Mohon tunggu...
Didik Sedyadi
Didik Sedyadi Mohon Tunggu... Administrasi - Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen (Panjang): Yang Bersemi dari Jamarat

23 Oktober 2017   20:24 Diperbarui: 25 November 2017   17:53 14064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa saat kemudian terdengar suara gadis bernama Dinar terbata-bata:

"Kak  Denny nanti di multazam atau tempat-tempat musjabah lainnya, berdoalah  agar kakak mendapatkan seorang istri yang shalih..... (Amiiin) istri yang  cantik, istri yang memiliki adik perempuan yang cantik, yang seusia  Dinar.... (Amiiin)... yang bisa Dinar ajak berteman, bersahabat, curhat,  saling berbagi pengalaman... sahabat yang diikat tali persaudaraan dan  tali keluarga.... (Amiin).... Betapa bahagianya Dinar kelak.

Namun  Kak, rasanya saat ini Dinar harus berpacu dengan waktu... memanfaatkan  setiap detik untuk memohon ampunan dosa atas dosa-dosa Dinar ini. Doakan  Dinar masuk sorga Kak Denny .... (Aamiiin), Dinar akan tunggu, kita  bersama-sama di sorga.

Kak Denny,  biarlah Dinar mengubur impian dalam-dalam. Impian untuk mengikuti jejak  kakak, impian untuk naik haji, bersujud di kesyahduan baitullah. Biarlah  Dinar melupakan roudhoh di Masjid Nabawi, roudhoh....taman surga yang  menjadi impian para peziarah, impian para haji. Biarlah Dinar melupakan  haromain, arafah, muzdzalifah, mina, dan semua tempat yang pernah Kak  Denny motivasikan untuk Dinar. Terima kasih kakakku tercinta, ayah ibu  tercinta...... laaaa..... laaaa.....ilahaaa ilallah...mmm...mmu.. muhammadar...  roo..rooo.. sulull...looooohhhh..... (Dinaaaaaar!)"

Wiwin  dan Mira terisak. Demikian pula Denny. Kenangan terakhir bersama  adiknya tak mampu menahannya untuk tidak menangis. Hingga beberapa lama  ketiganya mencoba menenangkan diri. Sementara sambil menenangkan diri  Denny memperlihatkan foto-foto Dinar. Kedua gadis itu mengikutinya  dengan penuh perhatian.

"Nah kalau yang ini adalah gambar  terbagus yang aku suka. Aku kasih like seribu kali." Kata Denny sambil  memperlihatkan foto lain.

"Ya Allaaah!" Wiwin terpekik sambil menutup mulutnya. Mira terbelalak demi melihat foto kakaknya, bibinya bareng dengan Denny.

"Hah? Jadi Teteh sudah kenal dengan Kak Denny?"

"Hanya seperjalanan melontar jumroh, ketika kaki Teteh sakit di hari terakhir."

"Setelah itu?"

"Setelah itu ya sekarang ini."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun