Mohon tunggu...
Dila AyuArioksa
Dila AyuArioksa Mohon Tunggu... Seniman - Motto Lucidity and Courage

Seni dalam mengetahui, adalah tahu apa yang diabaikan -Rumi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Ibu yang Kesepian

13 Desember 2021   21:22 Diperbarui: 18 Desember 2021   20:39 842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock via Kompas.com

Dipernikahannya dengan lelaki 9 ini
Dia masih merasa kesepian
Sudah kubilang dia tidak butuh suami
Tapi seorang kawan
Yang sejalan dengan pikiran
dikala senja makin redup

Sudah lama aku tak menanyakan kabarnya
Dia sekarang rada-rada pikun
Kulit wajah makin menurun

Dia ingin kabur
Tak mau direpotkan
Dia menangis seorang diri dalam batinnya
Dua anak laki-laki yang lahir dirahimnya
Telah tidur di perut bumi

Dia makin pilu
Karena sempat memelihara ego
Rasa ingin berbicara dan makan bersama begitu berat
Untuk dibangun semasa hidup anaknya

Karena semua begitu asing ketika
Tak diasah dimasa kecil
Aku tak tahu dendam apa yang dipendam
Oleh anaknya.

Sekarang dia ibu yang kesepian
Memilih untuk sendiri
Menepi di lembah Maragunuang
Dengan laki-laki yang baru dinikahinya

Aku takut dia makin tersungkur
Memilih memberi jarak
Satu titik hitam pun tak ada rasa kebencian kami padamu

Tapi orang lain lebih suka ikut campur
Hingga kau kembali membuka luka untuk dirimu kesekian kalinya.

MAK DANG aku cucumu
Di sini terhenyak karena memikirkanmu

Kudoakan semesta selalu melindungimu
Dan kuingin makan bersamamu di sebuah pasar tradisional di kampung kita kembali terulang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun