Mohon tunggu...
Dila AyuArioksa
Dila AyuArioksa Mohon Tunggu... Seniman - Motto Lucidity and Courage

Seni dalam mengetahui, adalah tahu apa yang diabaikan -Rumi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Hutan Keramat

22 Juni 2019   11:41 Diperbarui: 22 Juni 2019   11:55 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: idntimes.com

HUTAN KERAMAT eps 1

Kepulan asap dari tungku dapur di Bukit Lambak telah melayang mengudara. Kepulan asap telah menyatu dengan kabut pagi di pegunungan Bukik Lambak. Para ibuk-ibuk telah menyiapkan masakan untuk pengisi lambung keluarga.

 Cuaca dingin tidak menghentikan niat para pekerja untuk bertempur diparu-paru bumi untuk mengadu nasib dengan  menebang kayu, mencari getah karet dan diolah menjadi gambir,
Menbuat  lahan karet baru dan ada juga yang membakar hutan, berburu babi, monyet dan burung, untuk kepentingan pribadi, untuk hobi atau bisa juga jual beli transaksi di sebuah negri terpencil untuk bisa bertahan hidup. 

Kegiatan tersebut dilakukan oleh masyarakat pribumi, beberapa masyarakat dari daerah lain maupun provinsi lain juga bertahan hidup di daerah Bukik Lambak. Untuk bernapas, berkembang, dan terakhir dikuburkan di Bukik Lambak.


Terdapat satu keluarga yang hidup di hunian rumah panggung kayu, serta berlantai papan,  dapur yang masih menggunakan tungku kayu. Salah satu ialah Rande. Rande adalah anak keempat dari keluarga kecil  yang sudah berusia 18 tahun, tinggal di daerah terpencil membuat Rande tidak bisa menempuh pendidikan tinggi, karena masih kurangnya minat belajar dan sekolah. Rande putus sekolah ketika masih duduk dibangku SD.


 Orang tua Rande pun tidak memaksa Rande untuk sekolah. Kebanyakan anak laki-laki yang seumuran Rande bekerja membantu Abah mengampo, Ngampo   adalah sebutan masyarakat setempat.  Lebih tepatnya bekerja sebagai pembuat gambir. Profesi Mengampo kadang  bisa berpisah dengan keluarga selama berbulan-bulan, minimal 3 dan 6 bulan tinggal disebuah tengah hutan gambir yang jauh dari pemukiman.


 Jika ingin mengampo maka pekerja harus membawa bekal untuk bertahan ditengah hutan disebuah pondok kayu yang berlantai dua yang disebut Kanpaan, jika bekal tidak mencukupi untuk pasangan makan nasi, para pekerja  akan pergi memancing ikan di sungai atau mata air ditengah hutan. Tidak hanya ikan orang yang mengampo juga melakukan perburuan apapun hewan-hewan hutan yang halal. Dalam Mengampo biasanya terdiri dari satu tim yang terdiri dari 3-4 orang yang biasanya mereka memiliki ikatan keluarga.


Begitupun dengan Rande anak laki-laki yang berambut pendek, postur tubuh sedang dan berbadan tinggi itu melewati hari-hari dengan mengampo, unntunglah ladang abahnya tidak jauh dari rumahnya sehingga Rande tidak perlu menetap di ladang. Bukti beratnya kerja mengampo bisasanya pekerja  akan mengalami masa tua berpenyakitan dengan sesak napas atau batuk berat.


 Disebabkan waktu muda  berjuang mengeluarkan getah dari daun gambir, pengolahan gambir yang melalui banyak proses dari perawatan ladang, pemetikan daun gambir, pemerasan daun mengeluarkan getah, pemasakan getah pencetakan, penjemuran yang dilakukan siang dan malam, untuk malam hari selalu dihidupkan tungku api supaya getah cepat kering dan bisa ditimbang, satu biji gambir sudah bisa dijual setelah bewarna hitam, kering dan jika digigit akan keras dan dengan rasa khasnya yang sangat pahit .

Hanya hari  minggu Rande bisa berkumpul dengan kawan seumuranya, supaya  bisa pergi berburu mencari burung hutan yang memiliki bulu warna warni dan suara yang merdu. Melihat kondisi hutan Bukik Lambak yang masih asri, membuat hewan liar masih banyak berkembang biak dan berkeliaraan di tengah hutan. 


 Kemudian burung-burung tersebut di jual di kota. Meskipun kegiatan ini illegal untuk dilakukan, sebab beberapa burung yang ditangkap adalah hewan yang langka. Tapi karena rendahnya pendidikan mengakibatkan Rande dan kawannya hanya memikirkan keutungan dari penjualan hewan perburuan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun