Mohon tunggu...
Dila AyuArioksa
Dila AyuArioksa Mohon Tunggu... Seniman - Motto Lucidity and Courage

Seni dalam mengetahui, adalah tahu apa yang diabaikan -Rumi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pecundang yang Ditangisi Sudirman

6 Desember 2020   09:44 Diperbarui: 6 Desember 2020   09:47 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pecundang yang ditangisi Sudirman

Inilah ceritaku
Menatapmu hingga senja merajut bulan


Aku berdiri di sudut jalan berirama bising roda
Kau berdiri gagah di tengah jalan Dukuh Atas
Satu tangan hormat dengan mata terbuka menatap kota buas


Hari ini, 10 November
Aku dengan kesadaran menjumpai  ragamu Sang Anumerta


Yang telah membatu di daratan dan melebur dalam perut bumi
Namun jiwamu harum bak bunga melati keabadian


Hari ini, kau jangan bersedih
Jikalau, penjara kota ini telah menjadi saksi
Bahwa aku tak saling mengenal satu generasi
Yang manusianya tak bisa mengolah emosi dan  terlalu royal basa basi


Jendral Soedirman, kau jangan marah
Manusia  manja ini terlalu sibuk mengurusi perutnya kosong
Saku yang bolong, hingga anjing bulldog yang melolong


Oh, senja yang telah menjadi penonton alur ironi
Sekarang kekuasaan telah menyerangku bak peluru
Kujubahi wajahku karena ditampar malu


Kututup  lubang telingaku yang makin pilu


"Di sini, aku hanya pecundang bukan pejuang"


Jakarta Pusat, 18 November 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun