Mohon tunggu...
Diella Dachlan
Diella Dachlan Mohon Tunggu... -

"When the message gets across, it can change the world"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saatnya Membumikan Arkeologi di Indonesia

22 April 2017   21:50 Diperbarui: 5 September 2017   06:05 2497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Rokus dan temuan di Gua Liang Bua, Flores, 2012

Awal April lalu,Indra Muliawan, teman di Facebook mencolek saya pada foto yang dibagikan oleh Deni Indiantodi Mojokerto, Jawa Timur (8/4/17). Di foto itu tampak pekerja sedang menaikkan potongan batu bata ke atas truk.  Yang bikin miris adalah batu bata itu diduga bagian dari  peninggalan kuno  Kerajaan Majapahit yaitu Situs Kumitir di Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto.  Dalam hitungan jam, sebuah foto muncul di bagian komentar, menunjukkan kalau situs tersebut sudah ‘bersih’ alias hilang.

Padahal Kawasan Trowulan ini sudah ditetapkan menjadi Cagar Budaya Nasional pada tahun 2013. Luasnya mencapai 92.6 kilometer,  membentang dari Sungai Ngonto di sisi utara dan di sisi selatan batas hutan Kesatuan Pemangkuan Hutan Jombang Desa Pakis dan Tanggalrejo,  serta Sungai Gunting di sisi barat dan sungai Brangkal di sisi timur (Kompas, 10/4/17 hal 11)

Penjarahan di situs Trowulan ternyata sudah berlangsung bertahun-tahun. Tak jarang bata kuno itu diambil dan ditumbuk kembali menjadi bahan baku semen merah (Kompas, 11/4/17). Kalau masih bentuknya bata kuno,  yang panjangnya 34 cm dan lebar 22 cm,  dari info yang beredar, harganya Rp 3000/buah.

Ini kabar baiknya:  Postingan Deni Indianto  itu mendapatkan 337 reaksi dan dibagikan 731 kaliserta puluhan komentar. Artinya, masih cukup banyak yang peduli. Sehari setelahnya, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur segera mengusut. Ini berarti, postingan dan gerakan masyarakat lewat Facebook ini juga mendorong aparat bertindak cepat.

Yang juga sangat memnggembirakan adalah pada 12 April atau 4 hari dari postingan tersebut,  Kompas memberitakan bahwa sekitar 250 meter dari situs yang hilang tersebut, ditemukan struktur bata bangunan kuno. Kali ini kita sangat berharap agar penemuan ini bisa dilindungi dan diteliti.

Salah satu situs populer di Jawa Barat, Gunung Padang
Salah satu situs populer di Jawa Barat, Gunung Padang
Indonesia, Surga Arkeologi yang Minim Arkeolog

Baru hati ini senang sebentar, hasil utak atik Mbah Google kembali bikin miris. Dari berita tahun 2011, jumlah arkeolog di Indonesia hanya sekitar 100 orang!.  Sedangkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional merupakan satu-satunya lembaga di Indonesia yang berwenang menggali dan meneliti situs-situs di Tanah Air (Majalah Arkeologi Indonesia, 2011).  

Saya bukan bukan arkeolog dan tertarik pada situs baru sejak awal tahun 2017 ini. Tapi membaca berbagai temuan arkeologi di Indonesia, tak berlebihan untuk  mengatakan bahwa Indonesia mungkin adalah salah satu surga arkeologi di dunia. Kebudayaan bangsa ini sudah sangat tua, lengkap dari masa prasejarah hingga masa modern, tersebar di seluruh penjuru negeri.  Sebagian besar mungkin belum ditemukan, belum selesai penelitiannya, terbengkalai atau malah sudah hilang dicuri/dirusak.

Bukan tidak mungkin, nantinya kita akan berdebat tentang sebuah kerajaan yang kita pikir adalah mitos. Padahal,  bisa jadi kerajaan tersebut ada, tetapi bekas-bekas peninggalannya sudah hilang berpindah ke tangan-tangan pribadi di dalam dan luar negeri.

Postingan Deni Indianto di Facebook, 8 April 2017
Postingan Deni Indianto di Facebook, 8 April 2017
Mengapa Belajar Arkeologi?

Mengapa belajar arkeologi?. Alasan utama untuk mempelajari arkeologi tentu saja menemukan sebanyak mungkin tentang bagaimana suatu masyarakat hidup dan berperilaku, dan yang menarik adalah untuk mencari tahu “mengapa mereka berperilaku demikian?”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun