Mohon tunggu...
Didik Sedyadi
Didik Sedyadi Mohon Tunggu... Administrasi - Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen (Panjang): Yang Bersemi dari Jamarat

23 Oktober 2017   20:24 Diperbarui: 25 November 2017   17:53 14064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mmmm...."

"Mbak  Win, aku tidak seperti laki-laki kebanyakan. Aku tak ingin pacaran. Aku  ta'aruf dengan doa. Allah telah memberikan isyarat. Dan bagi aku  cukup..."

Wiwin merasakan ini bagaikan mimpi di siang bolong.

"Aku sulit mengatakan Mas."

"Aku  akan melamarmu hari ini juga, disaksikan orang tuaku. Jika Mbak Wiwin  menerima, mari kita bareng ke ruang tamu. Jika keinginan Denny Mbak  Wiwin tolak, biarkan aku sendirian kembali ke ruang tamu."

Perlahan pemuda itu bangkit.

Wiwin  masih terpekur di tempat duduknya. Denny gelisah. Pemuda itu melangkah  perlahan meninggalkan gazebo dengan kepala tertunduk.

"Mas  Denny....." tiba-tiba Wiwin bangkit perlahan memanggil pemuda itu. Denny  berhenti, perlahan menoleh ke arah gadis yang menjadi mimpinya.

"Tunggu aku......" kata Wiwin sambil bangkit dari duduknya, berjalan mendekati Denny. Di dekat pemuda itu Wiwin diam.

"Mbak Win, mau menemani aku ke ruang tamu?"

"Iyah....." jawab gadis itu hampir tak kedengaran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun