Mohon tunggu...
Didit Atittude
Didit Atittude Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Kedai Kopi Mbok Sum"

14 Desember 2018   23:53 Diperbarui: 15 Desember 2018   00:04 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gigil terasa romantis di hidangkan segelas kopi hitam di sebuah kedai kopi mbok sum, aroma kopi sungguh membuatku tak berdaya, dia membuatku semakin tergila - gila seakan aku tak berada di dunia empirik. Rintik hujanpun bahagia melihatku duduk sendiri dengan tenang di kedai kopi mbok sum, dalam hatikupun tersenyum sipu kepada hujan karna hujan telah memberiku sebuah kenikmatan yang tak pernah aku rasakan.

Akupun mulai menyeruput kopi buatan mbok sum, dengan perlahan aku menikmati dari aromanya begitupun rasanya. Sebatang rokok yang bermerek WALUYO (wajah lugu ati boyo) pun mulai aku bakar dan aku hisap secara penuh halusinasi, sungguh aku tidak bisa berkata - kata lagi bahwa hujan, kopi dan rokok sejatinya yang mampu menenangkanku dari segi masalah Hati yang hancur lebur.

"Lihatlah sahabatku sedang galau begitu hebat", ucap kopi kepada rintik hujan sambil tersenyum.

Akupun sebetulnya sedikit malu kepada mereka mengatakanku seolah menghinaku, tapi aku tak memperdulikan omongan mereka. "Nikmati saja keJOMBLOanmu sembari menghangatkan tubuhmu dengan segelas kopi dari rintik demi rintik hujan yang aku berikan, karna sudah lama batinmu tersiksa oleh orang yang tidak pernah bersyukur atas perjuanganmu", Bisik rintik hujan kepadaku sambil menertawakanku.

Dan akupun tambah malu, aku merasa diriku mengalami cinta pembodohan yang membabi buta.

"Wahai sahabatku tercinta, ada aku disini yang selalu setia yang menemanimu melebihi seorang berPACARAan, akulah yang selalu ada di saat kau membutuhkanku, maka nikmatilah kami bertiga selagi kami masih mampu membuatmu bahagia". Dengan penuh kasih sayang sebatang rokok mencoba meyakinkanku bahwa dialah yang paling setia.

Yogyakarta, 14 Desember 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun