“ Maaf Bu, em..em..begini, Intan ingin sekali menyaksikan Pesta ponan di desanya Aya’ Mala yang katanya akan berlangsung bulan ini. Apa ibu mengizinkan Intan pergi ke Desa Poto beberapa hari untuk menyaksikan Pesta Ponan di Bukit Ponan sebelum pesta itu dimulai?” tanyaku gugup pada Ibu.

Ibu terdiam sejenak. Aku menjadi semakin gugup melihat Ibu terdiam, rasa penasaran semakin menderaku. Jawaban apa yang akan diberikan ibu untukku, jantungku berdetak lebih kencang menunggu jawaban dari Ibu.

“ Baiklah Ibu akan bicarakan hal ini pada Ayahmu, tapi Ibu setuju karena di sana kan ada Aya’ Mala yang akan menemanimu. Nanti Ibu akan beritahu Aya’ Mala supaya menjemputmu dan menginap di rumahnya beberapa hari.

Hatiku berbunga-bunga mendengar aku akan diizinkan pergi menyaksikan Pesta Ponan di Bukit Ponan.

To Be Continue

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun