Mohon tunggu...
Dila AyuArioksa
Dila AyuArioksa Mohon Tunggu... Seniman - Motto Lucidity and Courage

Seni dalam mengetahui, adalah tahu apa yang diabaikan -Rumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Alingku Si Budak Cinta

19 Mei 2019   04:36 Diperbarui: 19 Mei 2019   05:01 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kutegarkan jiwaku yang terombang-ambing dengan menghirup udara segar pagi.
Kemudian menatap Cici dengan senyum 

"aku sudah lega, yok kita kekantin, perutku lapar" langsung berdiri dihadapan Cici
Cicipun langsung semangat dan juga tidak mau membahas kejadian itu lagi

 " ayok, ke kantin mbak Nun" sebenarnya pikiran kami berdua tetap kepada Aling.

Saat makan kami melamun satu sama lain, Cici pun menatap kursi yang biasa ditempati Aling. Kemudian mengeleng kepala.  Benar saja nafsu makan kami berkurang. Nasi goreng masih tersisa di piring dan telurpun tidak aku sentuh sedikitpun. Kuambil air minum dan langsung ku bayar ke Mbak Nun.
Bel masuk pun berbunyi, kami menuju kelas dan tidak mau menatap siapapun di ruangan. Di dalam kelas aku hanya diam dan Cici pun lebih memilih tidur ketika guru menerangkan pelajaran. 

Sampai akhirnya bel pulang pun berbunyi. Dan nada dering hp Cici pun berdering, dengan sigap Cici menjawab telpon " Hallo,  Iya Bund, aku udah pulang, digerbang depan ya bund, oke Bund bye" dan mematikan telpon

"Yong, aku pulang dijemput sama bunda, hati-hati ya dijalan tetap fokus pada satu pandangan" pesan Cici yang menuju keluar kelas.

Ketika semua orang pulang, kutatap sekeliling kursi dan meja begitu berantakan. Kemudian  kuambil tas dan melangkah menuju keluar. Sesampainya di pintu. Anggi menungguku dan menyuruhku masuk kekelas lagi. Tanpa rasa takut aku mengikuti perintah Anggi, pintu kelas pun ditutup Anggi. Wanita yang terlihat manis tersebut seketika berubah menjadi nenek sihir dihadapanku.

Dia mendekatiku dengan jarak satu jengkal dihadapanku, Anggi menatapku dari ujung kepala sampai ujung kaki

 "untuk kedepannya, jangan suka ikut campur orang lain?" dengan selalu menghadangku, sampai akhirnya aku mundur.

Langkah ku hentikan, 

"aku ngak mau bahas masalah tadi pagi, tapi kalau kalian emang pacaran, ngak disekolah ini tempatnya, perlu aku jelasin bahwa sekolah itu tempat menuntut ilmu bukan untuk PACARAN, punya telingakan Anggi??" sindirku pada Anggi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun