Mohon tunggu...
Usman Didi Khamdani
Usman Didi Khamdani Mohon Tunggu... Programmer - Menulislah dengan benar. Namun jika tulisan kita adalah hoaks belaka, lebih baik jangan menulis

Kompasianer Brebes | KBC-43

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pembunuhan di Rue Morgue (Bag. 4)

18 Maret 2020   00:00 Diperbarui: 19 Maret 2020   07:34 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Cerita: Edgar Allan Poe

PARA PEMBUNUH telah mendatangi rumah tua di jalan yang di sebut Rue Morgue itu! Para pembunuh telah datang dan pergi dan meninggalkan mayat wanita tua itu dan anak gadisnya. Mayat si gadis berada di kamar tidur di lantai empat. Si wanita tua tergeletak di luar, di belakang rumah, kepalanya hampir lepas; tapi pisau yang membunuhnya ada di atas di kamar tidur, di atas lantai. 

Pintu dan jendela-jendela seluruhnya tertutup rapat, terkunci dari dalam; tidak ada jalan bagi siapapun untuk masuk atau keluar. Suara-suara terdengar. Satu suara berucap dalam bahasa Prancis; suara lainnya terucap dengan kata-kata yang bahkan sepatahpun siapapun tidak dapat memahaminya. Tapi tidak ada seorangpun di dalam kamar saat polisi datang.

            Semua inilah yang kami dapat dari suratkabar, temanku Dupin dan aku. Tertarik dengannya, kami pergi melihat rumah dan mayat-mayat itu. Dupin sekarang tengah menjelaskan padaku apa yang dia dapat dari sana.

            “Itulah apa yang kita dapat dari suratkabar. Tolong ingat itu; karena semua ini cukup untuk menjelaskan padaku apa yang mesti aku cari saat kita berada di rumah di Rue Morgue itu. Dan aku menemukannya!

            “Mari kita bawa diri kita kembali, melalui angan-angan, ke kamar di mana pembunuhan itu dilakukan. Apa yang akan pertama kali kita cari? Jalan pembunuh-pembunuh itu lolos. Baiklah kita sepakat, aku yakin, kita jangan mencari sesuatu di luar kewajaran, sesuatu yang tidak mempunyai bentuk nyata, tubuh. 

Para pembunuh itu bukan hantu; mereka nyata. Mereka tidak dapat menembus dinding. Lalu bagaimana mereka lolos? Hanya ada satu penjelasan tentang hal itu, dan itu akan menunjukkan kita jawabannya. Mari kita lihat, satu persatu tempat-tempat yang memungkinkan untuk kabur. Jelas pembunuh-pembunuh itu berada di kamar di mana si gadis ditemukan. Dari kamar inilah mereka lolos. Bagaimana?

            “Mulanya aku melihat tidak ada jalan keluar. Hingga para tetangga perlu mendobrak pintu untuk memasuki kamar. Tidak ada pintu lain. Lubang di atas tungku perapian tidak cukup besar, dekat atap, untuk bahkan seekor binatang kecil. Para pembunuh karenanya mesti kabur melalui salah satu jendela. Ini mungkin tidak terlihat mungkin. Kita mesti membuktikan itu mungkin.

            Ada dua jendela di kamar itu. Keduanya, kau ingat, terdiri dari dua bagian; untuk membuka jendela salah satunya harus mengangkat bagian yang bawah. Salah satu jendela ini mudah terlihat; bagian bawah yang satunya tersembunyi di belakang ranjang tidur besar. Aku mengamati dengan seksama jendela yang pertama ini. Ini tertutup rapat, terkunci, seperti pintu, dari dalam. 

Untuk menjaga jendela tertutup, untuk menguncinya, seseorang menancapkan paku besi yang kuat ke dalam kayu pada sisi jendela hingga jendela tidak dapat terangkat. Setidaknya kelihatan paku itu mengunci jendela. Paku itu mudah dilihat. Ada. Dan orang-orang yang mengetahui pembunuhan itu menggunakan tenaganya yang paling kuat dan tidak dapat mengangkat jendela. Aku, juga, berusaha mengangkat jendela dan tidak berhasil.

            “Aku menuju jendela yang kedua dan melihat ke belakang ranjang tidur ke bagian bawah jendela. Ada sebuah paku di sini, juga, yang mengunci jendela. Tanpa menggeser ranjang, aku berusaha membuka jendela ini juga, dan kembali aku tidak berhasil melakukannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun