Mohon tunggu...
Difa AnAqilah
Difa AnAqilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Unair

Penulis yang suka mengamati lingkungan dan eksplor seni.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Surabaya: Menuju Sungai yang Jernih dan Bersih, Bisakah?

30 Juni 2022   08:10 Diperbarui: 30 Juni 2022   10:37 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Menurut data Forest and Freshwater dari World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia, sungai di Indonesia yang kondisinya tercemar dan kritis mencapai 82 persen dari 550 sungai yang tersebar di seluruh Indonesia. Tingginya tingkat pencemaran membuat airnya tidak layak untuk dikonsumsi. Pun sungai-sungai di Indonesia tersebut penting untuk kegiatan sosial, pertanian, dan industri lah yang justru malah sebagian besar berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan karena tercemar limbah domestik, seperti dari limbah rumah tangga dan limbah industri. Dari sekian ratus sungai di Indonesia, yang baru dipantau secara intensif dan bisa dilaporkan setiap tahun hanya sejumlah 82 sungai. Sampai dengan Desember 2018, dari 82 sungai yang dipantau tersebut, tercatat 50 sungai kondisinya tetap dan relatif stabil, 18 sungai membaik, serta 14 sungai makin memburuk.

Terkait pencemaran sungai tersebut tidak lepas dari tingkat sampah yang ada. Permasalahan mengenai sampah rasanya sudah menjadi hal yang identik dengan masyarakat perkotaan. Jumlah penduduk yang kian bertambah serta aktivitas masyarakat dan gaya hidup konsumtif menjadi faktor meningkatnya produksi sampah di daerah perkotaan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebut, total sampah nasional pada 2021 mencapai 68,5 juta ton dengan rata-rata menghasilkan 175 ribu ton sampah per harinya. Dari jumlah tersebut, sebanyak 17 persen atau sekitar 11,6 juta ton disumbang oleh sampah plastik.

Kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarangan di sungai masih tetap melekat, tidak terkecuali warga Kota Surabaya. Terdapat 20 titik pembuangan sampah yang ada di sepanjang aliran Kali Surabaya dari Driyorejo-Gresik hingga Gunungsari-Surabaya. Berdasarkan penjelasan Perum Jasa Tirta (PJT) I, diketahui bahwa tiap minggu mereka dapat mengangkat 400 ton sampah basah dari Kali Surabaya titik-titik pembuangan sampah tersebut. Jenis sampah yang diangkut juga semakin banyak, di hulu dapat diketemukan sebanyak 40 persen sampah plastik.  Padahal air sungai tersebut sangat berperan penting dalam kehidupan masyarakat Surabaya. Sungai Surabaya berfungsi sebagai sarana transportasi, sebagai sumber air PDAM, hingga sebagai pasokan air minum. Oleh karena itu, apabila kebersihan air sungai ini tidak benar-benar terjaga, maka dapat berbahaya bagi kesehatan dan dinamika kehidupan warga sekitar.

Jika kita mengambil perbandingan dengan sungai-sungai di negara lain yang dahulunya keruh, seperti Sungai Elbe di Jerman, terdapat prinsip-prinsip pengelolaan air sungai yang dapat kita jadikan referensi. Beberapa hal yang dilakukan Jerman untuk menjernihkan dan membersihkan sungai tersebut ialah menutup banyak pabrik di bekas Jerman Timur, pemurnian air limbah dari kanalisasi yang terus-menerus dilakukan, serta peraturan lingkungan yang ketat. Contoh lainnya adalah teknologi penjernih air yang dikembangkan oleh Jepang. Jepang dengan segala inovasi teknologinya yang memang terkenal sangat maju, juga memiliki concern yang sama terkait pengelolaan sungai pada mulanya, sehingga terciptalah inovasi instalasi penjernih air tanpa energi listrik karena menggunakan gaya gravitasi. Cara kerja penjernih air ini adalah, pertama dengan menghilangkan bau tidak enak atau bau klorin pada air akibat kandungan amonium nitrat. Bau dihilangkan dengan cara dioksidasi dengan ozon dan karbon bioaktif. Adapun teknologi baru penjernihan air pada instalasi mini ini meliputi unit filter selaput. Pipa gelas dalam setiap unit penjernihan memiliki ribuan filter selaput yang berbentuk tabung tipis. Hanya air yang dapat melalui filter selaput, sementara mikro organisme pembawa penyakit otomatis tersaring sehingga air dipastikan bebas kuman. Sedangkan untuk menjamin kualitas, sampel air diperiksa secara berkala. Setiap sampel harus melewati kurang lebih lima puluh jenis tes yang berbeda. Hasilnya air yang mengalir dari tempat penjernihan tidak saja aman untuk diminum, tetapi juga terasa segar.

Berdasarkan track pengalaman Jerman dan inovasi Jepang tersebut, berarti bukan lah suatu hal yang tidak mungkin untuk kita menjernihkan juga sungai-sungai di Surabaya. Tentu dengan adanya perbedaan karakteristik di kedua negara mengakibatkan kita tidak bisa sepenuhnya menerapkan metode yang sama persis di Indonesia. Namun, kita tetap bisa menerapkan prinsip-prinsip serupa dengan penyesuaian karakteristik sungai cara kerja di Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun