Mohon tunggu...
Fadila Putri
Fadila Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa Politeknik STIA LAN Jakarta

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Literasi Gizi Keluarga: Intervensi Preventif dalam Mengatasi Tren Diabetes Anak

24 Juni 2025   01:43 Diperbarui: 24 Juni 2025   01:43 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto makanan pemicu diabetes

Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai gangguan metabolisme kronis akibat gangguan kerja insulin atau produksi insulin oleh pankreas, yang menyebabkan hiperglikemia. gejala umum DM yang sering terjadi antara lain poliuria (banyak kencing), polidipsi (banyak minum), polifagia (banyak makan), hingga penurunan berat badan tanpa sebab jelas. indonesia sendiri menduduki peringkat ke-7 dunia dalam jumlah penderita diabetes terbanyak, dengan angka yang terus meningkat setiap tahun.

Dahulu, penderita Diabetes Melitus (DM) didominasi oleh orang tua, tetapi kondisi saat ini Diabetes Melitus dapat dialami oleh semua usia, termasuk anak-anak dan remaja. DM dibagi menjadi tiga tipe, yaitu tipe 1 (disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas akibat autoimun), tipe 2 (karena resistensi insulin akibat gaya hidup tidak sehat), dan tipe gestasional (terjadi selama kehamilan). Saat ini DM tipe 2 mulai banyak ditemukan akibat pergeseran gaya hidup. 

Diabetes Melitus (DM), yang sebelumnya lebih banyak menyerang usia lanjut, kini menunjukkan peningkatan prevalensi yang signifikan pada kelompok usia anak dan remaja. Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), terdapat lonjakan kasus hingga 70 kali lipat pada Januari 2023 dibandingkan tahun 2010, dengan prevalensi mencapai 2 kasus per 100.000 anak. Sekitar 60% penderita adalah anak perempuan, dan sebagian besar berada di rentang usia 10--14 tahun. 

Salah satu akar penyebab utama dari fenomena ini adalah rendahnya literasi gizi di kalangan orang tua dan keluarga, yang menyebabkan pola makan anak cenderung tinggi kalori, tinggi gula, serta rendah nutrisi. Perubahan gaya hidup modern yang didominasi oleh makanan cepat saji dan minim aktivitas fisik, terutama diperburuk oleh pandemi COVID-19 turut memperbesar resiko anak terkena DM tipe 2, yang dahulu lebih banyak menyerang orang dewasa.

Selain itu, belum maksimalnya peran negara dalam menyusun dan melaksanakan kebijakan edukasi gizi yang menyeluruh memperburuk situasi. Minimnya informasi gizi, keterbatasan akses terhadap edukasi kesehatan, serta ketimpangan sosial ekonomi menjadi hambatan serius dalam upaya pencegahan dini diabetes pada anak. Oleh karena itu, dibutuhkan intervensi kebijakan publik yang kuat, berupa peningkatan literasi gizi dan kampanye gaya hidup sehat yang menyasar keluarga, anak, dan remaja secara sistematis dan berkelanjutan.

Rekomendasi Kebijakan

Kebijakan Edukasi Literasi Gizi Berbasis Keluarga dan Komunitas dipilih sebagai langkah strategis untuk menekan meningkatnya kasus Diabetes Melitus tipe 2 pada anak dan remaja. Kebijakan ini berfokus pada edukasi gizi langsung kepada keluarga dan komunitas, yang dilaksanakan secara rutin setiap tiga bulan sekali, serta penyediaan layanan pemeriksaan kesehatan gratis khususnya pengecekan gula darah setiap bulan sekali. Pelaksanaan program ini diawali dengan pengumpulan data rekam medis dari puskesmas setempat untuk memetakan daerah prioritas, yakni daerah dengan prevalensi diabetes tertinggi. Berdasarkan data tersebut, edukasi gizi akan diprioritaskan di daerah-daerah tersebut agar dampaknya lebih signifikan.

Pada level komunitas, penyuluhan gizi dilaksanakan di tingkat RT/RW, Posyandu, PKK, dan komunitas lokal minimal setiap tiga bulan sekali.

Materi edukasi meliputi cara membaca label gizi, mengenali asupan kalori, gula, dan lemak harian anak, hingga pembagian booklet atau brosur sederhana agar keluarga lebih mudah memahami dan mempraktikkan informasi gizi. Selain itu, kader kesehatan, petugas puskesmas, dan tokoh masyarakat dilibatkan sebagai fasilitator agar pesan edukasi tersampaikan secara efektif dan sesuai karakteristik warga setempat.

Untuk mempermudah pelaksanaan pemeriksaan gula darah, keluarga yang terdaftar dalam program cukup menunjukkan bukti keikutsertaan saat berkunjung ke puskesmas setempat agar mendapatkan layanan cek gula gratis setiap bulan sekali. Dengan cara ini, deteksi dini dan pengawasan kesehatan anak dan remaja bisa dilakukan secara berkesinambungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun