Mohon tunggu...
Dieqy Hasbi Widhana
Dieqy Hasbi Widhana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Dieqy Hasbi Widhana, lahir di Kota Surabaya dan sekarang tinggal di Jember, 03 November 1989. Suka menulis esai, berpuisi, membaca, berdiskusi, dan fotografi. Sebagian puisinya terbit di Radar Jember, Radar Bromo, Buletin Sastra Pawon, Bali Post, Majalah Ekspresi, Ceritanet.com, indonesiaseni.com. Selain itu beberapa puisinya juga tersimpan di antologi bersama Menjemput Senja (2011), Indonesia Berkaca (2011), Agonia: Antologi Jogja-Jember (2012).Seorang Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Jember, Jawa Timur. Berkegiatan di Lembaga Pers Mahasiswa Sastra Ideas, Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia Kota Jember, dan Komunitas Seni Babebo[zine]. Email: revolusi.permanen@gmail.com atau hw.dicqey@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Keraguan Descartes

2 April 2014   12:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:11 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dia merupakan peletak rangka pada fase pertama dari perkembangan filsafat modern. Meng-ada pasca Abad Pertengahan yang rumit dengan banyak hal seputar dogma gereja, ancaman, dan kekangan yang lain. Bagi dia apa yang telah dimutlakkan sebagai sebuah kebenaran di era Abad Pertengahan, harus diragukan. Akan tetapi ada banyak hal yang dia serap untuk dikembangkan dari era Renaisans.

Dia adalah Rene Descartes (1596-1650), putra dari ketua parlemen inggris yang memilki tanah luas. Ketika mewarisi tanah tersebut, dia menginvestasikannya dengan pendapatan enam atau tujuh ribu franc per tahun. Kemudian dia melanjutkan pendidikan di Universitas Jesuit di La Fleche, 1604-1612. Setelah itu dia tinggal tak lama di Paris untuk kemudian mengasingkan diri di daerah terpencil, Faubourg St. Germain untuk mempelajari lebih dalam geometri yang telah dia dapatkan di univesitas. Pada tahun 1617 dia menjadi tentara Belanda. Setelah muncul keaadaan damai di Belanda, baru kemudan dia terdorong untuk mendaftarkan diri sebagai tentara Bavaria karena memanasnya Perang Tiga Puluh Tahun, 1619.

Di Bavaria inilah kemudian Descartes merefleksikan gagasannya dalam sebuah karya baru Discours de la Methode, 1620. Kemudian dia kembai menjadi tentara untuk menyerang La Rochelle, kubu pertahanan Huguenot. Setelah perang usai, dia kembali ke Belanda untuk menenenangkan diri kembali dan bersembunyi dari ancaman penyiksaan.

Sebagian orang-orang menyatakan bahwa dia seorang penakut. Sedangkan sebagian yang lain menganggapnya sedang mencari ketenangan. Persepsi tersebut muncul ketika dia memutuskan untuk membenamkan dirinya di negara Belanda (1629-1649). Di sana dia berhubungan dekat dengan kalangan gereja, khususnya para Jesuit. Kalangan gereja sendiri menganggap Descartes sebagai seorang penganut katolik yang sangat ortodoks.

Namun masih pula ada yang menganggap bahwa ke-ortodoks-an Descartes merupakan bentuk kepura-puraan semata. Hal tersebut terjadi karena secara diam-diam dia menyimpan kekaguman dan membenarkan beberapa gagasan Galileo. Hal tersebut tercermin dari buku yang kerap gagal diterbitkan yaitu La Monde. Berisi pemaparan mengenai rotasi bumi dan ketakterhinggaan alam semesta. Sebelum era Descartes, dominasi gereja yang kuat kerap mengecam gagasan semacam ini.

Descartes merupakan seorang matematikawan dan ilmuwan. Ia menerapkan aljabar pada geometri. Merumuskan pola kerja menggunakan koordinat untuk mencari kepastian posisi sebuah titik pada bidang yang berjarak dari dua garis tetap. Bukunya yang bersi banyak hal seputar teori ilmiah ialah Principa Philosophiae, 1644. Sedangkan buku penting yang lain darinya Essais Philosophques, 1637, berisi pembahasan seputar ilmu optik dan geometri.  Dalam bukunya yang lain, De la formation du foetus, memuat ulasannya yang menyambut dengan baik penemuan mengenai sirkulasi darah oleh Harvey.

Lewat Chanut, Duta Besar Prancis di Stockholm, Descartes berkorespondensi dengan Ratu Christina di Swedia. Hingga Ratu Christina mengirim beberapa pasukannya untuk menjemput Descartes untuk menuju istana. Christina tertarik dengan surat dari Descartes mengenai harsat jiwa. Kemudian Christina ingin memperoleh pelajaran setiap hari dari Descartes, 1649. Selang beberapa saat setelah itu Chanut jatuh sakit dan Descartes yang merawatnya. Kemudian keadaan berbalik, ketika Chanut sembuh berganti Descartes yang jatuh sakit dan akhirnya meninggal, 1950.

Dualisme Descartes

Memastikan eksistensinya sendiri, kemudian secara subjektif menemukan keterpilahan diri. Antara tubuh atau materi dengan jiwa. Para filsuf sebelumnya, Plato misalnya, sebenarnya beberapa langkah menuju apa yang digagas Descartes. Kemudian dualisme tersebut dikembangkan dengan bentuk lain oleh Descartes.

Ada tiga realitas yang hadir dalam diri kita secara alamiah semenjak dilahirkan. Yaitu realitas pikiran (res cogitan), realitas perluasan (res extensa, materi, atau eksistensi), sedangkan yang terakhir tuhan. Pikiran merupakan kesadaran, berada di tempat yang entah, tak terpengaruh waktu. Materi merupakan perluasan, menempati ruang dan waktu, mampu dipecah atau dibagi. Sedangkan yang terakhir tuhan, menjadi elemen pengikat bagi dua realitas sebelumnya. Dianggap sebagai penyebab ada.

Jiwa sepenuhnya independen dari tubuh. Jiwa tak akan mampu digerakkan oleh tubuh. Jiwa yang dimaksud Descartes ialah jiwa rasional. Mampu mengarahkan akan bergerak ke arah mana sebuah materi. Misalnya saya terkait etika sosial, jiwa akan mengatur bagaimana semestinya tubuh bertindak di dalam ruang tertentu. Bahkan lebih dari itu, jiwa mampu menggerakkan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun