Mohon tunggu...
Didik Djunaedi
Didik Djunaedi Mohon Tunggu... Editor - Penulis, Editor dan Penikmat Hiburan

Editor, penulis, dan penikmat hiburan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pengembang Aplikasi Android Banyak Dirugikan

20 September 2011   01:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:48 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_131034" align="aligncenter" width="593" caption="Sumber: idownloadblog"][/caption] Penjualan smartphone di seluruh dunia dalam dua tiga tahun terakhir terus meningkat. Semua itu tidak lepas dari pengaruh iPhone dengan model smartphone pelopor dengan layar sentuh sejati beserta pemberdayaan aplikasi dari pihak ketiga yang luar biasa. Setelah iPhone, berbagai jenis ponsel milik banyak vendor yang menggunakan platform Android buatan Google pun merebak dan bertumbuh sangat pesat. Semua ini makin menguatkan tren ponsel layar sentuh dan penggunaan aplikasi. Bisnis pembuatan apilkasi pun makin berkembang dan menguntungkan. Tengok saja keuntungan yang dapat diraup oleh pembuat game terkenal Angry Birds atau aplikasi-aplikasi biasa lain yang ada di App Store atau Android Market. Sebelumnya pengembang aplikasi ini hanya dianggap sebelah mata dan bertebaran di beberapa website penyedia layanan download untuk berbagai jenis ponsel dengan penghasilan tidak menentu. Setelah Apple merapikan bisnis pengunduhan aplikasi melalui iTunes/App Store untuk iPhone, iPod touch dan kini iPad, pengembang aplikasi menjadi profesi yang cukup menggiurkan. Tidak kurang 300 ribu aplikasi ada di App Store dan jumlah yang nyaris sama di Android Market. Khusus di App Store (untuk iPhone) beberapa waktu lalu dilaporkan telah terjadi pengunduhan hingga 2 milyar hanya dalam waktu tidak lebih dari 3 tahun dan angka itu terus bertambah setiap hari. Survei baru-baru ini juga melaporkan bahwa di Amerika Serikat pengguna smartphone rata-rata mengunduh 40 aplikasi dalam setahun. Jika jumlah itu dikalikan pengguna smartphone di seluruh dunia yang ratusan juta, maka tidak kurang dari 4 milyar aplikasi berpotensi diunduh dalam setahun. Sungguh angka yang menggiurkan. Namun, sebuah survei yang dilakukan Yankee Group terakhir menyatakan bahwa pengembang aplikasi untuk platform Android paling banyak mengalami kerugian atau setidaknya mendapatkan keuntungan lebih kecil, tentu saja jika dibandingkan pengembang aplikasi untuk iOS (iPhone). Menurut survei, kondisi pengembang aplikasi Android yang menyedihkan tersebut diakibatkan banyaknya pembajakan (piracy). Survei terhadap pengembang aplikasi Android tersebut menyatakan bahwa 75% dari pengembang menyatakan bahwa pengunduhan ilegal tersebutlah yang menjadi biang keladinya. Dengan jumlah total pengguna Android dari berbagai merk ponsel yang menguasai pasar smartphone (lebih dari 50%) seharusnya ini menjadi pasar aplikasi yang sangat potensial tetapi kenyataannya tidak demikian. Survei tersebut mencatat beberapa poin berikut: 1. Sebanyak 27% dari pengembang Android menyatakan bahwa pembajakan aplikasi merupakan masalah serius di lingkungan Android dan 26% lainnya menyatakan hal itu masalah biasa. 2. Sebanyak 53% pengembang Android menganggap Google tidak banyak membantu menyelesaikan masalah tersebut karena tidak menerapkan kontrol yang ketat terhadap Market-nya. 3. Sekitar sepertiga pengembang Android menyatakan bahwa pembajakan ini membuat mereka mengeluarkan biaya tambahan sekitar $10.000. Sementara 32% dari pengembang menyatakan bahwa mereka harus menaikkan biaya pendukung dan 25% menyatakan bahwa mereka juga harus mengeluarkan biaya tambahan terhadap server akibat banyaknya pengunduhan ilegal ini. Sebetulnya masalah pembajakan ini sudah menjadi klasik, hampir terjadi di mana-mana dalam bisnis teknologi. Apple sebagai perusahaan pelopor dalam bisnis penyediaan aplikasi melalui App Store untuk perangkat mobile mereka juga mengalami masalah ini. Akan tetapi, pengaturan dan pengawasan yang ketat termasuk seleksi dalam jenis aplikasi yang dapat masuk di App Store setidaknya mengurangi masalah klasik tersebut. Pengguna iPhone juga perlu melakukan jailbreaking (sebuah proses hacking menggunakan software) untuk bisa melakukan pengunduhan aplikasi secara ilegal. Meskipun jailbreaking ini dinyatakan legal oleh pengadilan AS tetapi setidaknya pengguna iPhone harus sedikit bersusah payah untuk bisa melakukan pembajakan aplikasi. Sementara itu di lingkungan Android, dengan mudahnya pengkopian atau pembajakan aplikasi terjadi. Pengguna Android bisa melakukan download aplikasi di banyak website tak resmi. Mengutip tulisan di readwriteweb.com, "Aplikasi Android bagai hidup di Wild West tanpa ada Sheriff," ujar Carl Howe dari Yankee Group. "Dengan adanya lima OS utama yang sedang bersaing memperebutkan uang (dari aplikasi), Google tidak berusaha mencegah pembajakan membunuh bisnis pengembang aplikasi. Google perlu menerapkan hukum atau aturan. Jika tidak, para pengembang akan lari ke platform lain dan Android kehilangan pelanggan." Selama ini aplikasi platform Android memang seperti rimba raya yang selain gampang terjadi pembajakan yang merugikan pengembang, juga penuh dengan malware atau virus yang mengancam keamanan pengguna ponsel Android. Sumber: ReadWriteWeb dan beberapa media lain

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun