Mohon tunggu...
Barry dikin
Barry dikin Mohon Tunggu... -

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Filosofi tujuan Pendidikan dalam Pandangan Islam

29 April 2011   23:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:15 1473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

FILOSOFI TUJUAN PENDIDIKAN DALAM

PANDANGAN ISLAM

Oleh:

Firman Endah Aji, S.Pd.I

Staf Pengajar Pondok Pesantren Al-Falah Sukamaju Sungai Lilin

Pendidikan Islam muncul sebagai akibat logis dari sudut pandang bahwa Islam adalah nama bagi agama yang menjadi anutan dan pandangan hidup umat Islam. Agama Islam diyakini oleh pemeluknya sebagai ajaran yang berasal dari Allah SWT, yang memberikan petunjuk ke jalan yang benar menuju keselamatan hidup dunia akhirat. Pendidikan Islam diyakini sebagai proses dan upaya serta cara mendidikan ajaran-ajaran Islam tersebut, agar menjadi anutan dan pandangan hidup bagi manusia dengan penekanan pendidikan orang seorang agar menjadi pribadi muslim baik.

Walaupun istilah pendidikan Islam dapat dipahami dan dianalisis dari sudut pandang yang berbeda dan menunjukkan pengertian yang berbeda namun pada hakekatnya pendidikan Islam merupakan satu kesatuan dan mewujud secara operasional dalam kehidupan nyata dalam satu sistem yang utuh. Ide-ide dan konsep-konsep, maupun nilai-nilai kependidikan Islam sebagaimana yang dipahami dan dianalisis dari Al-Qur’an dan Sunnah, akan terealisasikan dan mendapat perwujudan secara operasional dalam proses pembudayaan, pewarisan, dan pengembangan ajaran agama, budaya dan peradaban Islam dari generasi ke generasi tersebut, dalam prakteknya tidak dapat dipisahkan dari proses pembinaan dan pengembangan orang seorang atau pribadi-pribadi muslim pendukungnya bagi setiap generasi.

Dengan demikian, jika pendidikan Islam adalah sebuah proses sebagaimana yang dimaksud uraian di atas, maka sudah selayaknyalah proses tersebut akan mengarah kepada sebuah idealisme, yaitu tujuan akhir (final) yang hendak dicapai. Dan tujuan tersebut dalam pencapaiannya memerlukan pelaksanaan yang terencana, sistematis, berkesinambungan dan memiliki batasan-batasan untuk mempermudah penetapan tolok ukur keberhasilan pendidikan Islam tersebut.

Secara filosofis, dalam proses penciptaan alam semesta menurut ajaran Islam bersumber dan berpangkal pada Allah sebagai sang Khalik (sang Pencipta), yang menciptakan alam semesta dan isinya termasuk menciptakan manusia. Sebagaimana disebut dalam QS. Ar-Ra’ad ayat 16 sebagai berikut:

artinya:

Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah". Katakanlah: "Maka Patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, Padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?". Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; Apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan yang Maha Esa lagi Maha Perkasa".

Kemudian dalam QS. Az-Zummar ayat 62, Allah SWT menyatakan:

Artinya:

Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.

Dengan demikian, sebagai pencipta maka Allah juga sebagai yang mengurusi, mengatur, memperbaiki proses penciptaan alam semesta ini, dan menjadikannya bertumbuh kembang secara dinamis sampai mencapai tujuan penciptaannya, inilah yang dikenal sebagai tauhid rububiyyah.

Manusia sebagai makhluk terbaik yang telah Allah ciptakan, dituntut untuk mengenal siapa yang menciptakannya agar mampu menjalankan fungsinya sebagai khalifah sekaligus memenuhi tujuan penciptaannya sebagai abdi tuhan. Untuk itulah, manusia memerlukan pendidikan, sebab dengan pendidikanlah manusia dapat melalui proses penanaman nilai, menumbuhkembangkan dan menerapkan sikap-sikap ketauhidan.

Dengan mengacu pada konsep rububiyyah itulah, maka filosofi kependidikan Islam memiliki tujuan untuk mengenalkan kembali manusia dengan tuhannya dan mempersiapkan manusia agar mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi dengan baik. Dengan demikian keberhasilan pendidikan Islam dapat diukur tidak hanya dari segi kesiapan dan kemampuan serta kecakapan manusia dalam melaksanakan tugas dan fungsi kekhalifahan saja, tetapi juga pada keberhasilannya dalam melaksanakan tugas-tugas dan fungsi kekhalifahan itu. Dapat pula dikatakan bahwa tujuan pendidikan Islam itu pada awalnya adalah tertuju pada terbentuknya “kesiapan, kemampuan dan kecakapan” manusia untuk melaksanakan tugas-tugas dan fungsi kekhalifahan itu sendiri sesuai dengan yang dikehendaki Allah.

Menurut Syaikh Musthafa al-Maraghi dalam kitab tafsirnya menerangkan bahwa Allah telah memberikan tarbiyah (pendidikan) kepada manusia melalui dua tahapan, yang walaupun secara teoritis bisa dibedakan, namun dalam kenyataannya merupakan suatu kesatuan yang padu, yaitu (1) tarbiyyah khalqiah, yakni pendidikan melalui proses penciptaan manusia dan (2) tarbiyyah tahzhibiyah diniyah, yaitu pendidikan melalui proses bimbingan keagamaan.

Dengan tarbiyyah khalqiah, pendidikan yang diberikan oleh Allah kepada manusia melalui dan sepanjang proses penciptaannya, yang berlangsung secara bertahap dan berangsur-angsur sampai sempurna. Aktualisasinya adalah manusia mengalami proses tumbuh dan berkembang sepanjang kehidupannya secara bertahap dan berangsur-angsur, sehingga manusia memiliki kelengkapan dan kemampaun serta kecakapan yang diperlukan untuk hidup, memenuhi kebutuhan hidupnya, dan mengatur serta mengembangkan perikehidupan yang berbudaya dan beradab di muka bumi ini.

Sedangkan tarbiyyah tahzhibiyah diniyah merupakan pendidikan yang diberikan Allah melalui proses bimbingan dan petunjuk keagamaan sepanjang sejarah kehidupan manusia di muka bumi. Fungsinya adalah memberikan intervensi dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan sistem dan lingkungan kehidupan sosial budaya manusia agar tidak menyimpang dari tujuan penciptaannya. Realisasinya adalah Allah telah mengutus rasul-rasul-Nya sepanjang sejarah untuk menyampaikan agama dan tugas hidup manusia sebagai manusia. Mereka memasukkan ajaran agamayang dibawanya dan mengimplementasikannya ke dalam sistem dan lingkungan kehidupan sosial budaya bangsanya masing-masing. Dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan agar sesuai dengan tujuan dan tugas hidup manusia.

Dengan demikian, pendidikan Islam pada manusia bila dikaitkan dengan konsepsi di atas, maka setidaknya ada beberapa batas capaian yang hendak diperoleh dalam pelaksanaannya, yaitu: Pertama, Pengembangan manusia menjadimakhluk yang selalu mentaati sunatullah dan dinullah, sehat jasmani dan rohaninya, berkembang semua fitrahnya secara seimbang, terpelihara martabatnya, bertanggung jawab atas semua aktivitas hidupnya, sanggup menanggulangi dan mengatasi berbagai tantangan dari musuh-musuhnya, mampu hidup dalam berbagai situasi dan kondis, mampu mengembangkan sifat-sifat baiknya dan menahan sifat-sifat jeleknya. Kemudia yang Kedua, Pembinaan manusiamenjadi makhluk yang terampil dan ahli dalam melakukan penataan dan pelestarian alam, karena Allah telah menyerahkan kepada manusia untuk mengelola dan melestarikan alam lingkungan demi kesejahteraan manusia itu sendiri. Dan yang Ketiga, pembinaan manusimenjadi anggota masyarakat yang sanggup melaksanakan dan menegakkan prinsip-prinsip hidup bermasyarakat dengan baik, selain itu juga membina manusia menjadi makhluk yang mampu menjaga keseimbangan hubungannya dengan khaliknya, sehingga selalu mendapat ridha-Nya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun