Mohon tunggu...
Usman Didi Khamdani
Usman Didi Khamdani Mohon Tunggu... Programmer - Menulislah dengan benar. Namun jika tulisan kita adalah hoaks belaka, lebih baik jangan menulis

Kompasianer Brebes | KBC-43

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kur 267: Genre Baru Puisi dalam Khasanah Sastra

8 Mei 2020   03:22 Diperbarui: 8 Mei 2020   03:43 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
contoh kur267 | sumber instagram pribadi @didikaha

Puisi barangkali adalah ragam sastra yang paling banyak diminati, baik untuk dibaca ataupun ditulis. Setiap kita tentu pernah membuat puisi, terutama, biasanya, saat-saat kita sedang kasmaran saat masih duduk di bangku sekolah. Bahkan Dilan yang preman dan ketua geng pun, jago dalam menulis puisi.

Puisi pun barangkali adalah jenis sastra yang paling banyak bentuk atau genrenya. Baik yang datang dari manca negara seperti kwatrin, soneta dan haiku ataupun yang tercipta di bumi nusantara ini seperti sureq, kakawin dan macapat. 

Ragam puisi yang ada biasanya memiliki ciri khasnya sendiri. Kwatrin (quatrain) atau lebih dikenal di sini dengan sebutan sajak empat baris, misalnya,  sesuai namanya terdiri dari empat baris dalam satu bait dengan menggunakan rima atau pengulangan bunyi, misalnya AAAA, AABB dan ABAB [1].  Salah satu contoh kumpulan kwatrin yang terkenal adalah Les Prophties yang ditulis oleh Nostradamus yang dikenal juga sebagai Kitab Ramalan [2].

Contoh lain dari ragam puisi adalah sureq yang berasal dari tanah Bugis. Sureq biasanya dibacakan sambil disenandungkan, karenanya ciri khas sureq biasanya mempunyai metrum atau tekanan irama yang tetap meski ada juga sureq yang bermetrum tidak tetap [3]. Contoh sureq yang terkenal adalah I La Galigo yang merupakan epik mitos penciptaan versi masyarakat Bugis yang ditengarai bahkan lebih tua dan ditulis terlebih dahulu dari epik Mahabharata di India [4].

Kur 267: Haiku Berbahasa Tegalan

Haiku, seperti kita tahu, berasal dari Jepang. Ada dua ciri utama haiku, baik haiku tradisional maupun modern, yaitu pertama, terdiri dari dua ide atau gambaran yang ditautkan. 

Kedua, terdiri dari 17 morae (suara atau suku kata) yang dipecah dalam 5, 7 dan 5 morae. Pada haiku tradisional, haiku biasa dihadirkan dalam sebuah larik, sementara pada haiku modern, dipecah menjadi tiga larik. Haiku tradisional biasanya mereferensikan alam sebagai subyek, sementara haiku modern mencoba lebih luas lagi [5].

Berikut contoh haiku yang ditulis oleh penyair haiku ternama, Kyoshi Takahama [6]:

shizukasa ya / hanasaki niwa no / haru no ame

betapa sunyinya / halaman berbunga / hujan musim semi

Kur 267 secara umum mengadopsi aturan haiku. Kecuali pada jumlah suku kata menjadi 15 yang dipecah dalam 2, 6 dan 7 suku kata. Juga pada penggunaan bahasa, di mana Kur 267 ditulis menggunakan bahasa Jawa Tegalan (digunakan oleh masyarakat Tegal), sementara haiku sendiri sekarang tidak hanya ditulis dalam bahasa Jepang namun telah diadopsi ke banyak bahasa lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun