Mohon tunggu...
Dara Haspramudilla
Dara Haspramudilla Mohon Tunggu... Administrasi - Pranata Humas Kemenkeu

Pranata Humas Kemenkeu

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Setelah Debat Pilpres 2019: Cerminan Nyata Fenomena Post-Truth di Indonesia

16 April 2019   12:19 Diperbarui: 16 April 2019   12:41 1183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: liputan6.com

Era post-truth adalah era dimana ketika seorang individu sudah memiliki keyakinan positif akan satu hal, terlepas itu merupakan keyakinan yang salah, tidak akan tergoyahkan keyakinannya. Meskipun datang individu lain memberikan informasi yang sejatinya benar dan cenderung menegasikan keyakinannya. Namun yang terjadi adalah individu pertama bukannya malah mengalihkan keyakinannya namun malah berusaha mencari-cari penguat keyakinannya dengan tujuan melemahkan keyakinan yang baru.

Sederhananya begini, sebagai contoh kita suka banget sama beragam jenis makanan berbahan dasar kambing. Suatu hari, seorang teman kita memberikan informasi bahwa kambing itu dapat meningkatkan kadar kolesterol tubuh yang berujung kematian. Maksud dari teman kita itu adalah memberikan informasi agar kita dapat mengurangi asupan makanan berbahan dasar kambing atau mungkin sama sekali tidak mengonsumsinya. Tujuannya untuk kebaikan kita.

Namun sebagai pecinta makanan berbahan dasar kambing, tentu saja ada kecenderungan kita tidak bisa langsung menerima informasi tersebut. Hal yang kita lakukan adalah justru, pertama mencoba menggali informasi mengenai manfaat-manfaat positif makanan berbahan dasar kambing dan kedua kita berusaha mencari informasi apa makanan favorit teman kita dan lalu mencari tau efek-efek negatif dari makanan tersebut.

Harus kita akui bahwa saat ini fenomena semacam inilah yang sedang terjadi di masyarakat kita dan ini terjadi di kedua kubu pendukung kandidat pilpres 2019. Apakah anda setuju dan merasakannya? Atau malah anda merasa tidak sependapat? Mari berdiskusi secara sehat di kolom komentar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun