Mohon tunggu...
diego fawzi
diego fawzi Mohon Tunggu... -

its all good

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demi Nyapres, Anies Rela Digusur dari Kursi Gubernur?

7 April 2018   16:49 Diperbarui: 7 April 2018   17:18 1130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"For those looking for security, be forewarned that there's nothing more insecure than a political promise" --Harry Browne (Writer, Politician, and Investment Advisor)

Bayangkan ketika seseorang berjanji pada anda. Kita tentu saja berpikir bahwa janji itu akan ditepati. Akan tetapi, bayangkan lagi ketika orang tersebut mengingkari janjinya. Apakah yang anda rasakan? Kecewa? Tidak percaya? Bercampur aduk tentunya perasaan itu. Lalu bagaimana dengan seseorang yang berjanji kepada banyak orang lalu mengingkarinya? Yah, anggap saja berjanji kepada 10 juta orang. Sepuluh juta orang tersebut akan dirundung rasa kecewa. Kecewa massal nih bro? Haha.

Berita percaturan politik akhir-akhir ini unik. Uniknya karena seakan-akan ada skenario yang muncul. Skenario yang penuh akan drama. Kalau kita melihat bidak catur, maka bidak raja memberi sinyal akan pensiun. Ketika melihat rajanya mau pensiun, maka kedua kudanya melihat ke belakang dan tergiur dengan tahta raja. Akan tetapi, kuda yang satu sedang berada di medan pertempuran, sedangkan kuda yang lain sedang beristirahat.

Saya rasa itulah yang terjadi di kubu Partai Gerindra. Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto pernah mengucapkan bahwa kelompok elite di Indonesia bertanggung jawab besar atas perekonomian Indonesia saat ini. Menurutnya, akibat ulah elite itu, perekonomian Indonesia tidak memihak pada rakyat kecil dan iapun kapok dengan elite Indonesia. Ketika ditanya balik apakah dirinya termasuk elite, Prabowo mengatakan bahwa dia adalah elite yang sudah tobat (Kompas.com). 

Apakah pernyataan ini merupakan sinyal bahwa petahana tersebut akan meninggalkan arena perpolitikan Indonesia? Hal tersebut diperkuat dengan adanya perkataan dirinya tidak akan mendeklarasikan diri sebagai calon presiden di Pilpres 2019 saat Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Partai Gerindra 11 April mendatang (Kompas.com).

Kubu partai Gerindra sendiri memiliki kedekatan dengan tokoh yang diisukan akan dipasangkan dengannya apabila dia mencalonkan diri di Pilpres 19. Sebut saja dua nama yang paling santer disandingkan ke Prabowo, yaitu Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. 

Gatot Nurmantyo yang sejak tanggal 31 Maret telah resmi pensiun dari kemiliteran didukung para relawan untuk mencalonkan diri sebagai calon presiden 2019. Dukungan itu berakar dari relawan Selendang Putih Nusantara dan Gatot Nurmantyo untuk Rakyat (GNR) (Tempo.co). 

Berbanding terbalik dengan Gatot, Anies Baswedan masih memiliki jabatan sebagai Gubernur DKI Jakarta. Akan tetapi, dukungan pada dirinya untuk maju sebagai capres pemilu 2019 pun tidak kalah hebat. Sejumlah warga yang tergabung dalam Forum Masyarakat Yogyakarta (FMY) ikut mendeklarasikan Anies sebagai capres 19. Mereka mengajak warga DKI Jakarta mewakafkan Gubernur Anies menjadi untuk pesta demokrasi tersebut karena terbukti dirinya adalah pemimpin yang merakyat, bersih, dan visioner (Tempo.co).

Drama percaturan politik yang menarik. Prabowo memberi sinyal bahwa ada kemungkinan dia tidak akan maju dalam Pilpres 19. Oleh karena itu, tokoh lain diusung masyarakat untuk menjadi capres. Beberapa nama tersebut adalah Gatot Nurmantyo dan Anies Baswedan. Sebenarnya sah-sah saja rakyat Indonesia memberi dukungan kepada siapapun dalam pesta demokrasi.  

Akan tetapi, apabila salah satu calon tersebut masih menjabat di pemerintahan, seperti Gubernur Anies, bagaimana dengan mereka yang dipimpinnya? Bagaimana pertanggungjawabannya terhadap DKI Jakarta? 

Bagaimana realisasi janji-janjinya? Padahal masih banyak pekerjaan dan program yang belum selesai. Sesuai dengan perumpamaan bidak catur tadi. Kuda yang satu sedang istirahat dan melirik kursi raja. Kuda yang satu lagi sedang di medan tempur, mengurus realisasi janjinya. Apakah dia akan melompat mundur untuk menduduki kursi yang mulai ditinggalkan? Tapi ingat, konsekuensinya adalah kekecewaan 10 juta rakyat DKI Jakarta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun