Mohon tunggu...
Dilla Hardina
Dilla Hardina Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Kelilingilah dirimu dengan orang-orang yang pantas mendapatkan keajaibanmu🌻

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi Pustakawan yang Ideal

9 Juli 2020   05:57 Diperbarui: 9 Juli 2020   05:49 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pexel.com

Pada 2019 lalu, saya bersama teman-teman melakukan observasi ke perpustakaan SMA Khatolik Santho Tulungagung. Setelah mengurus perijinan dan bertanya-tanya sedikit kepada staff tata usaha, kami hampir saja mengurungkan niat untuk melakukan observasi di sana.  

Sebab, ternyata perpustakaan tersebut belum berbasis otomasi (karena materi observasi kami adalah otomasi). Namun, karena sudah basah, kami memutuskan untuk menceburkan diri sekalian ke sana. 

Selain itu, waktunya juga mepet deadline. Jadi kami memutuskan untuk terus melakukan observasi, terlepas dari memuaskan atau tidak hasil yang ada di sana nanti.

Perpustakaan SMA Khatolik Santho berada dilantai 2 gedung sekolahan, tepatnya di atas kantin sekolah. Menurut saya, ukuran perpustakaannya cukup standar namun cenderung baik jika harus dibandingkan dengan perpustakaan-perpustakaan yang ada di sekolah lain. 

Buku-buku di sana tertata rapi, yang jelas enak dipandang mata. Terlihat pula siswa-siswi yang beraktifitas di perpustakaan tersebut. Ada yang meminjam buku, ada yang membaca dan bahkan ada yang bersenda gurau.Di sana, kami disambut dengan sangat baik oleh pustakawan yang bernama Pak Deni.

Setelah dipersilakan duduk, kami menyampaikan maksud kedatangan kami, yakni ingin melakukan observasi terkait sistem otomasi yang ada di perpustakaan tersebut. 

Sayangnya, seperti yang saya ceritakan di atas, bahwa perpustakaan tersebut belum terotomasi. Namun, Pak Deni menawarkan untuk sharing-sharing tentang topik lain seputar dunia kepustakawanan. Dan kami pun mengindahkan tawaran beliau.

Pak Deni mengaku sangat senang dikunjungi oleh kami, para mahasiswa Ilmu Perpustakaan---karena hal tersebut secara tidak langsung membangkitkan semangat untuk terus berada di jalur yang selama enam tahun ini beliau geluti; jalur pustakawan. Beliau juga berkata bahwa selama kurun waktu tersebut, beliau banyak mengalami kesukaran atau hambatan terkait dengan profesinya. Entah itu dari pihak kepala sekolah, guru, murid maupun dari orang-orang di sekitarnya.

Beliau sering mengalami gesekan-gesekan kecil yang kadangkala membuatnya harus berdebat dengan beberapa kalangan yang belum mampu memahami tujuan mulianya. 

Namun, itu masih dalam debat berkonteks yang wajar. Pak Deni hanya mau meluruskan sesuatu yang masih bengkok. Sesuatu yang belum mampu berjalan lurus pada jalurnya. 

Sesuatu yang sudah lama dianggap tidak penting dan sering pula disepelekan secara general, padahal mengandung makna yang mendalam dan kaya akan manfaat bila dilakukan. Sebut saja literasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun