Mohon tunggu...
Dila AyuArioksa
Dila AyuArioksa Mohon Tunggu... Seniman - Motto Lucidity and Courage

Seni dalam mengetahui, adalah tahu apa yang diabaikan -Rumi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Komposisi yang Tumpang Tindih dalam Pertunjunkan "66/98"

2 Mei 2019   12:57 Diperbarui: 2 Mei 2019   13:09 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Komposisi yang Tumpang Tindih Dalam Pertunjukan "66/98"

Oleh :Resa Hamdani
Mahasiswa ISI Padangpanjang

Karnaval Seni Angkatan '16 tanggal 22-23 April 2019, ISI Padang Panjang kali ini mengambil tema ''Surat Kabar''. Dimulai pada hari Senin jam 08:00 pagi, di buka dengan arak-arakan dari Jurusan Tari sampai Jurusan Dkv dan dilanjutkan dengan pembukaan resmi oleh Pembantu Rektor III Institut Seni Indonesia Padang Panjang. Terdapat 11 Jurusan yang mengapresiasi acara, tidak hanya angkatan '16 saja tetapi semua angkatan ikut berpatisipasi untuk memeriahkan acara Karnaval Seni tersebut, walaupun cuacanya gerimis tetapi tidak melunturkan semangat mahasiswa saat itu. Terdapat kurang lebih 10 pertunjukan dalam 2 hari acara tersebut, dalam satu hari menampilkan 5 pertunjukan dari Prodi Tari, Musik, Karawitan, dan Teater.

Salah satu pertunjukannya ialah "66/98" dari Prodi Teater yang di Sutradarai oleh Yeni Wahyuni angkatan '16 Prodi Teater dengan Aktor  (Affrilian Wina, Tiara Larasati, Junari, Rizky Pahlevi, Muhammad Haikal)  serta 3 penayangan film pendek setiap harinya dari Prodi Tv dan Film. Acara Karnaval Seni 16 tidak hanya di meriahkan oleh mahasiswa ISI Padang Panjang tetapi juga di meriahkan oleh kampus lain seperti UNAND dan UNP. Acara Karnaval Seni 16 panggungnya di bagi menjadi 3, kalau sore di depan Prodi Karawitan, malamnya pindah ke depan Prodi Teater, setelah pertunjukan dari Prodi Tari di depan Teater, lalu penutupannya menampilkan pertunjukan 66/98  di  Lapangan Parkir, setelah MC memberi tahu, penonton langsung berbondong-bondong pindah ke Lapangan Parkir untuk menyaksikan pertunjukan tersebut dengan antusias merebut nonton bagian paling depan.

Gerakan  66 pada saat itu mahasiswa masih bungkam masih bersifat kedaerahan, dan belum berkuasa pada saat itu, dan setelah di keluarkan SUPERSEMAR , pergantian Soekarno dengan Soeharto. Peralihan ini menandakan penggantian Orde lama dan berpindah ke Orde Baru. Gerakan 98 jelas bahwa gerakan mahasiswa dapat merubah sosial reformasi, dan dapat memajukan kehidupan masyarakat, berbeda dengan 1966 yang memunculkan tokoh-tokoh pemimpin, gerakan mahasiswa 1998 nyaris bergerak tanpa pemimpin.

Makna yang di tangkap oleh penulis dari pertunjukan 66/98 ini, pada masa 66/98 mulut mahasiswa di bungkam oleh pemerintah tidak ada gunanya banyak membaca buku, tidak ada gunanya mahasiswa belajar, berfikir kritis dan punya kemampuan berfikir yang intelektual, kuliah di Institut dan yang lainnya, tetapi jika mulut di bungkam dan takut dengan pemerintah, tidak dapat memberikan apapun kepada masyarakat bangsa dan negara.
Yang  menarik dalam pertunjukan 66/98 ini adalah konflik di dalam cerita yang di sampaikan oleh sutradaranya itu ada kaitannya dengan zaman kini, mahasiswa yang takut dengan rektor, yang berkuasa semakin berkuasa, sebagian besar mahasiswa sekarang selalu bungkam jika tau dirinya tertindas oleh oknum-oknum yang tidak bertangggung jawab. Kuliah, pulang, skripsi, wisuda, pengangguran, itulah yang disampaikan oleh masing-masing aktor.

Hal yang tidak menarik bagi penulis yaitu komposisi antara proyektor sound dengan aktor tidak tepat, di saat aktor dialog  disambut dengan suara proyektor yang sangat keras, sehingga kaburnya makna yang disampaikan para aktor kepada penonton, dan pertunjukan juga tidak didukung karna out door dan tidak adanya fasilitas audio Microphones.Kostum yang di pakai aktor tidak menarik seharusnya kostum yang di pakai aktor menggambarkan pemberontakan pada masa itu. Dan juga aktornya tidak pandai memain-mainkan emosi, dan dinamika dialog, dialog marah tidak harus disampaikan dengan berteriak, melempar kursi tetapi bisa dengan bahasa tubuh yang lebih menjiwai, lebih dalam dan tidak harus dengan bahasa verbal pasa saat itu, karna sound proyektor sangat mengganggu sekali sehingga hilangnya makna yang disampaikan.

Mahasiswa adalah tembok bagi gudang ilmu pengetahuan. Sebagai mahasiswa yang berfikir kritis bukan berarti anarkis, intelektual adalah lambang dari mahasiswa, untuk apa banyak baca buku, kalau mulut kita bungkam melulu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun