Melayani dengan Cinta, Meski Cinta Tak Dapat Digadaikan
Oleh Dikdik Sadikin
BICARA soal pegadaian, saya jadi teringat sebuah lagu Gombloh: "Kugadaikan Cintaku". Tentang pengkhianatan. Tentang cinta yang bertepuk sebelah tangan. Tentang keinginan Gombloh menggadaikan cintanya.Â
Dalam bisnis, cinta yang bertepuk sebelah tangan adalah saat-saat cobaan datang. Seperti lagu Kugadaikan Cintaku tadi, ada harapan, tapi yang datang jauh dari impian. Modal habis, tetapi keuntungan belum terbit "hilal"-nya. Di saat itu, kadang yang dibutuhkan bukan sekadar napas panjang, tetapi juga tambahan energi untuk bisa terus bertahan. Untuk para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), kondisi ini terasa seperti benang kusut yang sulit diurai.
Seorang teman pernah bercerita tentang bagaimana ia nyaris menutup usahanya karena modal yang terus menipis. Produknya sebenarnya laku, pasarnya ada, tapi putaran uang yang seret menjadi batu sandungan. Di tengah kebingungan itu, ia mencoba mengajukan pinjaman ke bank. Prosesnya panjang, syaratnya berbelit, dan saat pinjaman akhirnya cair, sebagian besar dana sudah habis untuk menutup utang sebelumnya. Ia merasa seperti sedang berlari di treadmill:Â bergerak cepat, energi terkuras, tapi ia tidak ke mana-mana.
Di sinilah persoalannya.Â
Kita sering terjebak pada anggapan bahwa modal adalah satu-satunya solusi. Padahal, yang dibutuhkan para pelaku UMKM bukan hanya uang, tetapi juga sistem yang memudahkan perputaran ekonomi kecil. Bayangkan jika ada platform keuangan yang bisa menawarkan pinjaman cepat, dengan bunga rendah, dan proses yang transparan. Tidak perlu berkas setebal kamus atau antrian yang berkelok-kelok. Sebuah sistem yang bisa diakses dengan ujung jari, cukup lewat aplikasi, dengan syarat yang masuk akal.
Tapi kenyataan berkata lain. Data dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa lebih dari 50% UMKM masih terkendala akses permodalan. Sebagian besar lembaga keuangan formal menilai UMKM sebagai entitas berisiko tinggi. Mereka mempertanyakan jaminan, mempertanyakan kelayakan, mempertanyakan prospek bisnis yang mungkin bagi pemiliknya adalah soal hidup dan mati.
Ketika Hati Terbebani, Pegadaian Jadi Solusi
Saat terjepit, banyak pelaku UMKM yang akhirnya melirik solusi yang lebih mudah dan cepat: PT Pegadaian. Tak heran kalau pilihan ini menjadi semacam "pelarian" saat bank dan lembaga keuangan formal menutup pintu rapat-rapat, persis Gombloh yang menutup kupingnya ketika lagu kesayangan si dia terdengar di radio. Â Bedanya, pelaku UMKM tidak menggadaikan cinta, tapi mungkin perhiasan, emas kawin, atau bahkan BPKB kendaraan.Â
Maka dalam konsisi itu, PT Pegadaian menawarkan skema yang sederhana dan cepat. Tidak ada proses administrasi yang bertele-tele, tidak ada syarat rumit seperti jaminan properti atau laporan keuangan yang sempurna. Anda punya emas? Bawa ke pegadaian, dan uang bisa cair dalam hitungan jam.