Mohon tunggu...
Diena Fitria Safitri
Diena Fitria Safitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Media merupakan aspirasi untuk menuangkan gagasan.

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Akankah Kurikulum Prototipe Dapat Mengatasi Masalah Pendidikan?

13 Januari 2022   01:51 Diperbarui: 13 Januari 2022   06:42 2942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Berakhirnya tahun 2021 pertanda dimulainya tahun 2022. Tahun dimana segala permasalahan kehidupan semakin hari semakin bertambah,. Mulai dari pendidikan, ekonomi, sosial budaya, politik bahkan sampai agama. 

Membahas tentang pendidikan di tahun 2022, tentunya kita tidak asing lagi dengan kurikulum yang akan diberlakukan pada tahun ini. Kurikulum baru ini merupakan kurikulum pilihan (opsional) yang di dalamnya terdapat beberapa perubahan. Tentunya hal ini akan berdampak bagi para siswa dan guru dalam belajar.

Kurikulum baru yang disebut sebagai kurikulum prototipe merupakan upaya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikburistek) dalam rangka memajukan pendidikan di Indonesia. Dengan kurikulum prototipe mau tidak mau para siswa dan guru harus mempersiapkan apapun risiko yang terjadi pada tahun ini. 

Makna Kurikulum Prototipe

Pada tahun 2022 akan terdapat perubahan terkait kurikulum pendidikan di Indonesia. Kurikulum tersebut memiliki tiga opsi kurikulum yang dapat dipilih yaitu Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat (Kurikulum 2013 yang disederhanakan), dan Kurikulum Prototipe. 

Berdasarkan riset yang dilakukan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), pandemi Covid-19 telah menimbulkan kehilangan pembelajaran (learning loss) literasi dan numerasi yang signifikan. Kemendikbud Ristek kemudian menyusun Kurikulum Prototipe sebagai bagian dari kurikulum nasional untuk mendorong pemulihan pembelajaran di masa pandemi Covid-19.

Kurikulum prototipe merupakan lanjutan dari kurikulum masa khusus pandemi Covid-19 atau kurikulum darurat yang telah diluncurkan pada Agustus 2020 silam. Kurikulum prototipe rencananya akan diberlakukan secara terbatas dan bertahap melalui program Sekolah. Kurikulum Prototipe ini mulai diterapkan di Sekolah Penggerak dan SMK Pusat Keunggulan (SMK PK).

Teknis Pelaksanaan Kurikulum Prototipe

Pelaksana Tugas Kepala Pusat Perbukuan Kemendikbud Ristek, Supriyatno, mengatakan Kurikulum Prototipe diberikan sebagai opsi tambahan bagi satuan pendidikan untuk melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022-2024. Ia menjelaskan, dalam pengembangan Kurikulum Prototipe, Kemendikbud Ristek melakukan penyusunan dan pengembangan struktur kurikulum, capaian pembelajaran, prinsip pembelajaran, hingga asesmen, seperti dikutip dari laman Kemendikbud.

 "Tetapi untuk Kurikulum Prototipe ini satuan pendidikan diberikan otoritas, dalam hal ini guru, sehingga sekolah memiliki keleluasaan. Karena yang dituntut adalah capaian pembelajaran di tiap fase. Dalam Kurikulum Prototipe, ada fase A, B, C, D, dan E. Fase-fase ini memberikan keleluasaan pada guru bagaimana mencapai capaian pembelajaran di masing-masing fase," ujar Supriyatno pada kegiatan Sosialisasi Buku dan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran, di Kantor Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), di Kabupaten Aceh Besar, Selasa (21/12/2021).

Pada Kurikulum Prototipe bisa dikembangkan di satuan pendidikan. Teknisnya sekolah akan  diberikan keleluasaan untuk memilih atau memodifikasi perangkat ajar dan contoh  kurikulum operasional yang sudah disediakan pemerintah untuk menyesuaikan dengan karakteristik peserta didik, atau menyusun sendiri perangkat  ajar sesuai dengan karakteristik peserta didik. 

"Namun pusat (Kemendikbud Ristek) tetap menyediakan perangkat ajar seperti buku teks pelajaran, contoh modul ajar mata pelajaran, atau contoh panduan proyek Profil Pelajar Pancasila," katanya.   

Mengkritisi Kurikulum Prototipe

Sekilas, Kurikulum Prototipe ini memberikan harapan baru bagi dunia pendidikan. Akan tetapi, pada hakikatnya, kurikulum ini adalah produk yang lahir dari rahim yang sama dengan kurikulum sebelumnya.

Sebagaimana perubahan-perubahan kurikulum yang terjadi sebelumnya di negeri ini, Kurikulum Prototipe ini hanya berubah secara teknis. Apalagi perumusan Kurikulum Prototipe ini pun mendapat kritikan dari pemerhati pendidikan karena terkesan instan.

Praktisi pendidikan Indra Charismiadji mengaku belum pernah melihat naskah akademik dari kurikulum baru itu sehingga ia menilai belum ada kajian akademis dari pembentukannya, baik dari dasar filosofis, akademis, maupun pertimbangan lainnya. (republika.co.id). Padahal, kurikulum ini sudah diterapkan di 2.500 sekolah penggerak. 

Kurikulum Prototipe mengarahkan guru untuk fokus pada materi esensial dengan adanya berbagai penyederhanaan di banyak aspek. Mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) dan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) pada jenjang SD kelas 4, 5, dan 6 yang selama ini berdiri sendiri, pada Kurikulum Prototipe akan diajarkan secara bersamaan melalui IPAS.

Selanjutnya, di SMA yang sebelumnya terdapat penjurusan seperti IPA, IPS, dan Bahasa, pada Kurikulum Prototipe ada perubahan. Di kelas 10 pelajar hanya menyiapkan diri untuk menentukan pilihan mata pelajaran di kelas 11. Di kelas 11 dan 12 pelajar mengikuti mata pelajaran dari kelompok mata pelajaran wajib, dan memilih mata pelajaran dari kelompok MIPA, IPS, Bahasa, dan keterampilan vokasi sesuai minat dan bakat.

Apakah ada jaminan pengaturan ini akan membuat para peserta didik mampu menjadi pembelajar sejati? Atau justru membuat mereka makin tumpul dalam penguasaan ilmu pengetahuan? Apalagi untuk di SMK, dunia kerja sudah ditegaskan dapat terlibat dalam pengembangan pembelajaran. Artinya, dunia industri yang notabene dikuasai para kapitalis, makin mudah mengarahkan potensi anak didik agar bisa terserap menjadi praktisi (buruh) di dunia industrinya.

Adanya fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid, atau pembelajaran berorientasi murid di Kurikulum Prototipe ini juga rawan menghasilkan kesenjangan. Hal ini memang sejalan dengan filosofi kebebasan pada sistem ekonomi kapitalisme yang menghasilkan kesenjangan antara si kaya dan miskin.

Jika pembelajaran berorientasi murid ini tidak didukung sistem pendidikan yang benar (termasuk ketersediaan guru kompeten), meniscayakan terjadinya kesenjangan pendidikan. Walhasil, problem pemerataan kualitas pendidikan akan tetap ada, bahkan makin nyata.  Dengan demikian, kurikulum ini masih diperlukan kajian mendalam untuk mengatasi masalah pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun